Mohon tunggu...
Hillary Felicia Purnama Pukiat
Hillary Felicia Purnama Pukiat Mohon Tunggu... Bidan - ibu

Menulis adalah sebuah terapi untuk pembelajaran hidup, termasuk di dalamnya proses. Sebab Proses pasti memberikan hasil, entah itu cepat atau lambat. Karena aku adalah perempuan bahagia dan perempuang paling beruntung :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apakah Sah untuk Kriminalisasi Pasien?

29 November 2013   15:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2009, ibu mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis, kami pihak keluargapun akhirnya memutuskan untuk memeriksakan ibu ke dokter di salah satu Rumah Sakit Swasta daerah Kemayoran. Rumah Sakit ini sangat terkenal di wilayah Kelapa Gading-Sunter-Kemayoran.

Ibu dinyatakan kena Kanker Rahim dan itu membuat kami sangat terpukul, apalagi adikku masih kecil dan aku membantu ibu untuk menjaga dan pastinya menyayangi adikku yang saat itu berusia 2 tahun. Memang ibuku ini adalah ibu kedua, namun bagiku beliau yang terbaik..kami saling menyayangi dan membantu, akupun sangat menyayangi adikku itu, Chris namanya.

Dokter mengatakan , ibuku harus dioperasi, kami sekeluarga berjuang untuk biaya operasi dan pengobatan ibu, tentu saja harganya yang sangat mahal..membuat papa dan aku juga keluarga heboh dengan istilah kepala jadi kaki, kaki jadi kepala untuk biaya pengobatan ibu. Tujuan utama kami saat itu hanya satu, IBU HARUS SEHAT !

Ada 2 dokter yang mendampingi ibu, dokter ahli penyakit dalam dan dokter ginekolog. Hari operasi pun tiba, aku tidak bisa ikut karena saat itu harus kuliah, namun aku berdoa agar Tuhan memberkati semuanya dan ibu segera SEHAT, demi Chris dan papa juga kami semua. Hanya papa yang menunggu ibu di depan ruang operasi, aku tau papa juga berjuang , berdoa demi keselamatan ibu.

Selang waktu sekitar 1 jam lebih, dokter keluar dan memberi ucapan selamat lalu menggenggam tangan papa dan berkata "Selamat,pak..istri bapak negatif kanker rahim..kita tunggu hasi patologi ...keluarnya 1 minggu dari hari ini"

Papa terdiam, hanya mengatakan terimakasih kepada dokter dan dokter pun berlalu meninggalkan papa. Setelah pulang kuliah aku segera jemput oma di rumah dan langsung ke RS. Lalu , papa menceritakan yang tadi dokter katakan denganku. Menjadi keanehan bagiku dan papa seperti ini :

1. Kenapa dokter tidak melakukan pemeriksaan secara intensif terlebih dahulu sebelum berani menyatakan ibu kena kanker rahim ?

2. Mudah sekali mengatakan operasi , padahal biaya yang dibutuhka banyak dan fatalnya terjadi salah diagnosa ?

3. Bagaimana bisa dokter sudah 'mengobok-ngobok' perut dan rahim dan sekitarnya, padahal penyakit ibu bukan kanker rahim ?

4. Bagaimana bisa kita menerima hal konyol seperti ini ??

Fatalnya, 1 minggu setelah itu hasil Patologi keluar dan mengatakan negatif untuk sakit kanker rahim yang ada TB Perut. Setelah itu, ibu melakukan pengobatan jalan dengan dokter swasta di salah satu RS Swasta di wilayah Pancoran-Jakarta Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun