Mohon tunggu...
Feliks Hatam
Feliks Hatam Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger dan Youtuber

Feliks Hatam. Asal Manggarai

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Feliks Hatam: Pilar Bangsa Mengalir dalam Darah

2 Mei 2019   15:09 Diperbarui: 2 Mei 2019   15:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: aswajamuda.com 

"Aku bukan pencipta Pancasila, Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Aku hanya menggali Pancasila dari buminya bangsa Indosia, Pancasila terbenam di bumi bangsa Indonesia 350 tahun lamanya. Aku menggali kembali dan aku sembahkan Pancasila ini di atas persada bangsa Indonesia kembali...dan aku melihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia itu ada hidup lima prasaan..di hadapan sidang inilah buat pertama kali saya formulasikan apa yang kita kenal sekarang, yakni Pancasila" ( Roza, dkk. 2015: 18). 

***

 Puisi  Feliks Hatam: Pilar Bangsa Mengalir Dalam Darah

NKRI

Nama itu dipilih untuk menyebutkan, kita kaya akan pulau

kita kaya akan suku, agama dan RAS.

Kekayaan itu selalu, dan akan selalu ada  dalam bingkai BHINEKA TUNGGAL IKA.

Kakayaan itu harus selalu ada di atas dasar Pancasila, menyatu dalam keberagaman.

Pertahankan !!!

NKRI

Nama itu bukan asal ditetapkan.

Nama itu, menyambung dan mempersatukan seluruh pulau di Nusantara dengan keberagamannya masing-masing. Itulah Indonesia.

Nama itu ditetapkan di atas pedihnya melawan penjajah.

Nama itu, ditetapkan, dituliskan di atas keringat-keringat darah para pejuang.

Nama itu, ditetapkan di atas cita-cita luhur para pahlawan negeri.

NKRI

Nama itu, dipilih dan ditetapkan untuk menyatukan rasa diantara seribu pulau.

Rasa untuk membebaskan sesama.

Rasa untuk saling memajukan pertiwi

Rasa untuk saling mengamalkan cinta di negeri Merah Putih

NKRI

Ikatan rasa cinta diantara beragam suku, agama, ras

Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, NKRI adalah atribut semua insan dibawah kibaran Merah putih.

Wahai negriku, NKRI

Dalam sadar kubersyukur kita kaya akan perbedaan suku, agama dan ras.

Walau kita beda dari semua itu, tetap darah kita merah, tulang kita tetap putih, kaki kita tetap dua, tangan kita tetap dua, mata kita tetap dua, dan telinga kita tetap dua. Semua itu sama disetiap ras, agama, suka. Dan ada diseluruh nusantara.

Sama di bawah kibaran Merah Putih.

Sama dalam Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Itulah Idonesia.

Pertahankanlah !!!

Indonesia, adalah bangsa yang pluralis.

Walau kita beda, di bawah Garuda kita tetap satu membentuk kesatuan, bersatu dalam   memperjuangkan perdamaian, kerukunan, dan ketentraman.

Bhineka Tunggal Ika menanamkan sikap persatuan, saling mendukung sebagai warga negera yang tersebar diseribu pulau, bersatu dalam NKRI.

Bineka Tunggal Ika, menafaskan prinsip saling menghargai. Bukan saling menghakimi.

Walau banyak jalan halus yang memuluskan dinamika perpercahan, kembalilah  dan kembalikan seluruh gerak dan detak jantungmu pada pedoman bangsa.

Bersykurlah negeriku

Akan seluruh karya dan perjuangan pendahulu negeri ini.

Tertegunlah, dan  kembali ke hati nurani. Biarlah hati itu sejuk dibawah  sayap Garuda. Biarlah semua hati itu bergerak dalam ikatan  NKRI.

Berjalan atas nama Pancasila dalam menebarkan jala persuadaraan, soli dan solidarita.

Biarlah hati itu menghayati karakteristik dalam amal cinta, kasih, dan damai.

Dari sudut negeri ini, dibawah kibaran Sang Merah Putih.

Ada tanya yang muncul di setiap langkah

Mengapa kita harus saling membeci?

Mengapa kita selalu menyibukan diri untuk menciptakan permusuhan?

Bukankah kita memiliki deretan nama pahlawan yang sama

Bukankah kita  mengakui tanah yang sama. Tanah air Idonesia

Bukankah kita memiliki bahasa permersatu yang sama, Bahasa Indonesia

Bukankah kita memiliki idiologi yang sama, Pancasila

Berhentilah menaburkebencian, larut dalam kegalauan karena kegaduhan yang tanpa batas.

Bukankah kita berada di bumi yang sama? Bumi Pertiwi

Menikmati sumber alam yang sama? Dari hasil alam Nusantara

Berada di bawah langit yang sama? Langit NKRI

Disinari oleh mentari yang sama?

Diterangi oleh rembulan dengan sejuta bintang yang sama, dikala mentari beralih?

Bukankah semua yang kita cari, akan kita peroleh  bila semunya kondusif, bila semuanya saling dan selalu mendukung. Bila semuanya berjalan di atas pilar bangsa.

Ingatlah, sumua insan diciptakan dengan kekhasan dan potensi masing-masing untuk membangun negeri. Itulah kekayaan bangsa kita, kekayaan potensi yang terdapat disetiap insan.

Bila sehari saling membeci

Katakanlah dalam langkah terakhirmu sebelum matahari terbenam

Biarlah kebencian ini terkubur bersama terbenamnya sang mentari.

Bangkitlah bersama sang fajar, menerbitkan sendi-sendi persahabatan dan kekeluargaan, menaburkan semangat demi menggapai cita-cita luhur negeri. 

Bersama fajar dan embun di pagi hari turut meneduhkan rasa dan prasaan diantara kita.

      

Wahai negeriku

Tetaplah bergerak dengan langkah pasti untuk memajukan negeri yang bernafaskan Pancasila

Biarlah merah bersatu dalam nadi, memperjuangkan  dan terus mempertahankan NKRI.

Biarlah Putih terus bersatu dalam tulang, dan melangkah penuh keyakinan agar Merah Putih tetap dan selalu berkibar di udara.

 

Dari sudut negeri.

Kukatupkan tangan.

Sembari menghadirkan semua kisah para leluhur negeriku

Kuselalu menuliskan semua karya nenek moyangku, yang berjuang tanpa pamrih,

berjuang tanpa alas kaki,

berjuang dengan sejuta cinta dan cita-cita,

berjuang dengan keringat-keringat darah.  

Semuanya untuk mendapatkan kata, bebas.

Sejak merah putih dikibarkan pertama kali di bumi Pertiwi, Indonesia. Semua anak bangsa berharap dan terus mengepalkan tangan untuk selalu bebas.

Bebas dari segala bentuk gerakkan sosial yang menyimpang dari Pancasila

Bebas dari segala macam sekat-sekat sosial yang berpaling dari amanat UUD 1945

Bebas dari segala macam gerakkan halus yang berseberangan dengan misi Bhineka Tuhnggal Ika.

Wahai  negeriku, marilah melangkah dalam amanat luhur Pancasila

Hendaklah setiap sila dinyatakan dalam setiap kata dan sikap.

Biarlah sila pertama menjadi nilai dan dasar gerakkan spiritual dari semua keyakinan.

Biarlah sila kedua menjadi dasar gerakkan intelektual. Sebab bangsa yang pintar berjalan berdasarkan idiologinya.

Biarlah sila ketiga menjadi dasar dalam  mewujudkan persatuan dalam keragaman.

Biarlah sila keempat dan kelima memandu semua insan negeri dalam berjuang mewujudkan amanat bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa menjadikan empat pilar sebagai pedoman dalam membangun bangsa (bdk. Roza, dkk. 2015:30).

 

Wahai negriku.

Pertahankanlah Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI.

Itu adalah pedoman bangsa yang terus ada di negeri ini.

Biarlah UUD I945 terus menyatu dalam darah semua anak bangsa.

Biarlah kita, dan anak-anak yang lahir dari rahim setiap generasi tetap menyebut nama yang sama, NKRI

Biarlah kita, dan seluruh keturunan di negeri ini tetap menyebutkan kata Pancasila dengan bunyi sila dan jumlah sila, yang  sama dan tetap.

Biarlah kita, dan seluruh anak bangsa dari musim ke musim  tetap setia dalam perbedaan, menyatu dalam Bhineka Tunggal Ika, membentang tali persaudaraan di bumi Nusantara, bertahan dalam ikatan NKRI.

Karena semunaya untuk mewujudkan kata MERDEKA.

Merdeka !!!

Merdeka !!!

Merdeka !!!

pUISI INI Pernah dibacakan di STKIP SANTU PAULUS RUTENG, PADA TANGGAL 1 Oktober 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun