Mohon tunggu...
felicia aprillia
felicia aprillia Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar sekolah

pelajar di sekolah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Arsitektur Kesehatan Global - Salah Satu Isu Prioritas Pembahasan G20 Presidensi Indonesia 2022

14 November 2022   10:52 Diperbarui: 15 November 2022   11:31 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

G20 merupakan sebuah forum kerjasama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) yang memiliki kelas pendapatan menengah hingga tinggi, negara berkembang hingga negara maju. Forum ini diyakini memiliki kapasitas dalam pengentasan berbagai persoalan dunia dikarenakan merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB (Produk Domestik Bruto) dunia. Anggota dari forum G20 ini tersendiri terdiri dari berbagai negara-negara di dunia yakni Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Argentina, Brazil, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Rusia, Afrika Selatan, Arab Saudi, Turki, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Australia, dan Uni Eropa. Awal dari dibentuknya G20 ini bermula dengan inisiasi kelompok G7 pada 1999. Dapat disimpulkan bahwa ini adalah upaya sebagai akibat dari kegagalan G7 dalam mencari solusi atas permasalahan perekonomian global yang dihadapi saat itu.

Forum G20 ini dibentuk sebagai upaya untuk mencari solusi atas kondisi ekonomi global yang dilanda krisis keuangan global tahun 1997-1999. Uniknya forum G20 ini tidak memiliki pemimpin atau ketua yang tetap. Fungsi kepemimpinan pada forum ini dijalankan dengan fungsi presidensi yang dipegang oleh salah satu anggota bergantian selama satu tahun. Secara resmi Indonesia mendapatkan giliran menjadi presidensi G20 dimulai 1 Desember 2021 hingga sampai dengan serah terima presidensi berikutnya pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) akhir tahun 2022 nanti. Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang nanti dipimpin oleh presidensi Indonesia ini akan dilaksanakan di Bali pada 15-16 November 2022. Giliran presidensi G20 ini merupakan momen penting dan tepat bagi Indonesia untuk menunjukkan kontribusinya dalam perhelatan rutin.

Pada kesempatan presidensi G20 ini, Indonesia akan mengusung tema besar yaitu 'recover together, recover stronger' untuk forum G20 tahun 2022. Tema besar ini diambil dengan tujuan untuk mengedepankan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pasca pandemi. Pada G20 2022 yang diselenggarakan pada 15-16 November 2022 akan dibahas 3 isu prioritas. Salah satu isu prioritas G20 2022 tersebut adalah penguatan arsitektur kesehatan global (global health architecture). Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi dimana hampir semua negara gagap dalam menangani dan merespon pandemi covid-19 yang terjadi. Situasi ini secara tidak langsung menunjukkan arsitektur kesehatan global melambat. Dengan konteks itulah yang mendasari pada isu penguatan arsitektur kesehatan global menjadi agenda utama yang akan dibahas di sektor kesehatan dalam upaya mendorong penguatan arsitektur kesehatan dunia.

Kesehatan global saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan oleh pandemi covid-19 merupakan tantangan yang terbesar bagi masyarakat global, sehingga dapat dilakukan salah satunya dengan pembangunan arsitektur kesehatan global yang lebih kuat. Dua hal penting yang perlu diperhatikan yakni pertama, mendorong pendekatan semua pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat kapasitas dan ketahanan nasional, regional dan global terhadap pandemi di masa depan. Kedua, one health yakni pendekatan dengan melibatkan manusia, hewan, dan lingkungan.

Diungkapkan oleh menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa terdapat satu agenda utama dan tiga sub agenda sektor kesehatan pada presidensi G20 Indonesia. Agenda utamanya yaitu memperkuat Arsitektur Kesehatan Global (Restructuring the Global Health Architecture). Untuk agenda utama ini, Indonesia akan mendorong penguatan ketahanan kesehatan dunia dan membantu sistem kesehatan global lebih inklusif, berkeadilan, dan responsif terhadap krisis kesehatan yang terjadi. Sementara tiga sub agenda lainnya terdiri dari pertama, membangun ketahanan sistem kesehatan global (building global health system resilience). Kedua, menyelaraskan standar protokol kesehatan global (harmonizing global health protocol standards) dan ketiga mengembangkan pusat manufaktur dan pengetahuan global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi (expanding global manufacturing and knowledge hubs for pandemic prevention, preparedness, and response).

Dalam upaya untuk sub agenda pertama yaitu membangun ketahanan sistem kesehatan global (building global health system resilience), saat ini Indonesia dibantu oleh tim World Bank dan tim dari World Health Organization (WHO) dalam menyusun dan membangun mekanisme Global Health Fund. Selain itu juga Indonesia perlu untuk bekerja sama dengan negara maju termasuk perusahaan internasional berskala besar untuk akses pendanaan untuk vaksin, obat-obatan dan lainnya saat terjadi krisis kesehatan. Sedangkan untuk sub agenda kedua yaitu, menyelaraskan standar protokol kesehatan global (harmonizing global health protocol standards) bertujuan agar terdapat standar yang sama mengenai peraturan dan protokol covid seperti PCR, Karantina, dan lainnya yang selama ini berbeda-beda pada tiap negara. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia mendorong agar sistem protokol kesehatan tersebut diubah seperti di imigrasi sebagai standar dunia seperti layaknya paspor dalam dunia imigrasi. Selanjutnya untuk sub agenda ketiga yaitu mengembangkan pusat manufaktur dan pengetahuan global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi (expanding global manufacturing and knowledge hubs for pandemic prevention, preparedness, and response), idealnya terdapat di berbagai negara bukan hanya di negara-negara yang pendapatannya tinggi saja. Sehingga dapat dipahami bahwa harus adanya proses meredistribusikan knowledge atau kompetensi.

Untuk mendukung implementasi penguatan arsitektur kesehatan global yaitu dengan respon kebijakan terkoordinasi (pembiayaan, transfer teknologi, lintas sektor/mitra) dapat dilakukan, perlu menjaminnya vaksin, diagnose dan terapi lebih dikembangkan, didistribusikannya secara adil, sistem internasional terkoordinasi dengan hubungan baik antara sub-nasional, nasional, regional, dan global, terdapat koordinasi rantai nilai, dan mempercepat informasi layanan.

Penguatan arsitektur kesehatan global yang menjadi salah satu isu utama dalam presidensi G20 Indonesia ini memiliki keterkaitan terhadap aspek indikator negara maju. Hal ini disebabkan dalam sebuah negara maju, memiliki 9 indikator yaitu pendapatan perkapita penduduk, pertumbuhan penduduk, jumlah tenaga kerja, angka harapan hidup, mata pencaharian dan sumber tenaga mesin dan listrik, dan angka penurunan kematian bayi. Dalam hal ini penguatan arsitektur kesehatan global yang dikarenakan oleh isu kesehatan pandemi covid-19 ini termasuk kedalam indikator angka harapan hidup negara maju. DI negara maju, Pelayanan kesehatan dan taraf ekonomi baik sehingga menyebabkan penduduknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga membaiknya faktor kesehatan dan perkembangan tubuh menjadikan tingkat harapan hidup yang lebih baik pula. Dengan terjadinya pandemi covid-19 ini mendobrak arsitektur kesehatan global sehingga membuat kesehatan global melambat dengan gagapnya meresponi pandemi covid-19 yang terjadi sehingga dengan itu akan menurunkan aspek indikator negara maju.

Dapat disimpulkan dari sini bahwa arsitektur kesehatan global yang menjadi salah satu isu yang akan dibahas dalam presidensi G20 Indonesia ini memberi dampak pada indikasi negara maju dalam aspek angka harapan hidup. Pada aspek ini negara maju bercirikan memiliki pelayanan kesehatan dan taraf ekonomi yang baik sehingga penduduk dapat tumbuh dan berkembang baik. Pada aspek ini meliputi kesehatan yang berkaitan dengan arsitektur kesehatan global. Namun dalam pembahasan ini arsitektur kesehatan global mengalami kelambatan yang dapat menurunkan indikator negara maju dikarenakan gagap dalam bereaksi terhadap pandemi covid-19 yang mendadak terjadi. Dengan itu pada G20 presidensi Indonesia 2022 ini akan dibahas dan diupayakan untuk penguatan sektor kesehatan dengan satu agenda utama (Restructuring the Global Health Architecture) dan tiga sub agenda (Building global health system resilience, Harmonizing global health protocol standards, dan Expanding global manufacturing and knowledge hubs for pandemic prevention, preparedness, and response).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun