"Turunkan jangkar!", teriak salah satu anak buah ayahku.
Akhirnya kami sampai. Entah mengapa aku merasakan hal baik akan datang kepadaku di sini. Aku pun berjalan cepat menyusul ayahku yang memulai langkahnya meninggalkan kapal, membiarkan semua anak buahnya berlarian mengangkut barang-barang kami. Semua orang-orang di tempat ini memang sama. Kulit mereka yang kecoklatan, rambut mereka yang hitam, tubuh kurus akibat bekerja seharian, ah sangat membosankan. Tapi... siapa orang itu?
Â
Kunto's pov ***
"Bu, Kunto pergi dulu ya", teriaku pada ibu yang masih sibuk di dapur.
"Kunto! Cepat ke dermaga! Mereka sudah datang!", teriak salah pak Anji, pak tua yang tinggal tepat di sebelah rumahku.
"Iya pak.", turutku.
Benar saja kata pak Anji, dermaga telah dipenuhi kerumunan warga yang siap menyapa pengawas baru kami. Tak lama kemudian seorang pria berkemeja biru turun dari kapal itu. Semua orang menunduk untuk memberinya salam selamat datang. Baru saja 5 langkah diambil pria itu, terlihat langkah wanita muda menyusulnya. Wanita itu tersenyum dengan manis ke semua orang. Tidak seperti ayah atau ibunya, ia tersenyum lebar kepada kami semua. Tidak banyak yang memperhatikan wanita muda itu, kebanyakann warga masih menunduk takut kepada keluarga baru itu. Aku rasa aku sudah gila, tapi sepertinya wanita itu memang berbeda. Ah apa yang terjadi padaku, sebaiknya ku buang jauh-jauh pikiran itu. Akupun bergegas  berlari membantu memindahkan barang wanita itu dan keluarganya ke rumah baru mereka.
"Terima kasih", ujar wanita muda tadi.
"Panggil saja aku Cath", tambahnya lagi.
"C..Ca..Cath", balasku gelagapan. Tanpa pikir panjang, aku memutar balik tubuhku dan sedikit berlari keluar dari rumah itu. Apa itu tadi? Aku berbicara dengan bangsa pirang? Aku bahkan tak percaya pada diriku sendiri.