Dalam peran anak, anak pasti selalu bertanya-tanya pada diri mereka sendiri kenapa orang tua mereka bertindak seperti itu kepada mereka. Hal ini terjadi karena setiap orang tua memiliki caranya masing-masing untuk mendidik anak mereka dan yang terpenting adalah setiap orang tua pasti memberikan hal terbaik untuk anaknya. Buat yang belum tahu apa itu pola asuh, pola asuh dari orang tua adalah bagaimana cara orang tua menyikapi dan berinteraksi dengan anaknya seperti bagaimana orang tua mengajari anaknya akan suatu nilai ataupun norma yang ada, membimbing anak mengenai bagaimana dia seharusnya berperilaku dan di sini orang tua berperan penting dalam membentuk karakter karena orang tua akan menjadi panutan dan perilaku orang tua akan dicontoh oleh anak.
Bentuk pola asuh dan parenting merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena ini memengaruhi perkembangan emosional anak. Terkhususnya zaman sekarang merupakan zaman digitalisasi yang dimana orang tua hanya memberikan gadget kepada anak agar anak tidak mengganggu orang tua yang sedang bekerja, kurang memberikan perhatian pada anak, dan lainnya. Dari pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan masa perkembangan dari kanak-kanak dapat membentuk sikap yang tidak baik pada pengalaman sosial anak seperti anti sosial, tidak percaya diri dan ada kemungkinan menjadi bibit dari karakter negatif.Â
Dalam buku Jhon W Santrock menemukan bahwa orang tua yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi menunjukkan ekspresi positif. Sehingga anak dapat belajar mengekspresikan emosinya secara wajar melalui interaksi mereka dengan orang tua. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa  perilaku anak-anak dapat mencerminkan bagaimana pola asuh yang mereka terima dari orang tua maupun lingkungan keluarganya dan peran orang tua dalam pengembangan karakter anak itu sangat penting.
Selanjutnya, kira-kira orang tua punya pola asuh seperti apa sih? pola asuh menurut Hurlock dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni :Â
Pola asuh Authoritative (demokratis)
Orang tua dengan pola asuh demokratis akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan anak dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan rasional. Memberikan kebebasan kepada anak namun tetap dalam pengawasan orang tua, tidak bersifat menuntut, memberikan kehangatan dan dapat bernegosiasi dengan anak.Â
Pola asuh Authoritarian (otoriter)
Biasanya orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung mengontrol tindakan anaknya secara berlebihan atau ketat, memberi hukuman fisik apabila tindakan anak tidak sesuai dan anak tidak memiliki kebebasan untuk memilih. Jadi, dalam pola asuh otoriter, orang tua akan mendominasi anak untuk menuruti segala keinginan orang tua dan tidak mendengarkan pendapat atau keputusan dari anak.Â
Pola asuh Permissive (permisif)
Jenis pola asuh permisif tidak memberikan tuntutan, memberikan kebebasan namun tidak dengan perhatian dan kehangatan. Jadi, anak yang mengendalikan dirinya sendiri dan membuat keputusan sendiri tanpa adanya pengawasan dari orang tua.
Kemudian, salah satu permasalahan pada zaman sekarang merupakan zaman digitalisasi sehingga banyak dari orang tua memberikan anak gadget. Pada akhirnya, banyak permasalahan yang muncul seperti anak-anak kecanduan main game, tidak senang bersosialisasi karena lebih senang bermain game, tidak lagi menyentuh permainan tradisional, emosional dan lain lainnya. Hal ini sangat disayangkan karena justru anak-anak dalam perkembangannya senang dengan kelompok, mulai mengenali emosi dirinya sendiri, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, senang bereksplorasi dan lainnya. Jadi, berikut ini adalah pola asuh yang sekiranya dapat orang tua lakukan untuk anak :Â