Mohon tunggu...
Felicia Christa
Felicia Christa Mohon Tunggu... Pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hilangnya Tulang Seiring Berjalannya Waktu

25 Oktober 2017   04:52 Diperbarui: 25 Oktober 2017   05:05 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari -- hari kita sering menerapkan prinsip membuang atau meninggalkan suatu hal yang tidak penting. Sebagai contoh saat memakan suatu makanan, kita akan membuang pembungkus makanan tersebut dan memakan makanannya. Namun, tahukah anda bahwa tubuh kita juga menerapkan prinsip yang hampir sama dengan apa yang kita lakukan. Dalam tubuh kita, tanpa kita sadari ada sebagian organ yang tidak memiliki fungsi namun tetap ada. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas rangka tubuh mahluk hidup yang mengalami rudimentasi.

Rudimentasi adalah proses organ tubuh pada mahluk hidup yang lambat laun akan menghilang atau tidak berkembang karena dianggap tidak atau kurang penting fungsinya. Rudimenter sering digunakan untuk menunjukkan organ tubuh yang tersisa. Pada mahluk hidup, tulang menjadi salah satu organ yang mengalami rudimentasi. Sebelum membahas rudimentasi pada tulang, mari kita membahas apa itu tulang dan kaitannya dengan rangka tubuh manusia.

Tulang merupakan salah satu organ yang penting pada tubuh mahluk hidup. Tulang berperan penting untuk menyokong tubuh sekaligus melindungi organ-organ penting dalam tubuh. Disamping itu tulang berguna untuk pergerakan tubuh dan tempat menempelnya otot. Agar dapat menyokong dan memberi bentuk tubuh tentunya tulang perlu membentuk suatu kesatuan yang disebut rangka. Jadi rangka adalah susunan tulang yang saling berhubungan dan membentuk tubuh bagi mahluk hidup. Fungsi rangka adalah melindungi organ penting, alat gerak pasif, tempat daging dan otot dan menegakkan tubuh.

Pada manusia kita mengenal istilah tulang ekor. Tulang ekor terletak dibagan paling bawah ruas tulang belakang. Tulang ini berfungsi untuk menyangga tulang disekitar panggul. Selain itu, tulang ekor menjadi titik pertemuan beberapa otot dan saraf.  Dengan adanya tulang ekor, kita bisa duduk dengan lebih nyaman. Meskipun tulang ekor memiliki beberapa fungsi, pernahkah anda bertanya mengapa manusia memiliki tulang ekor pada rangka tubuh ?

Dalam buku "The Origin of Species" karangan Charles Darwin, kita akan menjumpai bahwa mahluk hidup mengalami perubahan secara perlahan (evolusi) agar dapat bertahan di alam. Pada buku ini menegaskan tentang seleksi alam dan bagaimana mahluk hidup mengatasinya. Salah satunya adalah rudimentasi. Pada buku ini dijelaskan bahwa manusia awalnya berasal dari kera dan mengalami evolusi. Hal ini bisa membantu kita dalam menemukan jawaban tentang keberadaan tulang ekor pada manusia.

Ukuran tulang ekor pada manusia memang relatif kecil jika dibandingkan dengan hewan -- hewan vertebrata (bertulang belakang) lainnya. Pada manusia, tulang ekor berjumlah 4 segmen saat masih embrio. Setelah dewasa tulang ekor ini bersatu menjadi 1 segmen. Sedangkan pada hewan yang memiliki ekor, tulang penyusun rangka ekor relatif banyak dan panjang. Selain itu semakin dewasa, tulang ekor pada hewan akan semakin panjang pula. Hal ini disebabkan ekor pada hewan memang memiliki fungsi yang penting.

Fungsi ekor pada hewan sendiri juga beragam. Pada hewan primate, ekor memiliki dua fungsi. Fungsi pertama dalah sebagai alat bantu menjaga keseimbangan. Fungsi kedua adalah sebagai alat bantu mengambil objek yang berfungsi layaknya lengan tambahan. Pada buaya, ekor menjadi salah satu tempat untuk menyimpan lemak. Lain halnya dengan rubah yang memiliki ekor tebal sebagai selimut agar tetap hangat dimusim dingin. Pada hewan pemakan tumbuhan seperti zebra, gajah, dan jerapah, mereka memiliki ekor yang panjang dan sekumpulan rambut pada ujungnya. Hal ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan serangga.

Jika kita bandingkan, fungsi ekor memang jauh lebih penting pada hewan. Hal inilah yang menyebabkan tulang ekor pada manusia mengalami rudimentasi. Rudimentasi ini dapat kita lihat dari ukuran tulang ekor yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tulang ekor hewan. Dalam segi perkembangan, tulang ekor manusia tidak mengalami pertambahan panjang dan ukuran seiring berjalannya waktu. Jika dibandingkan dengan hewan, tulang ekor hewan tentunya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Dari segi evolusi, Charles Darwin mengatakan bahwa awalnya manusia berasal dari kera. Hal ini menyebabkan manusia pada perkembangannya memiliki ekor yang panjang layaknya kera. Pada bukunya "The Origin of Species" halaman 451, dikatakan bahwa organ yang tidak dipakai sering dibantu oleh seleksi alam untuk diperkecil bila dianggap tidak atau kurang berguna pada kehidupan sehari -- hari. Salah satunya adalah tulang ekor pada manusia. Awal mulanya kera memiliki ekor panjang. Kemudian dalam proses evolusi, ekor ini menjadi pendek. Hal ini dikarenakan pada proses seleksi alam, ekor dirasa tidak atau kurang penting bagi manusia.

www.bendbulletin.com
www.bendbulletin.com
Selain tulang ekor, tanpa disadari hampir seluruh tulang dalam tubuh kita hilang dalam perkembangannya. Ketika baru lahir, bayi memiliki jumlah tulang sekitar 300 buah. Pada saat dilahirkan, seluruh tulang penyusun bayi adalah tulang kartilago atau tulang rawan.  Hal ini bertujuan agar bayi dapat lebih mudah keluar dari mulut rahim yang sempit. Setelah dewasa, tulang ini akan melebur dan bersatu hingga jumlahnya tersisa 206 buah.

Menurut Dr. Sonja Roesmana, SKM., AAK yang merupakan penulis buku "Pencegahan Dini Osteoporosis" sekaligus perwakilan Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi), tulang -- tulang menjadi berkurang jumlahnya karena menyambung satu sama lain. Ia mengatakan bahwa "Ada tulang yang menyambung satu sama lain sehingga membentuk tulang keras yang lebih kuat, maka dari jumlah tulang yang awalnya tiga ratusan berkurang menjadi 206."

Untuk menjelaskan berkurangnya tulang dalam tubuh, kita akan membahas bagaimana tulang -- tulang tengkorak kita melebur menjadi satu. Ketika bayi dilahirkan, tengkorak bayi tersusun dari 5 tulang berbeda yang saling terpisah. Tulang yang terpisah ini akan membentuk ruang antar tengkorak yang sering disebut cranial vault.

Ruang antara tulang -- tulang tersebut memiliki fungsi khusus yang penting. Ruang tersebut akan menciptakan tempat lembut di kepala yang memungkinkan otak berkembang.  Kelima tulang pipih diatas terbentuk langsung melalui pembentukan tulang (osifikasi) intramembran. Osifikasi ini tidak didahului dengan pembentukan kartilago, dan pertumbuhannya akan sejalan dengan pertumbuhan otak. Tulang ruang tengkorak ini dihubungkan satu sama lain dengan sutura dan tulang kompleks nasomaxillaris, melalui proses aposisi-resorbsi.

Pembentukan tulang atau osifikasi intramembran sendiri terjadi ketika membran serabut digantikan oleh jaringan tulang. Hal ini terjadi karena terdapat pembelahan di dalam jaringan ikat fibroblast. Proses pembebentukan dimulai dengan perkembangan tulang spons di dalam membrane yang disebut pusat osifikasi. Lalu sumsum tulang merah mulai terbentuk di dalam jaringan tulang spons. Proses ini diikuti dengan prmbrntukan tulang padat di luarnya.

Pertumbuhan cranial vault sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, hal ini menyebabkan terjadinya tekanan pada sutura. Tekanan ini akan merangsang pembentukan tulang melalui proses pertumbuhan sutura. Pertumbuhan sutura dilakukan secara intramembran. Sutura adalah pertemuan dari syndesmosis yang terbentuk di antara membrane tulang kepala. Syndesmosis adalah sebuah sendi dimana tulang dihubungkan oleh sebuah pita dari jaringan ikat.  Dalam proses ini, resorpsi pada permukaan dalam saat cranium tumbuh menjadi lebih besar. Hal tersebut berguna untuk menjaga tulang yang tumbuh di cranial vault tetap pipih.

Pada proses pertumbuhannya, lebar tengkorak akan berhenti pada umur 3 tahun. Dari segi pertumbuhan panjang, setelah usia 3 tahun prosesnya akan berlangsung lebih lambat. Pada usia 2 sampai 3 tahun, pertumbuhan squamous portion dari tulang pelipis (temporal) dan sayap besar dari tulang baji (sphenoid) meningkatkan ukutan tengkorak. Pada fase ini, pertumbuhan panjang kepala lebih besar dari pertumbuhan lebarnya.

Saat berusia 4 sampai 7 tahun, akan terjadi pertumbuhan tulang dahi (frontal) dan tulang ubun -- ubun (pariental) kea rah depan di daerah sutura coronalis. Tulang frontal akan terbawa ke bagian depan dan agak menegak sehingga dahi menjadi lebih tinggi dan vertikal. Pada usia 6 tahun, ukuran rongga otak sudah mencapai ukuran yang hampir sama dengan dewasa. Namun pada bagian rahan dan wajah masih menunju ke arah bayi.

Setelah dewasa, tengkorak orang dewasa kira -- kira akan memiliki ukuran dua kali lebih besar dari bayi yang baru lahir. Meskipun begitu, rongga otak pada orang dewasa hanya 50 persen lebih besar dari pada bayi. Dari segi ukuran wajah, wajah bayi mencakup sekitar satu per enam hingga satu per delapan dari keseluruhan tengkorak. Pada orang dewasa, sekitar setengah dari seluruh tengkorak dipenuhi oleh tulang -- tulang penyusun wajah.

Menurut Bend Bulletin, proses perubahan tulang rawan pada pembentukan tulang disebut osifikasi. Proses ini dimulai sebelum kelahiran dan akan berhenti pada usia sekitar 20 tahunan. Hal inilah yang menyebabkan pada usia tersebut, manusia sudah tidak bisa bertambah tinggi lagi.

Setelah mengetahui tentang proses peleburan tulang tengkorak, tentunya kita semakin memahami bagaimana bisa tulang kita berkurang semakin dewasa. Pada tulang -- tulang yang lain, proses ini juga terjadi terus menerus. Proses ini bertujuan agar tulang -- tulang pada bayi yang lunak berubah menjadi tulang keras. Dengan peleburan ini, penyokong tubuh kita akan semakin kuat. Menurut Dr. Sonja Roesmana, proses pertumbuhan tulang pada manusia dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan (Human Growth Hormone/HGH) dan kalsium.

Berdasarkan fenomena tulang ekor dan berkurangnya tulang manusia saat dewasa tentunya menjadi bukti nyata bahwa rangka tubuh manusia mengalami rudimentasi. Rudimentasi ini memiliki tujuannya masing -- masing. Seperti pada tulang ekor, rudimenter terjadi karena tulang ekor pada manusia dianggap kurang penting. Lain halnya dengan perbedaan jumlah tulang pada bayi dan orang dewasa. Berkurangnya tulang ini disebabkan tulang ingin berkembang menjadi tulang keras. Pada proses ini, sebagian tulang harus melebur dengan tulang yang lain agar tulang keras dapat terbentuk.

Rudimentasi ini tentunya memerlukan waktu yang berbeda -- beda dalam prosesnya. Dari segi evolusi, tentunya diperlukan proses seleksi alam yang panjang hingga tulang ekor kita mencapai ukuran sedemikian rupa. Dari segi pembentukan tulang, osifikasi membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibanding evolusi tulang ekor.

Hal yang paling penting untuk menyiasati rudimentasi adalah menjaga agar tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Tentunya hal ini dapat kita capai dengan mengkonsumsi makanan sehat dan memiliki pola hidup sehat. Hidup yang sehat tentunya akan membantu tubuh kita dalam proses pembentukan tulang dan rangka tubuh yang kuat.

Sumber  

Buku The Origin of Species karangan Charles Darwin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun