Kamu ada kiriman, ada seorang cowok tampan di depan cari kamu. Aduh ada kiriman, saya ke depan dan memang bertemu dengan seorang pria tampan. Kamu Felisia ya, Tanya mas itu? Iya aku Felisia jawabku. Aku tak berkedip menatap pria tampan itu, apalagi dia ramah. Ini ada paketan untuk mba, aku tidak menjawab. Ngelamum melihatnya. Mba katanya sekali lagi, ini paketan untuk mba. Oh iya jawabanku, tersadar dari ngelamun. Tampan sekali cowok ini, kataku dalam hati. Saya pun menatap cowok ini hingga pergi dari hadapanku. Seandainya ini cowok teman kampusku, aku pasti sudah jatuh cinta padanya, salutku dalam hati.
      Saya melihat paketan ada kiriman dari kakakku yang ada di Manggarai. Kakakku dua hari sebelumnya memberitahu akan mengirimkan hadiah ulang tahun untukku. Saya Tanya pada kakakku mengenai hadiah ulang tahunnya. Tapi jawab kakakku, kejutan buat kamu, pokoknya spesial. sungguh spesial, mulai dari pria tampan yang mengantar paketannya tadi. Saya pun dengan penuh penasaran membawa paketan kiriman dari kakakku itu ke dalam kamar. Saya pun mengunci pintu dan berlahan membuka isi paketan itu. Paketannya tebal sekali, seruku dalam hati. Saya membuka bungkusan itu, di dalamnya ada bungkusannya lagi. Hingga ada lima bungkusan. Yang terakhir bungkusan kecil. Ini nih apa nih, penuh dengan bungkusan. Saya pun berlahan membuka bingkisan kecil terakhir itu dan isinya membuat saya kaget dan menangis. Sungguh saya menangis sebab isinya sesuatu yang saya inginkan selamanya ini.
      Isi dari paketan ini adalah sebuah kalung emas dua gram. Sungguh hadiah ulang tahun dari kakakku sangat spesial. Saya langsung memakai kalung emas itu dileher dan mengfotonya. Dan fotonya saya kirim ke kakakku. Kakak terima kasih untuk hadiahnya, saya sangat bahagia menerima hadiah ini, tulisku dalam pesan itu. Kakakku menjawab sama-sama adekku, kakakku juga bahagia melihat kamu bahagia.
      Dua tahun yang lalu saya sempat bercerita kepada kakak kalau saya sangat menginginkan mempunyai kalung emas. Waktu itu kakakku menjawab, kakak belum punya uang. Saya pun mengatakan kepada kakak, saya tidak menyuruh kakak membeli, saya hanya bercerita. Saya senang melihat seorang teman yang setiap hari memakai kalung emas ke sekolah, betapa cantik dirinya. Tapi saat itu aku menyadari bahwa keluargaku miskin dan tidak mungkin mampu membelinya.
      Kakakku ternyata masih mengingat peristiwa yang terjadi dua tahun yang lalu itu. Dia masih menyimpannya dalam hati, dan ingin membelinya pada saat memiliki uang. Benar setelah dua hari terima gaji kemarin dia langsung membeli kalung emas itu dan mengirimkannya untuk saya. Di dalam bungkusan kecil tadi ada sebuah tulisan kecil:
      Adik kakak sangat mencintai kamu. Kakak selalu ingin membuat kamu bahagia. Saya tidak ingin adik menangis dan hidup menderita. Dari sebab itu kakak selalu berusaha mencari uang untuk biaya kuliahmu dan juga membelikan kalung emas yang menjadi impianmu selama ini. Jadi, adik kuliah yang baik dan pulang membawa ijasah. Jangan pikirkan uang, kakak akan terus bekerja mencari uang untukmu.
      Membaca isi surat ini saya pun terus menangis dan mengpecet hanphone menelpon kakak. Kakak terima kasih, saya tidak bisa membalas semua jasa kakak, seruku dalam telpon sambil menangis. Kakakku hanya menjawab, tersenyumlah jangan menangis. Kakak juga mengatakan kalau uang habis beritahu kakak, agar kakak kirimkan uang. Saya tahu uang kakak habis beli itu kalung emas. Karena dia hanyalah seorang petani. Tapi cinta dan ketulusannya yang ingin saya bahagia membuatnya tidak mau menceritakan bahwa dia uang habis.
