Mohon tunggu...
felisyawannaputri
felisyawannaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya seorang mahasiswa

saya memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konflik Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis : Pendekatan Psikologi Sastra.

13 Januari 2025   09:49 Diperbarui: 13 Januari 2025   09:48 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam sebuah pembahasan mengenai sastra, karakter seorang tokoh dapat menjadi gambaran dari kondisi psikologis yang dihadapi dalam konteks tertentu. Tokoh utama dalam sebuah cerita memiliki peran yang sangat  penting dalam terhadap penggambaran suatu alur cerita. Menurut (Sullivan, 2023) novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis adalah sebuah novel yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa pada masa revolusi, yakni adanya suatu ancaman, teror, maupun tembakan yang membuat tokoh-tokoh dalam novel tersebut merasa tidak aman dan tidak tenang. Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, merupakan sebuah novel yang berlatar belakang masa revolusi kemerdekaan Indonesia, dengan tokoh utama bernama Guru Isa sebagai wujud dari manusia yang terperangkap dalam ketakutan dan kebingungan.

Dalam pendekatan psikologi sastra, dapat dilihat cara tokoh utama Guru Isa menggambarkan tekanan psikologis yang dialaminya hingga berdampak pada kesehatan fisik dan batinnya. Menurut (Wilyah et al., 2021) pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, akan dapat dianalisis konflik batin yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikologis.

Kondisi pada masa itu digambarkan sangat menakutkan dan mencekam. Hal ini dapat memicu konflik batin dalam diri para tokoh terutama tokoh Guru Isa. Keadaan para tokoh yang tidak mampu untuk melawan para penjajah membuat mereka mengalami tekanan psikologis dalam dirinya. Di satu sisi ada perasaan lelah dengan keadaan yang tidak kunjung membaik sehingga muncul keinginan untuk merdeka. Namun disisi yang lain, mereka sebagai warga sipil tidak mampu membela diri membuat mereka merasa tertekan dan ketakutan jika harus melawan.

Konflik batin yang dialami Guru Isa sebagai tokoh utama dalam novel ini menjadi sangat menarik untuk dibahas. Bagaimana bisa seorang guru yang tidak pernah berkelahi dan baik hati justru menjadi kelompok pemberontak melawan penjajah? Pertanyaan tersebut tentu terlintas dalam benak kita. Jika melihat kepribadian Guru Isa rasanya tidak mungkin. Namun Guru Isa memberi gambaran kepada pembaca bahwa hal yang tidak pernah terbayang sekalipun bisa saja terjadi tanpa diduga. Melalui analisis kepribadian Guru Isa, kita dapat memahami berbagai faktor, baik internal maupun eksternal yang membentuk karakter ini serta perjalanan batinnya di tengah gejolak sosial dan politik pada masa itu.

Novel ini berlatar belakang pada masa pendudukan Jepang dan awal revolusi kemerdekaan Indonesia. Penjajahan yang masih terjadi serta teror peperangan yang membuat masyarakat mengalami ketidakpastian dan ketakutan yang mendalam akibat kekerasan dan penindasan yang terjadi. Guru Isa, merupakan  seorang guru sekolah yang dikenal sebagai sosok yang berhati lembut dan cinta damai. Namun takdir membawanya turut serta dalam perlawanan melawan penjajah. Ia justru menjadi kurir untuk mengantarkan senjata dan surat-surat di tengah situasi berbahaya dan mencekam pada saat itu. Meskipun ia memiliki niat baik untuk membantu perjuangan kemerdekaan, ketakutannya terhadap kekerasan dan konsekuensi dari tindakannya membuatnya terjebak dalam dilema moral. Keinginan dalam dirinya yang tidak mau dianggap sebagai seorang yang pengecut dan penakut membuatnya memberanikan diri untuk bergabung melawan penjajah. Walaupun keputusan itu bertentangan dengan hati kecilnya, ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa bukanlah sebuah kesalahan apabila ia melawan untuk mendapatkan kebebasan. Ia meyakinkan dirinya bahwa sekali dia mengambil keputusan untuk turut serta membantu perjuangan, ia tidak akan pernah bisa mundur. Cara satu-satunya hanyalah terus melawan sampai titik darah penghabisan.

