Mohon tunggu...
Felicia
Felicia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka menulis dan mencoba hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Apakah Mengikuti Tren Parenting adalah Pilihan Terbaik untuk Anak?

4 Juli 2023   21:30 Diperbarui: 4 Juli 2023   21:52 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Vitolda Klein on Unsplash

Instagram atau sosial media lainnya punya banyak cara untuk menghadirkan konten-konten sesuai dengan minat kita. Saat Bunda tengah mencari tahu tentang tips-tips parenting, tanpa sadar semua beranda sudah dipenuhi dengan cara-cara mendidik anak jitu, atau cara mengenali apa yang harus Bunda lakukan kalau anak sedang dalam kondisi tertentu. 

Banyaknya informasi yang didapatkan mungkin bisa membantu Bunda. Tetapi informasi yang terlalu banyak bisa jadi cenderung membingungkan. Apakah Bunda harus mengikuti semua tips tersebut, atau adakah cara untuk memilih cara yang terbaik untuk sang buah hati?

Anak yang terlahir dari budaya yang berbeda, pastinya memiliki cara memandang dunia dan cara melakukan sesuatu yang berbeda juga. Informasi yang Bunda terima bisa datang dari berbagai budaya dan gaya parenting yang berbeda. Sebelum itu, mari saya ajak Bunda melihat bagaimana pola parenting dari beberapa budaya dapat menghasilkan keluaran yang berbeda bagi anak-anak. 

Pada konteks belajar, Bunda dapat melihat cara pendekatan yang sangat berbeda. Di negara Barat misalnya Amerika, anak diberikan afirmasi positif atau pujian sehingga membuat anak semangat belajar. Di negara Timur misalnya di Jepang, anak cenderung diberitahu kelemahan mereka dengan ekspektasi itu akan memicu keinginan belajar. 

Bunda dapat dapat melihat bagaimana perkataan "Ayo berikan anak banyak pujian dan apresiasi keberhasilan mereka."dapat membuat anak rajin belajar, atau cenderung memandang keberhasilan-keberhasilan kecil sebagai hal yang terlalu dibanggakan. "Jangan terlalu banyak memuji anak, agar mereka tidak sombong." dapat membuat anak kita menjadi rendah diri, tetapi mungkin belajar giat untuk memperbaiki diri.

Photo by Alexander Dummer on Unsplash 
Photo by Alexander Dummer on Unsplash 

Perkataan yang sering Bunda lihat misalnya "Motivasi anak seharusnya datang dari dalam dirinya." bisa saja menghadirkan budaya individualis yang akhirnya membawa anak berpusat kepada diri, tetapi juga menghadirkan kondisi yang lebih stabil pada anak saat mendapatkan perkataan negatif dari sekelilingnya. 

Sebaliknya, "Ayo belajar dengan rajin agar Ayah dan Bunda bangga." mungkin dapat menghadirkan persepsi terlalu bergantung kepada orang tua, tetapi juga mengingatkan peran orang-orang disekitar anak akan keberhasilan dan kegagalan mereka.

"Anak sebaiknya dibiarkan merantau agar belajar mandiri." adalah konsep yang banyak ditemui di budaya Barat. Di Indonesia,  budaya pergi meninggalkan tempat tinggal untuk menuntut ilmu juga melekat pada beberapa suku, misalnya Suku Batak, Jawa, Bugis, Madura, dan Minangkabau. 

Anak dengan kemandirian yang kurang, cenderung memandang anggota keluarga atau lingkar dekatnya sebagai orang-orang yang sangat mempengaruhi mereka sambil menjaga jarak dari lingkungan diluar lingkar dekat tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun