Tulisan singkat ini terus terang bukan untuk memuji atau menaikkan pamor beliau sebagai seorang tokoh. Saya tidak mengenal beliau secara pribadi maupun secara institusi. Saya bukan lulusan atau sedang berkuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor), atau bahkan pernah diajar olehnya sebagai dosen. Namun, beliau bisa menjadi panutan, menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk yang bukan dididik olehnya dalam kapasitas dosen-mahasiswa maupun dipimpin sebagai bagian dari civitas akademika IPB. Beliau menurut saya jika berkaca dari informasi yang saya baca tentangnya adalah soko guru di masa kini yang perlu digugu dan ditiru guna mengembangkan dunia akademik kita yang sedang jatuh bangun sekarang ini.
Beliau kebetulan sudah 2 periode sebagai seorang Rektor di Universitas bergengsi yang berada di Kota Hujan ini. Oleh karena kehebatan beliau yang berdampak pada kepercayaan para civitas akademika yang tergabung dalam unsur Majelis Wali Amanat di Institut Pertanian Bogor. Beliau diberikan amanah kembali untuk menjabat hingga periode mendatang sampai 2027.Â
Sungguh situasi yang sangat mengherankan di kala yang saya ikuti tentang Pemilihan Rektor di berbagai PTN terutama yang berstatus Badan Hukum, hampir tidak ada berita bahwa Rektor petahana diusung untuk maju kembali dalam Pemilihan. Tapi, bisa jadi kepercayaan mengalahkan pakem yang ada sehingga demokrasi kampus sudah berjalan atas dasar rasionalitas pilihan para voters.Â
Memang tak heran, beliau dikenal sebagai pendobrak dalam memandang manajemen sebuah perguruan tinggi apalagi yang berstatus negeri. Dimana birokrasi lebih kentara daripada profesionalisme akademisi yaitu fungsi untuk mendorong tridharma lebih maksimal. Apalagi herannya dikala status PTN menjelma menjadi Badan Hukum, birokrasi bercampur aduk menjadi sebuah bisnis yang dirasa sangat tidak relevan lagi pada fungsi agen utama mendorong sumber daya maksimal. Justru orientasinya adalah bagaimana membangun nama atas dasar bisnis dan juga pola kerjanya masih terlalu kaku. Beliau berusaha keluar dari jalur untuk membumi bukan sekedar pada narasi, namun turun langsung memandang masalah fundamental dari civitas akademika itu sendiri sebagai motivator sekaligus eksekutor.Â
Itulah tugas mulia dunia akademisi, terus menjadi inspirasi dan sinergi dengan berbagai capaian-capaian indah yang tentu dibumbui dengan perjuangan dan proses yang tidak sia-sia. Semua dilaksanakan dengan pendekatan strategis dan terukur mulai dari pengembangan ekosistemnya, kemudian kompetensi sumber daya manusianya, kemudian inovasi yang lebih maksimal berbasis startup dan selanjutnya terbentuk masyarakat yang berkorelasi dengan inovasi teknologi hingga terciptanya lingkungan lokal dan global yang bersatu atas dasar kemapanan inovasi dan teknologi. Penekanan utamanya adalah tercipta transformasi secara simultan dalam civitas akademika untuk menjadi kelas dunia.Â
Profesor lulusan Kagoshima University, Jepang sekaligus Ketua Forum Rektor itu berkata bahwa proses bisnis Universitas harus berubah. Melalui visi IPB mencapai Techno-Social Entrepreneurial University di 2045 lagi. Tentu dengan memandang SDGs sebagai agenda besar. IPB musti menjadi agen dalam nation building mewujudkan sumber daya yang nasionalis mulai dari menciptakan manusia yang mandiri dan berdaya saing hingga punya rasa akuntabilitas melalui output yang berkualitas. Dimana transformasi ekonomi sebagai dampak dari globalisasi menuju Indonesia Emas ditentukan oleh para generasi muda. IPB sudah berupaya menyiapkan semuanya, turun langsung untuk memfokuskan diri pada substansi yang perlu ditingkatkan. Ada 10 bidang yang di'beres'kan selama 5 tahun terakhir dan akan berlangsung di periode berikutnya. Mulai dari pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, inovasi dan bisnis, organisasi, sumber daya manusia, keuangan, prasarana dan sarana, teknologi informasi dan komunikasi, kemahasiswaan dan alumni. Singkatnya melalui penekanan transformasi dalam 10 bidang tersebut. IPB pun mampu untuk mencapai nilai tertinggi dan terbaik sebagai Universitas oleh Kemendikbudristek dengan skor 94,09 di 2022. Kemudian dalam lokus utamanya sebagai Kampus Pertanian, peringkat IPB berada di 41 Global, 6 Asia, dan pertama di ASEAN. Dalam gerakan menuju Green Campus, IPB berada di peringkat 35 global.
Pencapaian ini sungguh luar biasa, ditengah kepemimpinan beliau dimana banyak sekali tantangan dan rintangan sama halnya Universitas lain pada extraordinary crisis seperti Pandemi. Beliau tetap bertekad untuk menekankan kolaborasi untuk meningkatkan kontribusi guna menyatu bersama bangsa dan negara. Seperti riset dan penelitian mereka di bidang gromaritim, bidang pangan, bidang energi, bidang biomaterial, dan bidang Kesehatan. Mereka terus komitmen untuk menjadi pionir tak kalah dengan negara lainnya. Semua bergantung pada tekad kuat serta semangat untuk membuka ruang kepada segenap elemen masyarakat agar IPB juga bisa menjadi jembatan agar industri lokal bisa lebih berkualitas kedepannya. IPB menjelma menjadi lebih dinamis dan responsif, bukan hanya soal akademis yang abstrak saja melainkan melalui langkah konkrit bersama dengan kecermatan dan ketepatan mengusung perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan melalui penekanan pada Sumber Daya yang punya ragaman soft skills yang optimal.
Kritis dan Inovatif juga selalu ditekankan kepada segenap civitas akademika. Keluar dari IPB, bukan hanya Universitas saja yang bergerak melainkan tentu para alumni untuk mengedepankan integritas serta inisiasi sebagai pembelajar. Para Alumni harus eksis dalam menghadapi ketidakpastian global. Seperti yang diketahui ada krisis lingkungan seperti pencemaran udara dan air hingga krisis pangan seperti loss and waste food harus diatasi dengan cara-cara yang mumpuni.
Tentunya pesan ini sejalan dengan Kampus Merdeka dimana cara-cara kaku harus didobrak dengan gerak yang lebih agile guna mengedepankan eksistensi dalam hadir dan menjadi agen mengatasi krisis. Sumber Daya Manusia harus terus beradaptasi dan bertransformasi, untuk yakin membawa dan menjadi pembaharu atas dasar keseimbangan soft dan hardskill agar kedepan Revolusi Industri di masa mendatang.Â
Semua bisa siap, dan IPB sudah mengadopsi skema Kurikulum Merdeka selaras dengan 4.0 maupun 5.0. Hal ini juga terus digerakkan dalam kapasitasnya menjadi Ketua Forum Rektor, meminta kepada segenap Perguruan Tinggi utamanya PTN untuk selaras dengan era baru dinamika masyarakat yang lebih fleksibel, dimana situasi krisis ini terus mendorong segenap manusia agar lebih tangguh dan solutif, kemudian bisa menjadi pemikir handal dan perlu seimbang baik akademik maupun non akademik hingga harapannya adalah tercipta generasi unggul berbasis riset, wirausaha dan kompetensi yang efektif dari Perguruan Tinggi terutama Perguruan Tinggi Negeri.
Dari segenap pemikiran dan juga langkah nyata sebagai akademisi maupun sebagai pemimpin. Bukan tidak mungkin, modal kuat ini selalu menjadi primadona di tengah masyarakat berkutat pada kekuatannya merespon segenap kompleksitas isu sosial yang berjalan dengan tidak pasti. Dunia akademisi melalui 'tangan dingin'nya mampu berjalan dan bangkit bersama dengan tatanan masyarakat menghadapi masa depan. Keberhasilan yang bukan hanya tertulis dalam sebuah profil melainkan dirasa berdampak secara luas oleh masyarakat.Â
Memang di 2019 lalu, nama beliau juga sempat digadang-gadang untuk menjadi Menteri di Kabinet Indonesia Maju baik dalam portofolio Pertanian maupun Pendidikan. Hanya saja opini saya pribadi berkaca pada narasi tentang beliau diatas. Dalam waktu dekat, apalagi beliau masih aktif sebagai seorang birokrat/ASN ditandai sebagai NIP yang dia miliki sebagai dosen PTN.Â
Posisi yang moderat saat ini adalah seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi di Kemendikbudristek yang sejak akhir 2021 lalu sudah kosong dan dijabat oleh Plt. Saya rasa, kehebatan dia sebagai Rektor sekaligus Ketua Forum Rektor alias Ketuanya Para Rektor sudah cukup oke bahkan bisa menjadi inspirator yang mana berdampak sekali pada kerja Kemendikbudristek dalam Merdeka Belajar. Alangkah hebatnya jika beliau turun serta bergabung bersama Kemendikbudristek, apalagi beliau masih aktif sebagai ASN. So pasti prosesnya lebih mudah tanpa harus meminta izin Presiden dahulu untuk buka formasi kepada non ASN.Â
Setidaknya, bisa menjadi pertimbangan besar bahkan jika memang beliau ikut dalam Seleksi yang sempat berjalan di 2022 awal namun pending dan waktu dekat ini akan dilakukan kembali. Bukan tidak mungkin, secara obyektif sosok seperti Profesor Arif Satria mampu melalui tahapan dengan sebaik-baiknya. Saya rasa bukan hanya IPB saja yang perlu 'sentuhan' hebat dari beliau melainkan semua Perguruan Tinggi baik Swasta maupun Negeri juga perlu. Bahkan, jika beliau berhasil sebagai Dirjen DIkti saja. Bukan tidak mungkin nama beliau bisa diperhitungkan menjadi Menteri di masa mendatang. Kita tunggu saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H