Mohon tunggu...
felicia ivana
felicia ivana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indonesia

Seorang mahasiswa yang memiliki minat terhadap literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gaya Hidup Slow Living di Indonesia

16 Desember 2024   11:54 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:54 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Slow living kerap pula dikenal dengan gaya hidup yang mengutamakan mindfulness. Berdasarkan jurnal "Healing Architecture: Slow Living Space sebagai Ruang Pereda Stress" dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi dari slow living adalah suatu gaya hidup yang mengutamakan tempo kecepatan sesuai dengan sebagaimana mestinya dan menikmatinya. Hal ini dilakukan bukan semata-mata untuk bermalasan, namun untuk meningkatkan produktivitas dan konsentrasi.

Di era yang serba cepat masa ini, mungkin lebih banyak orang yang tertarik atau bisa pula terpaksa untuk bergaya hidup fast life paced yang lebih mengutamakan kecepatan dan kuantitas dalam segala aktivitasnya. Bertolak belakang dengan prinsip slow living. Dilansir dari jurnal yang sama di atas, bahwa gaya hidup ini berpotensi besar untuk mengakibatkan gangguan mental seperti stress, cemas, dan depresi. Dengan begitu, adanya slow living bisa dikatakan menjadi sebuah solusi alternatif dari fenomena ini. 

Di Indonesia sendiri, tingkatan pertumbuhan infrastruktur dan ekonominya bisa tergolong pesat. Contohnya, pada kawasan perindustrian SCBD (Sudirman Central Business District) yang sudah jauh lebih berkembang dan memiliki aktivitas yang padat, tentu membuat gaya hidup fast life paced lebih dominan.  Gaya hidup demikian yang berkembang dengan sangat cepat dan tingginya persaingan yang terjadi dapat memicu banyak efek negatif yang sebelumnya telah disinggung. Lantas, apakah gaya hidup slow living cocok diterapkan di Indonesia, terutama di kota-kota besar yang memiliki intensitas persaingan yang tinggi? 

Berikut tentang bagaimana menerapkan slow living di Indonesia untuk kamu yang ingin mempertimbangkannya: 

  1. Mendatangi tempat-tempat yang berfungsi sebagai pereda stress. Seperti, taman ataupun kebun. Dengan begitu, kita dapat merasakan "hidup" dengan penuh. 

  2. Mengutamakan mindfulness dalam segala kegiatan. Termasuk, makan dengan pikiran yang penuh dan tidak terdistorsi sambil melakukan hal lain. 

  3. Dengan konsisten melaksanakan kegiatan yang mengutamakan ketenangan, seperti halnya yoga dan meditasi. 

  4. Membiasakan diri untuk menikmati suatu karya. Membaca buku pula dapat menjadi salah satunya. 

  5. Merawat diri di sela-sela kesibukan. Merawat diri dapat menenangkan juga memberikan kepuasan pada pikiran.

  6. Tidak selalu berpatok kepada orang lain dan paham akan 'kecepatan' dari hidup kita masing-masingnya berbeda.

Dari beberapa penerapan di atas, dapat ditarik benang merahnya bahwa gaya hidup slow living ini cocok dan sangat mudah diaplikasikan di Indonesia. Terlebih bila di tempat yang dekat dengan hiruk pikuk perkotaan. Sebab besarnya potensi masalah gangguan mental di Indonesia bisa saja ditangani oleh gaya hidup ini. Slow living menjadi pilihan atas gaya hidup yang lebih baik untuk orang yang mengutamakan kesejahteraan mentalnya. Semua pilihan tergantung pada individu, pada akhirnya kita sendiri yang akan menentukan prioritas kehidupan. Disamping itu, gaya hidup ini adalah satu alternatif yang menjanjikan. 

Sumber: https://drive.google.com/drive/folders/1SkWlmssqdVD_yHq_7QcM2d9LwyDzN_J8

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun