Mohon tunggu...
Nova Felistia
Nova Felistia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seniman

Hidupku harus berarti bagi orang lain, walau sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Poligami

23 Juni 2020   18:01 Diperbarui: 23 Juni 2020   19:10 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau soal perasaan dan cinta yg sifatnya mudah berubah,  para ulama mengatakan bahwa hukumnya mustahab atau sangat dianjurkan, tapi tidak sampai pada hukum wajib. Sebab cinta adalah masalah hati yang cenderung mudah terbolak balik. Dan hati ada sepenuhnya dalam genggaman Allah Ta'ala.

Tapi empat kewajiban diatas adalah mutlak.  Jika diuraikan secara teori mungkin mudah disampaikan, namun bagaimana dengan prakteknya? Seorang suami tentu membutuhkan tenaga, waktu, materi, dan pikiran untuk adil terhadap para wanitanya.
Sebab wanita adalah makhluk yang didominasi emosi dan perasaan. Sehingga dalam menaklukkan satu saja sudah menguras energi..apalagi masuk keranah dan merukunkan banyak wanita dalam satu pernikahan tentu akan menjadi tantangan dan beban yang luar biasa sulit.

Tak cukup merukunkan para isteri, ia juga harus mendidik dan merukunkan anak-anak yang dilahirkan oleh masing-masing isteri. Terlebih jika sebagian (atau semua) isterinya tidak disiapkan untuk memiliki 'pesaing' dalam singgasana rumah tangganya.

Rumah tangga Rasulullah pun dibumbui konflik yang dipicu rasa cemburu dari sebagian isterinya. Padahal, adakah wanita yang lebih shalihah dibanding Ummahatul Mukminin?

Lelaki muslim boleh menikahi lebih dari satu wanita, hal itu dijamin dalam surah An-Nisa ayat 3. Namun, kewajiban dan tantangan tersebut hendaknya dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berpoligami atau tidak. Begitu pula bagi para wanita hendaknya mempertimbangkan kesanggupannya bersabar dalam mengolah perasaan dan lain lain dan sebagainya. Karena jikapun kita berangkat dari ketulusan beribadah tapi jangan lupa bahwa perkawinan itu indahnya hanya diawal, selanjutnya adalah ujian demi ujian yang tidak berkesudahan.. dan ranah poligami adalah medan yang maha berat.

Jika yakin mampu, silakan berpoligami. Jika tidak, cukuplah satu wanita yang mendampinginya mengayuh biduk rumah tangga. Manisnya, nikmatnya dan nilainya jauh lebih berbobot.. seindah  percintaan tokoh kita Bj Habibie.. karena lebih mudah membawanya hingga alam akhirat kelak. Kelak di akhirat, segala keputusannya akan ia pertanggung jawabkan di hadapan Sang Khaliq.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun