Laut Merah merupakan jalur maritim vital yang menghubungkan Eropa, Asia, dan Afrika. Konflik yang sedang berlangsung di Laut Merah telah menjadi sumber ketegangan yang signifikan di kawasan tersebut. Salah satu penyebab utama ketegangan adalah persaingan antara Arab Saudi dan Iran, yang berusaha memperluas pengaruh mereka di Timur Tengah. Persaingan ini menciptakan atmosfer tidak stabil di sepanjang jalur maritim vital tersebut.
Selain itu, konflik internal di Yaman juga memperburuk situasi. Perang saudara yang berkepanjangan telah menyebabkan kelompok pemberontak Houthi menggunakan Laut Merah sebagai arena pertempuran. Mereka sering melancarkan serangan terhadap kapal-kapal komersial yang melewati wilayah tersebut, termasuk kapal tanker yang penting bagi pasokan minyak dan komoditas lainnya.
Dampak dari konflik ini terhadap perdagangan internasional sangat signifikan. Gangguan dalam rantai pasokan global, terutama untuk minyak, gas, dan komoditas lainnya, telah menyebabkan kenaikan harga barang dan inflasi. Selain itu, biaya asuransi yang lebih tinggi untuk kapal yang melintasi Laut Merah telah menekan profitabilitas perusahaan dan mendorong perusahaan untuk mencari rute alternatif yang lebih aman, meskipun lebih panjang dan lebih mahal.
Dalam menghadapi situasi ini, Indonesia telah mengambil langkah-langkah strategis. Melalui diplomasi aktif dan kerja sama internasional, Indonesia berusaha untuk memediasi konflik di kawasan Laut Merah. Indonesia juga meningkatkan patroli maritim di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan untuk mencegah konflik dan mendukung pengembangan rute pengiriman alternatif. Selain itu, Indonesia terus memperkuat kapasitas keamanan maritimnya dan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara lain untuk memastikan keamanan di Laut Merah dan menjaga kepentingan ekonominya di wilayah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H