"Aku bukan pencipta Pancasila, Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Aku hanya menggali Pancasila dari buminya bangsa Indosia, Pancasila terbenam di bumi bangsa Indonesia 350 tahun lamanya. Aku menggali kembali dan aku sembahkan Pancasila ini di atas persada bangsa Indonesia kembali...dan aku melihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia itu ada hidup lima prasaan..di hadapan sidang inilah buat pertama kali saya formulasikan apa yang kita kenal sekarang, yakni Pancasila" ( Roza, dkk. 2015: 18).Â
***
 Puisi  Feliks Hatam: Pilar Bangsa Mengalir Dalam Darah
NKRI
Nama itu dipilih untuk menyebutkan, kita kaya akan pulau
kita kaya akan suku, agama dan RAS.
Kekayaan itu selalu, dan akan selalu ada  dalam bingkai BHINEKA TUNGGAL IKA.
Kakayaan itu harus selalu ada di atas dasar Pancasila, menyatu dalam keberagaman.
Pertahankan !!!
NKRI
Nama itu bukan asal ditetapkan.
Nama itu, menyambung dan mempersatukan seluruh pulau di Nusantara dengan keberagamannya masing-masing. Itulah Indonesia.
Nama itu ditetapkan di atas pedihnya melawan penjajah.
Nama itu, ditetapkan, dituliskan di atas keringat-keringat darah para pejuang.
Nama itu, ditetapkan di atas cita-cita luhur para pahlawan negeri.
NKRI
Nama itu, dipilih dan ditetapkan untuk menyatukan rasa diantara seribu pulau.
Rasa untuk membebaskan sesama.
Rasa untuk saling memajukan pertiwi
Rasa untuk saling mengamalkan cinta di negeri Merah Putih
NKRI
Ikatan rasa cinta diantara beragam suku, agama, ras
Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, NKRI adalah atribut semua insan dibawah kibaran Merah putih.
Wahai negriku, NKRI
Dalam sadar kubersyukur kita kaya akan perbedaan suku, agama dan ras.
Walau kita beda dari semua itu, tetap darah kita merah, tulang kita tetap putih, kaki kita tetap dua, tangan kita tetap dua, mata kita tetap dua, dan telinga kita tetap dua. Semua itu sama disetiap ras, agama, suka. Dan ada diseluruh nusantara.
Sama di bawah kibaran Merah Putih.
Sama dalam Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Itulah Idonesia.
Pertahankanlah !!!
Indonesia, adalah bangsa yang pluralis.
Walau kita beda, di bawah Garuda kita tetap satu membentuk kesatuan, bersatu dalam  memperjuangkan perdamaian, kerukunan, dan ketentraman.
Bhineka Tunggal Ika menanamkan sikap persatuan, saling mendukung sebagai warga negera yang tersebar diseribu pulau, bersatu dalam NKRI.
Bineka Tunggal Ika, menafaskan prinsip saling menghargai. Bukan saling menghakimi.
Walau banyak jalan halus yang memuluskan dinamika perpercahan, kembalilah  dan kembalikan seluruh gerak dan detak jantungmu pada pedoman bangsa.
Bersykurlah negeriku
Akan seluruh karya dan perjuangan pendahulu negeri ini.
Tertegunlah, dan  kembali ke hati nurani. Biarlah hati itu sejuk dibawah  sayap Garuda. Biarlah semua hati itu bergerak dalam ikatan  NKRI.
Berjalan atas nama Pancasila dalam menebarkan jala persuadaraan, soli dan solidarita.
Biarlah hati itu menghayati karakteristik dalam amal cinta, kasih, dan damai.
Dari sudut negeri ini, dibawah kibaran Sang Merah Putih.
Ada tanya yang muncul di setiap langkah
Mengapa kita harus saling membeci?
Mengapa kita selalu menyibukan diri untuk menciptakan permusuhan?
Bukankah kita memiliki deretan nama pahlawan yang sama
Bukankah kita  mengakui tanah yang sama. Tanah air Idonesia
Bukankah kita memiliki bahasa permersatu yang sama, Bahasa Indonesia
Bukankah kita memiliki idiologi yang sama, Pancasila
Berhentilah menaburkebencian, larut dalam kegalauan karena kegaduhan yang tanpa batas.
Bukankah kita berada di bumi yang sama? Bumi Pertiwi
Menikmati sumber alam yang sama? Dari hasil alam Nusantara
Berada di bawah langit yang sama? Langit NKRI
Disinari oleh mentari yang sama?
Diterangi oleh rembulan dengan sejuta bintang yang sama, dikala mentari beralih?
Bukankah semua yang kita cari, akan kita peroleh  bila semunya kondusif, bila semuanya saling dan selalu mendukung. Bila semuanya berjalan di atas pilar bangsa.
Ingatlah, sumua insan diciptakan dengan kekhasan dan potensi masing-masing untuk membangun negeri. Itulah kekayaan bangsa kita, kekayaan potensi yang terdapat disetiap insan.
Bila sehari saling membeci
Katakanlah dalam langkah terakhirmu sebelum matahari terbenam
Biarlah kebencian ini terkubur bersama terbenamnya sang mentari.
Bangkitlah bersama sang fajar, menerbitkan sendi-sendi persahabatan dan kekeluargaan, menaburkan semangat demi menggapai cita-cita luhur negeri.Â
Bersama fajar dan embun di pagi hari turut meneduhkan rasa dan prasaan diantara kita.
   Â
Wahai negeriku
Tetaplah bergerak dengan langkah pasti untuk memajukan negeri yang bernafaskan Pancasila
Biarlah merah bersatu dalam nadi, memperjuangkan  dan terus mempertahankan NKRI.
Biarlah Putih terus bersatu dalam tulang, dan melangkah penuh keyakinan agar Merah Putih tetap dan selalu berkibar di udara.
Â
Dari sudut negeri.
Kukatupkan tangan.
Sembari menghadirkan semua kisah para leluhur negeriku
Kuselalu menuliskan semua karya nenek moyangku, yang berjuang tanpa pamrih,
berjuang tanpa alas kaki,
berjuang dengan sejuta cinta dan cita-cita,
berjuang dengan keringat-keringat darah. Â
Semuanya untuk mendapatkan kata, bebas.
Sejak merah putih dikibarkan pertama kali di bumi Pertiwi, Indonesia. Semua anak bangsa berharap dan terus mengepalkan tangan untuk selalu bebas.
Bebas dari segala bentuk gerakkan sosial yang menyimpang dari Pancasila
Bebas dari segala macam sekat-sekat sosial yang berpaling dari amanat UUD 1945
Bebas dari segala macam gerakkan halus yang berseberangan dengan misi Bhineka Tuhnggal Ika.
Wahai  negeriku, marilah melangkah dalam amanat luhur Pancasila
Hendaklah setiap sila dinyatakan dalam setiap kata dan sikap.
Biarlah sila pertama menjadi nilai dan dasar gerakkan spiritual dari semua keyakinan.
Biarlah sila kedua menjadi dasar gerakkan intelektual. Sebab bangsa yang pintar berjalan berdasarkan idiologinya.
Biarlah sila ketiga menjadi dasar dalam  mewujudkan persatuan dalam keragaman.
Biarlah sila keempat dan kelima memandu semua insan negeri dalam berjuang mewujudkan amanat bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa menjadikan empat pilar sebagai pedoman dalam membangun bangsa (bdk. Roza, dkk. 2015:30).
Â
Wahai negriku.
Pertahankanlah Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI.
Itu adalah pedoman bangsa yang terus ada di negeri ini.
Biarlah UUD I945 terus menyatu dalam darah semua anak bangsa.
Biarlah kita, dan anak-anak yang lahir dari rahim setiap generasi tetap menyebut nama yang sama, NKRI
Biarlah kita, dan seluruh keturunan di negeri ini tetap menyebutkan kata Pancasila dengan bunyi sila dan jumlah sila, yang  sama dan tetap.
Biarlah kita, dan seluruh anak bangsa dari musim ke musim  tetap setia dalam perbedaan, menyatu dalam Bhineka Tunggal Ika, membentang tali persaudaraan di bumi Nusantara, bertahan dalam ikatan NKRI.
Karena semunaya untuk mewujudkan kata MERDEKA.
Merdeka !!!
Merdeka !!!
Merdeka !!!
pUISI INI Pernah dibacakan di STKIP SANTU PAULUS RUTENG, PADA TANGGAL 1 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H