Guru Isa digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, sensitif, dan memiliki jiwa seni. Ia adalah seorang guru yang dicintai oleh murid-muridnya dan masyarakat sekitarnya. Ia juga memiliki hobi bermain biola. Namun, dibalik sifat baiknya tersebut, terdapat berbagai konflik batin yang mencerminkan ketakutannya terhadap kekerasan dan perang. Ia tidak mampu untuk mengatasi ketakutan dalam dirinya menjadi salah satu ciri utama dari kepribadiannya. Guru Isa tidak mampu melawan rasa takutnya yang membuatnya selalu gelisah. Ketakutan yang dirasakannya bahkan sampai terbawa ke dalam alam bawah sadarnya. Membuatnya terus terbayang-bayang dengan rasa takut dan cemas bahkan ketika ia tertidur, yang membuatnya cukup frustrasi dengan keadaan saat itu.

Salah satu aspek paling mencolok dari kepribadian Guru Isa adalah ketakutannya. Ketakutan ini bukan hanya terhadap kekerasan fisik yang mungkin dihadapi, tetapi juga terhadap konsekuensi yang akan dihadapi dari tindakannya sebagai kurir senjata. Di Dalam novel ini, penulis menggambarkan bahwa ketakutan yang dialami Guru Isa sangat mendalam hingga ia tidak dapat ereksi. Hal ini menunjukkan betapa mendalamnya dampak psikologis dari situasi yang dihadapinya. Efek dari tekanan psikologis yang Guru Isa dapat ternyata mampu memengaruhi kondisi tubuhnya.

Ketika terpilih menjadi kurir, ia merasa terpaksa untuk menerima peran tersebut karena tekanan dari rekan-rekannya. Ia tidak bisa menolak paksaan dari temannya yang mengakibatkan dia berada di posisi yang tidak dia inginkan. Dalam kondisi ini Guru Isa di gambarkan sebagai sosok yang tidak enak hati apabila menolak. Saat Guru Isa berada dalam keadaan genting dan berbahaya ia selalu dihantui perasaan takut. Ia khawatir bahwa keterlibatannya akan terungkap dan mengancam keselamatan dirinya serta orang-orang terdekatnya. Ketakutan akan konsekuensi yang bisa saja di hadapinya membuatnya kalut dan tidak dapat berpikir dengan jernih.

Guru Isa mengalami konflik internal yang mendalam antara kewajibannya sebagai seorang guru yang mengharuskannya menjadi contoh baik di masyarakat dan tuntutan sebagai bagian dari gerakan revolusi yang mengharuskannya menggunakan senjata. Meskipun ia merasa bangga bisa berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan, rasa takutnya membuatnya ragu akan keberaniannya sendiri. Ia sering kali terjebak dalam dilema antara melindungi diri sendiri atau mengambil risiko demi kebaikan bersama. Pertimbangan bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri namun sisi lain dirinya juga ingin melindungi orang-orang membuatnya kalut dan dihadapkan pada pilihan yang membuatnya bimbang.

Pengalaman pribadi yang di alaminya juga memperburuk konflik internal ini. Kenyataan bahwa ia tidak bisa untuk memiliki anak dengan Fatimah menambah beban emosional yang harus ditanggung dalam batinnya. Ia merasa tidak berdaya sebagai suami dan ayah, yang semakin membuatnya merasa tidak percaya diri dan ragu dengan dirinya sendiri. Dikarenakan ia dan fatimah tidak dapat memiliki anak, Fatimah mengusulkan untuk mengadopsi seorang anak setelah mereka berusaha tanpa hasil untuk memiliki anak sendiri. Meskipun awalnya menolak, Guru Isa akhirnya setuju setelah mendengarkan penjelasan istrinya.

Selain itu, konflik eksternal yang memengaruhi kepribadian Guru Isa adalah hubungan Guru Isa dengan karakter lain seperti Fatimah dan Hazil juga memberikan gambaran tentang kepribadian Guru Isa sekaligus memberikan gambaran mengenai tokoh terdekat Guru Isa yaitu Fatimah, istrinya. Fatimah adalah sosok yang kuat namun mengalami frustrasi akibat suaminya tidak mampu untuk memenuhi harapan sebagai kepala keluarga. Keadaan psikologis yang di alami Fatimah membuat ia mengambil jalan yang salah. Ketika Fatimah menjalin hubungan dengan Hazil tanpa sepengetahuan Guru Isa, membuat hubungan mereka semakin rumit. Terjadi pertentangan batin dalam diri Fatimah. Ada satu sisi dalam dirinya yang menyadari bahwa apa yang ia lakukan dengan Hazil itu salah. Namun disisi lain ia berpikir bahwa itu terjadi karena ia merupakan seorang wanita normal. Ketika Guru Isa mengetahui perselingkuhan tersebut, ia justru memilih diam dengan apa yang terjadi. Guru Isa merasa bahwa apa yang dilakukan oleh Fatimah itu juga karena dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik untuk Fatimah. Hal ini semakin membuat Guru Isa merasa bersalah dan berkecil hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun