Aulia memaparkan penelitian kelompoknya juga dapat membantu bagi anak dengan penyakit lain yang mirip dengan ASD, misalnya sindrom Asperger. Akan tetapi, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu.
“Pada buku DSM V, sindrom Asperger telah dimasukkan ke dalam klasifikasi ASD sehingga sindrom Asperger merupakan salah satu tingkatan yang ada pada ASD. Asesmen diperlukan untuk mengetahui apakah prototype kami apakah sesuai dengan kemampuan anak dengan sindrom Asperger atau tidak,” terangnya.
Manfaat Penelitian
Rayhan mengatakan penelitian mereka bertujuan untuk lebih memasifkan inklusivitas dalam masyarakat. Penelitian mereka juga sekaligus dapat menjadi media psikoedukasi untuk masyarakat yang terealisasikan dengan penggunaan aplikasi yang ramah untuk orang tua dan terapis.
“Hadirnya aplikasi yang kami beri nama AurA ini semoga dapat membantu individu autisme untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan sosialnya, setidaknya pada tataran kemampuan dasar,” tukas Rayhan.
ereka berharap ke depannya prototype mereka dapat berkembang menjadi aplikasi yang dapat mengakomodir seluruh khalayak dengan gangguan ASD yang berasal dari berbagai latar belakang. Mereka juga berharap kelak inovasi-inovasi karsa cipta dapat dikembangkan lebih jauh untuk gangguan-gangguan lainnya. (*)
Penulis : Dewi Yugi Arti
Editor : Feri Fenoria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H