Mohon tunggu...
Regina Felice
Regina Felice Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya tertarik untuk mengutarakan isi pikiran saya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni

Payung Geulis Tasikmalaya: Simbol Budaya yang Memudar di Tengah Arus Zaman

23 Desember 2024   20:42 Diperbarui: 28 Desember 2024   22:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiasan payung geulis di Jl. KHZ. Mustofa Kota Tasikmalaya.Sumber : https://id.pinterest.com/pin/701646816979761610/

Payung Geulis merupakan salah satu warisan budaya yang berasal dari Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Kata “geulis” dalam bahasa Indonesia berarti cantik. Dahulu payung ini digunakan para mojang pada saat mereka berkebaya. Payung geulis ini diartikan sebagai payung penambah kecantikan.  Oleh karena itu, kurang sempurna rasanya jika para mojang Tasik tidak memakai payung geulis saat berkebaya.

Awalnya, kerajinan ini merupakan kerajinan Tionghoa yang kemudian dikembangkan oleh masyarakat Tasikmalaya sehingga menjadi kerajinan lokal. Payung geulis ini memiliki gagang kayu dan kanopi yang terbuat dari kertas yang sudah dilapisi oleh lem dan tepung agar mengeras. Motif yang digunakan biasanya terinspirasi dari alam, seperti kupu-kupu dan dedaunan. Selain motif alam, motif yang digunakan juga bisa berupa batik atau kearifan lokal sunda.

Pesatnya persebaran budaya luar masuk ke Indonesia membuat budaya lokal semakin terlupakan. Salah satu contohnya adalah payung geulis. Payung geulis ini memiliki motif-motif yang khas yang mana mencerminkan keindahan dan keahlian dari si pengrajin. Selain alasan modernisasi, payung geulis ini terancam kepunahannya karena digantikan dengan payung yang lebih kuat dan kokoh untuk menghalau hujan dan sinar matahari. 

Dampak dari kepunahan payung geulis adalah hilangnya kreativitas dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Dikarenakan kurangnya peminat payung geulis para pengrajin pun beralih ke profesi lain. Sebagian besar generasi muda enggan menekuni pekerjaan ini karena dianggap tidak menjanjikan. Hilangnya para pengrajin ini membuat kita juga kehilangan warisan budaya dan kebanggaan lokal khas Tasikmalaya.

Pelestarian payung geulis membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas lokal, dan masyarakat luas. Pemerintah dapat mendukung dengan memberikan pelatihan dan bantuan finansial kepada pengrajin, serta mempromosikan payung geulis melalui program pariwisata dan budaya. Inovasi dari payung geulis ini juga diperlukan, kolaborasi antara fungsi dan kebudayaan tradisional sehingga menciptakan produk yang menarik dan dapat disenangi masyarakat.

Pelestarian payung geulis ini merupakan salah satu upaya kita mempertahankan identitas dan budaya. Selain itu juga merupakan suatu penghormatan pada sejarah dan leluhur. Modernisasi ini diharapkan bukan menjadi penghalang untuk kita mengembangkan dan mempertahankan budaya payung geulis ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun