Rasa Sejati: Introspeksi sebagai Jalan Menuju Kebenaran
Ki Ageng Suryomentaram memperkenalkan konsep rasa sejati sebagai pusat dari pemahaman diri. Rasa sejati mengajarkan manusia untuk melihat dirinya apa adanya, tanpa topeng keinginan atau ilusi yang diciptakan oleh masyarakat. Dalam korupsi, pelakunya sering kali terjebak dalam ilusi bahwa kekuasaan atau kekayaan materi dapat membawa kebahagiaan. Rasa sejati berfungsi sebagai penyeimbang untuk membongkar ilusi tersebut.
Nafsu sebagai Sumber Konflik Internal
Menurut ajaran kebatinan, konflik internal manusia sebagian besar berasal dari ketidakmampuan mengelola nafsu---baik itu nafsu untuk memiliki, menguasai, atau bahkan sekadar diakui. Dalam kerangka ini, korupsi adalah wujud dominasi nafsu atas kebijaksanaan batin seseorang.
Pencarian Kebahagiaan Hakiki
Filsafat kebatinan mengajarkan bahwa kebahagiaan hakiki tidak bersumber dari materi atau status sosial, melainkan dari penerimaan diri dan harmoni batin.
1.3. Relevansi Ajaran Kebatinan dengan Etika Modern
Universalitas Nilai Moral
Ajaran kebatinan tidak eksklusif untuk masyarakat Jawa. Prinsip-prinsip seperti introspeksi, pengendalian diri, dan integritas dapat diaplikasikan dalam konteks modern untuk membangun individu dan komunitas yang etis.Kritik terhadap Materialisme
Kebatinan menawarkan kritik terhadap gaya hidup materialistis yang sering kali menjadi akar perilaku koruptif. Dengan menanamkan nilai-nilai spiritual, seseorang dapat memprioritaskan kepentingan kolektif di atas keuntungan pribadi.
Bab 2: Korupsi dalam Perspektif Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram
2.1. Definisi dan Akar Korupsi dalam Kebatinan
Korupsi sebagai Penyimpangan Nafsu
Dalam kebatinan, korupsi dilihat sebagai manifestasi dari ketidakseimbangan antara kebutuhan batin dan keinginan duniawi. Nafsu yang tidak terkendali mendorong seseorang untuk mengabaikan nilai-nilai moral demi keuntungan pribadi.Hilangnya Kesadaran Diri
Korupsi terjadi ketika individu kehilangan kesadaran diri. Mereka tidak lagi mampu melihat dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain maupun lingkungan sosial.