Bukan hanya Dumas, tapi Hubungan Masyarakat, KTLN (Kerjasama Teknik Luar Negeri), Inspektorat dan Unit Kerja dibawah Deputi Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan ditempatkan disini, sehingga menurut saya aksesnya pun mudah tidak perlu pakai cara-cara ribet, yah sekedar tes Antigen saja sebagai formalitas.
Saya masuk setiap Senin-Rabu sesuai kesepakatan mengingat saya pun masuk juga ketika Perkuliahan sudah dimulai, dan memang ada skema WFO-WFH sehingga tidak setiap hari tiap karyawan itu masuk. Tidak apalah, yang penting bisa ngantor. Jobdesk saya selama magang sebenernya adalah sesuatu yang berkaitan dengan tata usaha namun dari situ saya juga banyak belajar mengenai sistem penanganan pengaduan masyarakat yang berkaitan pula dengan Elektronik.Â
Saya diberi fasilitas komputer (walau numpang) dan akses masuknya, untuk mengerjakan apa yang menjadi urusan saya, misalkan saja Setneg memiliki SPDE dan punya Singamas. Harus saya akui mengenai E-Government saya merasa bahwa Setneg memiliki keunggulan memadai dan layak menjadi contoh bagi instansi lain termasuk di daerah.Â
Karena sistemnya yang rapi misalkan saja SPDE Open atau Sistem Persuratan Disposisi Elektronik dimana melalui website ini pegawai lebih mudah dalam mendisposisi atau pula antara atasan dan bawahan dalam rangka persuratan yang harus dilakukan dengan harapan bahwa semua dilakukan secara Paperless, maka dari itu kesan pertama ketika saya masuk kertas itu seperti barang tak terpakai hanya pajangan karena semua sudah dijalankan lewat Single System seperti SPDE.
Kalo Singamas, itu adalah Sistem Informasi Pengaduan Masyarakat. Intinya ini merupakan aplikasi or website otentik dari Asdep Dumas sebagai upaya mewujudkan komitmen dalam misi Integritas san Integrasi dimana persuratan sekarang sudah didorong melalui online dan pengelompokannya melalui database yang termuat didalam Singamas ini sehingga yang dari SPDE otomatis terdata dan menjadi sebuah bahan yang rapi terutama dalam menentukan sebuah arahan yang tepat untuk penanganan pengaduan masyarakat berikutnya. Kurang lebih Singamas itu seperti sistem arsip yang terkesan modern.Â
Terlepas dari 2 sistem ini mengalami banyak kendala dan kekurangan maklum saja Setneg kini sedang mengarah pada Knowledge Management yang berbasis pengetahuan dan diselaraskan pada situasi seperti New Normal saat ini.
Sekilas di Semester 7 pula saya sudah didorong oleh Jurusan saya yang kebetulan Ilmu Politik untuk segera menyusun skripsi dan tema yang akan jadi pokok penelitian (lokus)nya dalam hal ini saya memang tertarik dengan Kajian tentang Kebijakan dan Pelayanan Publik namun saya juga concern terhadap sistem Open Government dan E Government. Mengingat sekarang ini pelayanan itu didorong untuk lebih efisien dengan mengedepankan bauran teknologi dengan harapan adanya keterjangkauan terhadap masyarakat. Apalagi SPDE dan Singamas merupakan sebuah langkah guna mewujudkan keterbukaan informasi publik.Â
Sebagian data juga dipublikasikan sebagai bentuk kepedulian Setneg sebagai Lembaga Negara untuk membangun partisipasi publik. Apalagi Dumas sendiri sebagai lembaga yang ibaratnya meskipun terkesan dibelakang layar karena cukup jauh urusannya dengan Kepresidenan, namun paling dekat alias garda terdepan dengan masyarakat karena setiap harinya Dumas akan selalu berhadapan dengan Kritik atau Suara Masyarakat bahkan umumnya tiap aduan juga diterima langsung oleh pegawai disini mengingat mereka juga ingin ada sebuah esensi keterbukaan antara pengadu dengan penerima aduan tentang progres aduannya tersebut.
Saya banyak belajar terkait hal itu, dan mungkin saya merasa bahwa memang berdasarkan cerita dari banyak pegawai disini perlu ada sebuah perbaikan dan tentunya Dumas sendiri terbuka bagi siapapun yang ingin berkontribusi untuk alternatif yang lebih baik. Sehingga singkat cerita rencana penelitian skripsi saya pun diterima dan dikawal betul oleh jajaran Dumas. Toh, Dunia Akademisi umumnya memang relevan dalam mendukung kerja Negara karena sarat akan intelektualitas.