      Saya sangat bahagia menerima kiriman ini, saya akan terus memakai kalung emas ini dan berusaha selesai kuliah tepat waktu, ujarku dalam hati. Saya akan membuat kakak bahagia dan juga orang tuaku. Dalam keluarga hanya saya yang kuliah, kakakku tidak pernah berkuliah dan pendidikan terakhir mereka adalah hanyalah pendidikan di jenjang SMA. Untuk itu mereka berusaha membiayai kuliahku agar dala keluarga ada yang sarjana. Kakakku ingin mewujudkan mimpi orang tua bahwa Felisia sebagai putri bungsu harus sarjana, agar dalam keluarga ada yang sarjana.
      Berkaca dari pengalaman ini saya mendari bahwa bahagia itu tidak membutuhkan sesuatu yang besar. Bahagia itu sederhana tergantung pada diri sendiri memaknai setiap pengalaman sebagai sebuah kebahagiaan. Bahagia terletak pada cinta. Sebagai manusia landasan hidup kita adalah cinta. Saya bertumbuh karena cinta. Orang tua memelihara saya sejak kecil hingga saya dewasa. Mereka tidak melihat segala kesalahanku, yang terpenting bagi mereka adalah saya tetap hidup. Kakakku belajar dari sifat orang tuaku, untuk itulah kakakku mewujudkan mimpi orang tua agar saya kuliah. Kakakku ingin melihat keluarga, dirinya dan orang tua bahagia dengan saya meraih sarjana.
      Saya juga tentu bahagia dengan usaha dari kakakku mencari uang sebagai petani demi kuliahku. Demi kebahagiaan orang tua dan dirinya. saya tahu bahwa disana mereka setengah mati mencari uang, akan tetapi pencapaian sarjanaku sesuatu yang membawa kebahagiaan. Itu akan membuat kakak bahagia dan bangga bahwa mampu mewujudkan mimpi orang tua.
      Bahagia tidak selamanya bergantung pada uang, mobil, motor, rumah mewah. Bahagia itu yang lain terletak pada melihat orang yang kita cintai bahagia, tersenyum dan tertawa. Apabila kakakku berpikir bahwa kebahagiaan terletak pada harta barang mewah. Mungkin dia tidak membiayai kuliahku dan membeli barang mewah. Tidak begitu dengannya. Kebahagiaan baginya tidak terletak pada barang mewah, tetapi pada meraih mimpi orang tua dan juga mimpiku.
      Bahagia tidak terletak pada hal yang besar. Bahagia tidak menunggu meraih sesuatu yang tinggi. Bahagia tidak terletak pada persaingan, mampu menjatuhkan lawan dan menjadi pribadi yang kaya serta diagungkan oleh banyak orang seperti seorang raja. Belum tentu yang memiliki banyak harta bahagia. Mungkin keluarganya kacau, anak-anak tidak diperhatikan karena sibuk dengan mengurus harta dan barang mewah. Untuk menemukan kebahagiaan berusaha untuk menemukannya dalam suatu pengalaman setiap hari sekecil apapun.
      Cinta sebagai sebuah cara untuk mencapai kebahagiaan. Kita harus melakukan sesuatu dengan cinta. Dalam bekerja, belajar, berelasi dan hal lainnya. Lakukanlah semuanya dengan cinta, maka kebahagiaan akan ada. Kalau dalam segala aktivitas kita lakukan dengan kebencian, iri dan menginginkan sesuatu yang besar kebahagiaan tidak aka nada. Hiduppun tidak dinikmati.
      Cinta dari keluarga saya rasakan dengan sungguh-sungguh. Saya menyadari bahwa keluargaku meletakkan dasar yang besar pada diriku yaitu cinta. Hal inilah yang membuat saya terus bahagia. Kakakku berusaha membelikan kalung emas yang menjadi mimpi saya dengan cinta. Kakakku membiayai kuliah saya karena cinta. Semua ini demi terwujudnya kebahagiaan.
      Kebahagiaan tidak terletak pada diri sendiri. Kebahagiaan yang terletak pada diri sendiri akan jatuh pada sebuah sikap egois atau mementingkan diri sendiri. Kebahagiaan yang sejati tidak hanya focus pada diri sendiri tetapi juga orang lain. Kakak saya melihat bahwa saya memakai kalung emas, kuliah demi kebahagiaan bersama. Seandainya dia melihat bahagia focus pada dirinya sendiri, dia tidak akan membiayai kuliahku dan tidak akan membelikan saya kalung emas. Dia akan focus pada membeli motor, mobil dan hal yang lainnya. Saya sebagai pribadi yang tidak melihat kebahagiaan juga pada diri sendiri berusaha untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu. Saya juga membangun relasi dengan semua orang tanpa memandang latarbelakang mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H