Mohon tunggu...
Felicia Penny Septiara
Felicia Penny Septiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Geofisika Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa Geofisika Universitas Gadjah Mada, memiliki minat dibidang perminyakan, energi, sumber daya alam, dan mitigasi bencana geologi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kesiapan Transisi Energi Kompor LPG Menjadi Kompor Induksi di Indonesia

15 Desember 2021   06:23 Diperbarui: 19 September 2022   20:48 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kompor induksi. (Dok. Shutterstock/ brizmaker via kompas.com)

"Dengan skema penambahan daya listrik pada rumah yang hanya memiliki daya 450 VA menjadi minimal 900 VA, pemerintah diharapkan dapat tetap melakukan subsidi tarif listrik."

Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan sumber energi yang banyak digunakan di Indonesia khususnya untuk skala rumah tangga. LPG berasal dari gas bumi yang kemudian dicairkan. 

Indonesia menggunakan LPG secara masif di tahun 2007 untuk menggantikan penggunaan minyak tanah. Namun sejak pergantian sumber energi tersebut, ditemukan kendala-kendala. 

Selama ini LPG digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan bantuan dari pemerintah untuk masyarakat yang kurang mampu, namun di lapangan masih marak ditemukan tabung gas LPG 3 kilogram digunakan oleh masyarakat menengah ke atas. 

Indonesia masih melakukan impor LPG untuk memenuhi kebutuhan LPG yang meningkat tiap tahunnya sehingga berdampak pada penggunaan APBN.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan menggunakan APBN dengan bijak adalah penggunaan kompor listrik atau kompor induksi. 

Salah satu keunggulan yang ditawarkan dari kompor listrik adalah keamanan penggunaannya dimana tidak perlu takut lagi akan ledakan gas namun kompor induksi membutuhkan daya listrik yang besar. 

Daya listrik yang diperlukan kompor induksi rata - rata adalah 800 hingga 1400 watt per unit. Sedangkan masih banyak rumah dengan daya listrik 450 VA. Mau tidak mau masyarakat yang hanya memiliki daya listrik 450 VA harus menambah daya. 

Program yang saat ini telah berjalan untuk merealisasikan kompor induksi di Indonesia adalah program Nyaman Kompor Induksi 2021 yang diprakarsai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). 

Melalui program ini PLN memberikan sejumlah kemudahan bagi masyarakat yang ingin beralih dari LPG yakni dengan memberikan harga khusus bagi pengguna baru dan memberikan potongan harga bagi masyarakat yang ingin meningkatkan daya.

Program ini berjalan tentunya dengan berbagai macam pertimbangan, namun saat ini perlu ditinjau kembali kesiapan PLN sebagai penyedia listrik nasional. PLN harus bekerja keras untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap kompor induksi. 

Banyak yang membandingkan kompor LPG dan kompor induksi. Masyarakat masih beranggapan bahwa harga kompor listrik lebih mahal dibandingkan dengan kompor LPG dan kompor LPG akan jauh lebih cepat menghantarkan panas dibandingkan dengan kompor induksi. 

Anggapan ini tentu menjadi pekerjaan rumah untuk mensosialisasikan secara bertahap dan mengambil arah kebijakan konkret sehingga masyarakat mau dan terbiasa menggunakan kompor induksi kedepannya. 

Harga khusus paket instalasi kompor listrik maupun potongan harga untuk meningkatkan daya nampaknya belum cukup. Hal yang perlu dipertimbangkan selain penambahan daya adalah tarif listrik yang harus dikeluarkan sehari-hari untuk pemakaian kompor induksi. 

Dengan skema penambahan daya listrik pada rumah yang hanya memiliki daya 450 VA menjadi minimal 900 VA, pemerintah diharapkan dapat tetap melakukan subsidi tarif listrik tersebut bagi masyarakat kurang mampu.

Penerima subsidi tarif listrik tersebut merupakan masyarakat yang tervalidasi oleh Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial selagi menunggu pengembangan teknologi untuk mengatasi masalah biaya yang dikeluarkan untuk realisasi kompor induksi. 

Tidak terlewatkan juga mengenai jaringan listrik di Indonesia. Pengadaan kompor induksi juga harus sejalan dengan pemenuhan target jaringan listrik 100% di Indonesia untuk menciptakan keadilan pemanfaatan energi hingga ke semua daerah di Indonesia. 

Upaya transisi kompor LPG ke kompor induksi memberikan stimulus di berbagai bidang. Stimulus yang berkaitan dengan pengembangan teknologi yakni kedepannya dapat ditemukan kompor listrik dengan daya yang minimal, menghantarkan panas maksimal dan lebih terjangkau untuk masyarakat. 

Bukan menjadi tidak mungkin penggunaan kompor induksi juga dapat mendukung produktivitas produk-produk dalam negeri yang dapat bersaing dengan produk luar negri. 

Besar harapan agar kompor induksi dapat menekan angka APBN yang dikeluarkan untuk impor LPG, namun jangan sampai menimbulkan polemik baru di masa yang akan datang. 

Pemerintah harus pintar - pintar dalam mengelola sumber daya energi sehingga program dapat berjalan linear dan terintegrasi dengan baik oleh PLN maupun produsen listrik swasta di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun