Kau berserak jejer nan indah,
namun menjijikan.
kau di pungut sang pemulung berbudi nan suci,
namun masih datang lagi dan lagi.
kau...
Kau benar benar tak berbud.
Baumu menyengat menyiksa setiap insan yg melintas.
kau begitu kejam membunuh setiap mahluk kecil,
yang tak tahan menantang terjalnya badai kehidupan.
Tempat sampah yang terpasang di setiap keheningan kota,
tidak engkau hiraukan.
Ah sampah...
Caramu membalas jasa orang yang telah kau giurkan sangatlah biadab.
Bagai parasit, kau menghidupi keluarga
dari keringat orang yg mendambakan kesejahtraan.
kau terlalu busuk untuk diselamatkan.
Sampah...
Sadarlah bangsa ini tercipta
dari tetesan darah para pahlawan.
Setiap bercak darah yang merayap,
tertumbuh secercah harapan...
Harapan untuk menggapai kemakmuran.
Harapan untuk mendapatkan kesejahtraan.
Tanpa malu kau melenggang
diatas bercak darah harapan
Membakar lembaran sejarah,
Menebarkan kebusukan
Menyengsarakan kehidupan bangsa.
Ah sampah...
Masih pantaskah engkau danggap insan yang berakhlak?
Masih pantaskah Undang Undang menawarkan kebijakannya?
Tidak...
Tidak...
Tidak...
kau sudah terlalu busuk.
kau harus di dicampak.
Tidak ada alasan untuk menyelamatkan engkau.
Wahai para negarawan singkirkan sampah ini dari bumi pwrtiwi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H