Mohon tunggu...
Felisha Logiman
Felisha Logiman Mohon Tunggu... Lainnya - sekolah citra kasih

Tugas BI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korban yang Akhirnya Memangsa

19 Agustus 2020   09:45 Diperbarui: 19 Agustus 2020   09:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

'Bullying', mempunyai makna seseorang yang memikirkan dirinya yang paling hebat dan memperlakukan orang yang lebih lemah daripadanya dengan tidak benar, dan ini termasuk dalam kekerasan anak, memperlakukan kekerasan pada anak baik di di lingkungan sekolah oleh guru/ teman maupun lingkungan rumah oleh keluarga. 

Sebenarnya ada banyak kasus bullying di lingkungan sekolah kita, tetapi kita berpikir bahwa itu adalah hal yang biasa dan kita semua sekedar menerima perlakuan itu saja. 

Bullying termasuk dalam kekerasan anak kategori kekerasan emosional, dengan maksud merusak mental seseorang secara verbal seperti meremehkan, merendahkan, mengancam, mendiskriminasi, ataupun mengejek. 

Yang aku lihat di lingkungan sekitar aku dalam sekolah, adalah keseringan siswa-siswa mengejek/memanggil siswa lainnya dengan nama-nama yang tak pantas. 

Mereka berpikir bahwa hal tersebut tidak apa-apa, hanya sekedar candaan. Tetapi pihak korban bisa saja tidak menerima candaan tersebut dengan hanya sekedar candaan saja. 

Beda orang mempunyai perspektif yang berbeda terhadap sesuatu hal, berbeda orang dapat menerima candaan dalam berbeda tingkat, ada orang yang menganggap candaan itu tidak apa-apa tetapi juga banyak orang yang menganggap candaan tersebut berlebihan. 

Jika teman kita yang kita bercandakan menyuruh kita untuk berhenti, segerah lah kita berhenti. Kita harus memahami di perspektifnya bahwa ia tidak suka dengan candaan / panggilan nama yang kita berikan kepadanya, mungkin saja ia pernah mengalami hal yang buruk mengenai candaan tersebut. Dalam pengalaman pribadiku di sekolah, aku melihat banyak orang yang mengejek siswa lainnya karena fisiknya. 

Padahal ia sendiri tidak mau lahir dengan fisik tersebut, ia tidak bisa memilih fisik yang ia ingin saat dilahirkan. Kita harus memandang kekurangan tersebut sebagai hal yang menggambarkan bahwa itu dia, sesuatu hal unik yang hanya dia saja yang punya, dan sesuatu hal yang tidak orang lainnya punyai. Kita harus menerima dia seadanya dan berteman karena sifatnya yang cocok dengan kita, bukan karena fisik.

Bullying lain yang paling sering adalah gosip, mengomongkan tentang seseorang dibelakangnya karena mereka mempunyai hal yang berbeda / perlakukan berbeda yang orang lain tidak punyai, dan aku pun juga sering melakukan hal ini. 

Pastinya mereka mempunyai perlakukan tersebut karena ada alasannya, seperti misalnya ngomong sendiri, kita semua pasti pernah ngomong sendiri di dalam hati, bedanya orang tersebut mengungkapkan nya dengan cara bicara langsung, apa perlu hal ini dipermasalahkan? 

Kita semua mempermasalahkan hal yang normal, hal yang sebenarnya kita semua lakukan tetapi dengan cara yang beda saja. Ada juga orang yang menghindari temannya karena perlakuannya yang nyebelin, padahal mereka semua pastinya memiliki alasan kenapa mereka seperti itu, setiap dari kita pastinya mempunyai sifat buruk, dan bagaimana cara kita berteman dengan teman kita? 

Pastinya dengan mengerti dan menerima kekurangannya, kita semua pasti memiliki kekurangan, baik yang di perlihatkan maupun tidak. Dengan pengalaman yang aku lihat, salah satu temanku yang dibully pada akhir-akhirnya menjadi pembully. Ia melepaskan semua kemarahan, semua ketidakadilannya terhadap orang lain yang tidak bersalah, dan ini akan berulang terus.

Pada Asia-pasifik, telah terlapor 32% perempuan dan 27% laki-laki yang mengalami kekerasan emosional. Akibatnya adalah merokok, mabuk, menyakiti diri, mencoba bunuh diri, dan yang paling parahnya, korban akan tumbuh besar dengan empati yang rendah. 

Empati yang rendah akan menyebabkan korban untuk mencari perhatian ataupun tidak mengerti perasaan orang lain sehingga menjadi egois maupun melakukan kejahatan karena menganggap dirinya selalu benar.

Sudah dibuktikan melalui penelitian saat korban bertumbuh, ia akan menjadi orang yang sama seperti apa yang ia diperlakukan saat bertumbuh, yaitu perlakuan teman mereka yang menghina mereka. 

Karena mereka tumbuh dengan perlakukan itu, mereka akan mengira hal tersebut adalah hal yang benar yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sosial, sehingga para korban akan menjadi pelakunya di masa mendatang. 

Selain itu, efek dari semua bullying ini membekas selama hidup, bahkan dapat memberikan trauma hidup yang menyebabkan korban untuk sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Kita harus membantu dengan melaporkan, memberhentikannya jika melihat kejadian bullying di sekolah kita. 

Siswa mempunyai hak asasi nya masing-masing sebagai manusia yang lahir di dunia ini, dan tidak akan adil kalau hak tersebut diambil dari mereka, karena mereka tidak memilih untuk lahir seperti itu. 

Sebagian korban akan menjadi lebih parah dari pelaku di masa yang mendatang, dan roda berputar ini tidak boleh berputar terus, melainkan harus dihancurkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun