Mohon tunggu...
Ayu FeliciaFassa
Ayu FeliciaFassa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiawa

Saya merupakan mahasiswa aktif S1 Jurusan Ekonomi Pmbangunan, hobi saya adalah mendengarkan musik, membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Mental pada Remaja

12 Juni 2023   22:58 Diperbarui: 12 Juni 2023   23:50 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi terhadap lingkunganya (WHO, 2016). Kesehatan mental pada remaja merupakan hal yang sangat penting dikarenakan berdampak langsung pada kualitas kehidupan mereka, termasuk perkembangan pribadi, hubungan sosial, dan prestasi akademik. Masalah kesehatan mental merupakan ketidakmampuan seseorang dalam menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. 

Nyatanya banyak dari para remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh National Adoles Health Information Center NAHIC (2005) menunjukkan bahwa remaja dan dewasa yang berusia muda pada usia 10-24 tahun baik pria maupun wanita pernah melakukan rawat jalan gangguan kesehatan mental, sebesar 1,9 juta pria melakukan rawat jalan kesehatan mental sedangkan wanita sebesar 1,6 juta jiwa. 

Penduduk dengan usia 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental dan emosional. Masalah kesehatan mental yang dialami oleh remaja khusunya pada kecemasan dan depresi. Banyak remaja Indonesia yang mengalami tantangan beradaptasi terhadap kehidupan mereka yang mulai berubah. 

Banyak faktor yang menjadikan alasan mengapa para remaja sering merasa depresi. Salah satunya adalah permasalahan yang ada pada keluraganya, kurangnya perhatian dari keluarga membuat mereka merasa kesepian dan kurangnya kasih sayang hingga dewasa. 

Pada periode ini banyk remaja yang merasa tiba-tiba harus menjalani lingkungan yang baru, lingkaran pertemanan yang semakin luas, tuntutan pendidikan atau karier yang semakin berat. Rasa trauma yang berasal dari masa kecil membuat mereka takut untuk melakukan banyak hal, rasa trauma itu akan membekas hingga mereka dewasa, pertengakaran keluarga yang terjadi pada keluarga akan membekas pada pikiran anak hingga mereka dewasa, seperti halnya pertengkaran kedua orang tua. Pertengakaran kedua orang tua yang dilakukan didepan anaknya akan membuat mereka merasakan rasa takut. 

Faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti faktor genetik, tempramen, dan kesehatan fisik perlu diamati. Faktor dari dalam keluarga seperti pola asuh orang tua serta kelekatan anak terhadap orang tua. Hal yang perlu diperhatikan adalah dengan pengasuhan orang tua terhadap anak, diperlukan katan yang baik antara anak dan orang tua untuk membangun rasa kepercayaan dan rasa aman. Kesehatan mental juga bisa berasal dari lingkungan pertemanan, dalam hal ini pengaturan emosi dan dukungan sosial dari teman sebaya perlu dilakukan. 

Berdasarkan penilitian pada salah satu SMA di Yogyakarta dengan rentang usia 15-18 tahun. Dari kumpulan data wawancara peran guru, sakala kesehatan mental, skala regulasi emosi, dan skala dukungan sosial teman dengan analis data menggunakan Anova dan analisis regresi berganda, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang kuat antara regulasiemosi dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kesehatan mental. Presentase kontribusi antara variable independen terhadap dependen cukup besar. 

Pada anak remaja, cyberbullying menjadi faktor dari penyebab gangguan kesehatan mental, mereka yang menjadi korban dari cyberbullying akan merasakan kecemasan, kesepian, merasa kurang diterima oleh teman sebaya, menurunnya optimisme dan sedikit memiliki persahabatan. 

Salah satu akibat dari gangguan kesehatan mental adalah depresi, dan itu berdampak buruk dikarenakna dapat menimbulkan kematian. Berbagai masaah ini dapat berisiko tinggi menjadi lebih buruk di kemudian hari apabila tidak ditangani dengan optimal, salah satu dampaknya adalah mereka dapat berpikir untuk bunuh diri apabila sudah tidak sanggup dengan keadaan dilingkungan sekitar. Orang dengan konidis gangguan kesehatan mental sering mengalami pelanggaran berat seperti hak asasi manusia, kebencian dan stigma. Stigma negative meneganai kesehatan mental yang berada pada masayrakat juga akan menghambat remaja untuk mencari bantuan ke laynana kesehatan. 

Memahami kesehatan mental perlu dilakukan oleh para orang tua, teruatama faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan mental dan apa yang harus dilakukan untuk melindungi kesehatan mental. Hal yang perlu dilakukan bukanlah sebuah tuntutan paksa dan peraturan yang diberikan kepada anak, bukan dengan cara membatasi tumbuh kembangnya melainkan mendampingi proses yang terjadi pada tumbuh kembang anak. Dan pada akhirnya kesehatan mental melibatkan kapasitasnya untuk dapat berkembang dalam berbagai hal seperti biologis, kognitif dan sosial-emosional (Remschmidt, et al., 2007).

 Upaya dalam mengatsai permasalahan kesehantan mental perlu dilakukan. Pemahaman mengenai kesehatan mental menjadi bekal utama agar kesehatan mental dapat meningkat dan pengurangan stigma. Peningkatan upaya sosialisi kesehatan mnetal pada remaja perlu dilakukan, karena hal tersebut akan berdampak pada kehiudpan masa kini hingga mereka dewasa. 

Upaya tersebut dilakukan supaya mereka bisa tahu dampak dari gangguan kesehatan mental dan supaya mereka tahu betapa pentingnya menjaga kesehatan mental. Perlu adanya intervensi yang lebih baik untuk membantu mereka dalam masa periode ini agar bias lebih mengenali masalah apa yang sedang dihadapi, dan memahami cara mengatasi stress, serta membangun kesehatan mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun