Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Memahami Diri: Dilematis Introvert Menjadi Ekstrovert

11 Februari 2021   22:02 Diperbarui: 11 Februari 2021   22:39 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malah justru yang berbeda bisa saja kita tidak terlalu terbuka dengan pandangan orang lain, bisa dikatakan sebagai sosok yang keras kepala terhadap segala sesuatunya dan negarifnya itu membuatnya menjadi ceroboh dan apabila sedang tidak matang tentu akan berdampak luas bagi semua. 

Yang seharusnya mereka menjadi sesuatu yang bermanfaat malah menjadi masalah, kadang juga saya begitu namun saya berusaha untuk mengurangi bahkan meninggalkan kebiasaan buruk apabila dijalankan secara radikal. Saya seorang yang moderat paling tidak walaupun adakalanya saya untuk masa bodo dan asyik sendiri namun paling tidak saya juga punya rasa menilai sesuatu dan menuntut saya untuk turun pada sesuatu yang bisa dikatakan sebagai sebuah keramaian. 

Keramaian yang sangatlah bertolakbelakang dari orang-orang introvert yang menyukai kesunyian. Tidak selamanya benar kok, bahkan kita juga ujung-ujungnya terlibat dalam keramaian tersebut walau secara penguasaan kita tidak sehebat kalangan yang kaya pengalaman.

Kembali pada penegasan saya sebagai seorang introvert moderat. Apakah itu? Mungkinkan lebih membedakan antara dikotomi moderat dan radikal begitu saja. Saya rasa bisa jadi, dan saya ingin menjelaskan kepribadian yang saya miliki dan saya pahami saat ini adalah sesuatu yang mungkin saja bisa terjadi dan sangatlah lumrah. Kita juga menjadi introvert terkesan tanpa disadari toh kepribadian seseorang bukan semata berada sejak lahir namun bagaimana proses adaptasi yang terjadi disekitarannya atau sesuatu hambatan dan faktor yang menyebabkan mereka demikian. 

Namun satu hal yang perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk sosial tetap saja kita harus sadar bahwa kita hidup dalam konteks sosial dengan individu lain, sedikitpun itu tentu kita membutuhkan. Inilah yang membuat saya juga sadar bahwa introvert atau kebiasaan untuk lebih suka menyendiri bahkan jujur saya adalah sosok yang kadang pendiam dan juga pemalu terhadap kekuatan atau kekurangan yang saya miliki. 

Jujur saya punya banyak kekurangan, namun saya terkesan sadar dan belajar dari pengalaman bukan sekedar saya belajar di sekolah tentang esensi kekurangan namun saya mengalami sendiri ketika apa yang jelek atau buruk dimata saya oleh karena tidak sempurna justru yang mengantarkan saya pada jalan pada kebaikan. Kok bisa? Itu tadi intinya walau kita punya sikap introvert sekali-kali kita juga harus terbuka dan mau belajar. Kuncinya adalah belajar dan terbuka, walau frekuensinya berkurang tetap saja itu harus dijalankan mau gimanapun toh demi kebaikan kita kedepan.

Jadi gimana? Banggakah jadi orang Introvert? Lebih Bangga lagi dengan yang bisa menyesuaikan dengan kondiri orang Ekstrovert, yahh paling tidak jangan mau kalah bahkan tunjukkan bahwa sejatinya ada sesuatu terpendam yang anda miliki dan bisa saja anda bisa memimpin tidak kalah dengan orang yang Ekstrovert bahkan yang Gila sekalipun dalam hal pengalaman atau organisasi. Kita memang suka terhadap kesunyian namun jadikan kesunyian tersebut, kesendirian tersebut sebagai tolak ukur menuju kesuksesan tentu didasari pada sesuatu yang bermanfaat ditandai bahwa kita berpikir terhadap sesuatu. Bukannya mau diam terhadap keadaan begitu saja. Selamat berjuang kawan-kawan sekalian mo Introvert atau Ekstrovert kita adalah manusia yang punya pikiran dan berusaha saling memahami satu sama lain dan itu sangatlah kodrati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun