Mohon tunggu...
Felicia Rachel
Felicia Rachel Mohon Tunggu... Jurnalis - Siswa

belajar itu seru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fakta Unik Mengenai Kerajaan Aceh

5 September 2019   16:49 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:16 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman -- teman apakah kalian tahu? Bahwa Kesultanan Aceh terletak di Aceh Rayeuk, Kesultanan Aceh ( 1507 -- 1903 ) dan didirikan oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496, di atas bekas wilayah Kesultanan Lamuri yang ditaklukan Mughhayat Syah. Tau tidak bahwa, awalnya Aceh merupakan bagian atau semacam kerajaan bawahan dari Kesultanan Pedir ( Pidie ). 

Karena itulah, penentuan awal Aceh sebagai sebuah kesultanan adalah ketika Mughayat Syah dilantik menjadi sultan pada 1507 ( sumber lain mengatakan tahun 1514 ), setelah berhasil menaklukan Pedir serta kesultanan lain di sekitarnya seperti Daya, Lidie, dan Nakur.

Tau gasih, Aceh itu merupakan salah satu dari kerajaan Islam yang besar lho.., terutama karena kemampuan mereka ;
*mengembangkan pola dan sistem Pendidikan militer
*komitmennya menentang hegemoni bangsa eropa
*sistem pemerintahan yang teratur dan juga sistematis
*mewujudkan pusat pengkajian ilmu pengetahuan
*hingga kemampuan menjalin hubungan diplomatic dengan negara lain.

Baca juga : Mata Uang Kerajaan Aceh dan Mental Bangsa!

Sumber Sejarah tentang kesultanan ini adalah kitab Bustanussalatin karya Nuruddin ar-Raniri tahun 1637, yang berisi tentang silsilah sultan-sultan Aceh dan batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah. Di batu nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah tahun 936 H atau bias dikatan 7 Agustus 1530 M.

Kondisi Politik

Aceh berkembang pesat ketika Pasai berada di ambang keruntuhan, karena serangan majapahit sekitar tahun 1360. Pasai akhirnya menjadi bagian dari Kesultanan Aceh pada tahun 1524, selain itu, factor penyebab berkembangnya Aceh menjadi Kesultanan Maritim yang besar adalah kejatuhan Malaka ke tangan portugis pada 1511.

Akibat kejatuhannya Malaka ke tangan Portugis, banyak pedagang muslim yang kemudian mengahlikan kegiatan perdagangan mereka ke Pelabuhan Aceh. Dan karena itu Aceh menjadi kerajaan besar yang ditunjang oleh kemampuan militer dan ekonomi yang kuat.

Kondisi politik pemerintahan Kesultanan Aceh sering dilanda konflik di antara penguasa kesultanan itu sendiri. Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukamil memerintah Aceh selama 15 tahun. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah kekuasaan meluas dari Deli sampai ke Semenanjung Malaya. 

Baca juga : Sejarah dan Peninggalan Kesultanan Aceh

Nah, keberhasilannya dalam pemerintahan dilandai oleh kekuatan militer, terutama angkatan laut mereka. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, ada seorang laksamana perempuan yang bernama Kemalahayati. Pada masa itu, Kerajaan Aceh telah memiliki armada kapal besar yang dapat mengangkat hingg 600 -- 700 prajurit.

Di darat, Aceh telah memiliki pasuka kavaleri dan di antaranya telah menggunakan kuda yang didatangkan dari Persia, satuan gajah, artileri dan pasukan milisi infanteri. Dengan seluruh kekuatannya, Aceh memulai gerakan ekspansi dengan mengalahkan Deli ( 1612 M ), Aru ( 1613 M ), dan pada tahun yang sama mereka juga mengalahkan johor. 

Pada tahun 1614 M, kekuatan militer Aceh berhasil mengalahkan armada Portugis di Bintan. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dianggap berhasil membawa Aceh ke zaman keemasan, tetapi kerajaan ini pun berdiri di atas landasan yang rapuh, karena hal berikut:

Masyrakat Aceh bukan masyarakat agraris, sedangkan hasil pertanian sangat diperlukan bagi keberhasilan perang dan perdagangan
Wilayah pedalaman tidak mampu mendukung kebutuhan dasar ( pangan ) masyarakat kota.

Persatuan antarpenduduk Aceh sangat longgar. Bahasa Melayu sebagai Bahasa pengantar hanya dikenal oleh masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat Aceh yang terdiri dari berbagai suku masih menggunakan Bahasa daerah masing -- masing.

Perkembangan kota berlangsung lebih cepat dibandingkan kemampuan masyarakat pedalaman dalam menunjang kebutuhan masyarakat kota.

Baca juga : Kesultanan Aceh, Kesultanan yang Tidak Terkalahkan?

Peran kelompok elite kerajaan tidak selalu mudah dikendalikan.

Iskandar muda digantikan Iskandar Tsani ( 1636 -- 1641 ). Di masa pemerintahannya, hidup sastrawan besar bernama Nuruddin ar-Raniri yang dikenal dengan karyanya berjudul Bustanussalatin yang berarti taman raja. Isinya adalah tentang adat istiadat Aceh dan ajaran tentang Islam.

Sepeninggal Iskandar Tsani, Aceh mengalami kemunduran. Faktor utamanya adalah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatra dan Selat Malaka ( ditandai jatuhnya Minangkabau, Siak, Tapanuli, dan Mandailing, Deli, serta Bengkulu ke tangan Belanda ). Faktor lainnya adalah adanya perebutan kekuasaan, terutama antara golongan bangsawan dan golongan ulama.

Kondisi Sosial

Meskipun kesultanan Aceh merupakan negara Islam, masyarakatnya tetap bersifat feudal. Dalam tatanan masyarakatnya, Aceh memiliki golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku dan golongan ulama yang bergelar teungku. Kedua golongan ini sering bersaing berebut pengaruh dalam masyarakat.

Adapun tokoh pada aliran ini adalah Hamzah Fansuri dan selanjutnya dilanjutkan oleh Syamsuddin Pasai. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran ahlussunnah waljama'ah menjadi berkembang pesat.

Adapun tokoh pada aliran ini adalah Nurruddin Ar Raniri yang mana tokoh ini berhasil menuliskan sejarah Aceh dengan judul Bustanussalatin. Selain daalam bidang sosialnya, dalam bidang budaya dapat diketahui dengan adanya Bangunan Masjid peninggalan Sultan Iskandar Muda sebagai bukti. Di dalamnya ada bangunan masjid Baiturrohman.

Kondisi Ekonomi

Dalam hal perekonomian, komoditas Kesultanan Aceh adalah rempah dan bahan tambang, jenis barang dagang lainnya adalah beras, emas, perak, tekstil, porselen, dan minyak wangi.

Selain itu karena beberapa daerah Semenanjung Malaka juga dikuasai oleh Aceh, juga menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan juga lada. Dan selat Malaka juga menjadi daerah kekuasaan Aceh yang mana selat ini merupakan jalan dangang internasional. Sehingga banyak pedagang -- pedagang dari bangsa asing yang berdagang ke daerah Aceh seperti Belanda, Inggris, Arab, Persia, Turki, India dan lain sebagainya.

Kondisi Kebudayaan

Di bidang kesusastraan dan agama, Aceh melahirkan beberapa ulama ternama yang hasil karyanya menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing.
Setelah kerajaan Aceh runtuh, ada beberapa peninggalan kerajaan Aceh yang masih tersisa, diantaranya :

1. Masjid Baiturrahman
Masjid Baiturrahman merupakan masjid peninggalan kerajaan Aceh yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1612 Masehi. Masjid ini pernah di Bakar oleh Belanda pada saat agresi militer Belanda yang ke dua.

2. Taman Sari Gunongan
Taman sari gunongan adalah taman yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang mana taman ini dibangun sebagai hadiah untuk putrid Boyongan di
kerajaan Pahang yang mana putri ini merupakan putri yang sangat dikagumi oleh Sultan Iskandar Muda.

3. Masjid Indra Puri
Masjid Indra Puri merupakan Masjid tua yang mana diketahui bahwa dahulunya masjid ini merupakan benteng Hindu yang menguasai tanah Aceh. Setelah islam masuk, sekitar tahun 1300 masehi benteng ini dialihfungsikan menjadi masjid.

4. Benteng Indra Prata
Benteng Indra Prata merupakan peninggalan kerajaan Aceh yang terletak di pesisir pantai Aceh. Benteng ini merupakan benteng yang fungsinya sangat vital bagi pertahanan laut sehingga masih dijaga keasliannya oleh Sultan Iskandar Muda hingga sekarang.

5. Pinto Khop
Pinto khop merupakan bangunan peninggalan kerajaan Aceh yang mana pada saat itu berfungsi sebagai pintu masuk untuk menuju ke taman Putroe Phang. Adapun yang unik pada bangunan ini adalah bentuk atapnya yang menyerupai kubah.

Sumber :
-Buku sejarah by Ratna Hapsari & M Adil, penerbit Erlangga
- informazone.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun