Mohon tunggu...
Felicia NagataChristina
Felicia NagataChristina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia Egois dan Keji

16 April 2023   11:40 Diperbarui: 16 April 2023   11:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahun 3423, tahun ini aku mencapai sebuah hal yang menjadi impianku. Di hadapanku berdiri sebuah mesin yang kuberi nama "Mesin Pelintas Waktu" Mesin yang ku garap lebih dari 10 tahun lamanya sejak diriku masih duduk di bangku sekolah tengah.

Aku segera mempersiapkan diri selagi berfikir mau ke waktu yang mana. Berfikir mana yang lebih baik antara pergi ke masa depan atau pergi ke masa lalu. 

Pikirku pergi ke masa depan akan membosankan karena aku yakin bahkan aku hanya dapat melihat kehancuran bumi yang sudah sakit ini.

Saat diriku memasuki mesin, aku langsung menekan tombol ke 1000 tahun yang lalu. Mesin bekerja, badanku melayang dan perlahan memasuki pintu waktu. 

Pusing dan mual, itulah yang kurasakan selama perjalanan sampai akhirnya aku terdampar di sebuah tempat gelap.

Tempat yang sangat asing bagiku, aroma yang tak pernah ku hirup sebelumnya, dasar yang empuk dan lembab, langit yang tertutupi benda yang tak ku kenal, dan angin kencang yang sejuk sekali rasanya. 

Di tempat ini sangat banyak pilar-pilar berwarna coklat tua dan memiliki cabang yang terdapat lembaran-lembaran berwarna hijau. Aku tau satu benda, yaitu buah.

Buah berbentuk bulat yang konon katanya adalah makanan alami. Aku sangat bahagia dan mencoba untuk meraih buah itu. Ku dapati buah ini masam dan manis. Rasa yang menyenangkan lidahku dan membuatku tak kecewa mengunjungi masa ini.

Aku berjalan-jalan menyusuri tempat indah ini sampai aku bertemu sebuah kerumunan manusia yang sama sepertiku namun menggunakan pakaian yang aneh. 

Mereka membawa senjata primitif berenergi kinetik yang dilengkapi dengan beberapa selongsong amunisi. Mereka jelas sedang memburu hewan yang sudah punah di masa ku.

Aku tak tahu harus berbuat apa selain mengikuti jejak mereka secara diam-diam. Terdengar lirih bahasa yang mereka gunakan sama dengan bahasaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun