Identitas Buku
Judul     : Society 5.0: A People-Centric Super-smart Society
Penulis   : Hitachi-Utokyo Laboratory
Penerbit  : Springer Open.
Edition   : Pertama, 2020
Halaman  : 177
Kemunculan gagasan Society 5.0 membawa perubahan besar terhadap pemikiran masyarakat dunia. Gagasan ini lahir sebagai respon masifnya gejolak disrupsi akibat revolusi industry 4.0 yang menyebabkan ketidakpastian yang komplek dan ambigu. Era  ini ditandai dengan perpaduan teknologi dan mengaburkan garis ruang fisik, digital, serta biologis. Era revolusi industri 4.0 ini semakin sedikit aktivitas terikat secara fisik pada lokasi geografis (Fukuyama,2020; Komang 2021).
Esensi dari buku ini adalah mendeskripsikan kebutuhan baru di masa depan oleh masyarakat dunia 5.0 (masyarakat 5.0) adalah daya tanggap terhadap perkembangan teknologi 4.0 dan kapasitas kita untuk menciptakan konvergensi dan konektivitas yang tinggi antara ruang maya dan ruang nyata serta integrasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemajuan ekonomi dan Sosial. Perkembangan peradaban baru ini akan membentuk model persaingan baru antar negara di dunia yang bukan lagi hard power atau kekuatan fisik (terlihat), melainkan persaingan penguasaan soft power, dan dalam hal ini adalah inovasi manusia.
Hal lain yang menjadi  poin penting dari buku Society 5.0 adalah seperti yang tergambar pada sub judul yang menekankan perilaku masyarakat 5.0 "Masyarakat Super Cerdas yang Berpusat pada manusia itu sendiri". Kata "people centric" mengingatkan pada artikel ilmiah di seluruh dunia pada tahun 1984 oleh David Korten berjudul "Strategic Organization for People Centered Development." Ide-ide pembangunan yang dikembangkan tidak lagi berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi pada partisipasi warga dalam proses demokrasi, pengembangan akuntabilitas pemerintah, akses informasi, dan keadilan gender. Kemudian tahun 1987 David Korten menulis "Third Generation NGO Strategies: A Key to People-centered Development" bahwa strategi  pembangunan generasi ketiga melalui Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang berpusat pada masyarakat itu sendiri, masyarakat aktif sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi cepat.
Menarik untuk dicatat bahwa meskipun penekanan pada masyarakat 5.0 bertumpu pada transformasi teknologi, tujuan akhirnya sama dengan yang digagas oleh David Korten, yaitu masyarakat 5.0 yang bertumpu pada kemanusiaan (people centric). Lompatan teknologi ini tidak boleh kehilangan karakter manusianya karena dalam pembangunan masyarakat baru ini, harus menekankan pentingnya partisipasi warga dalam pembangunan tatanan sosial baru dan pemberdayaan mereka untuk beradaptasi dengan teknologi 4.0. Society 5.0 adalah masyarakat yang berpusat pada manusia itu sendiri, manusia yang mampu menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan pemecahan masalah sosial melalui sistem yang terintegrasi antara dunia maya dan ruang fisik.
Namun disisi lain penulis ingin mengingatkan kelemahannya bahwa buku ini hanya memberikan sedikit gambaran tentang Society 5.0, sehingga pembaca sulit memperoleh gambaran utuh tentang masyarakat 5.0. Misalnya, apakah dunia maya itu? Apakah ruang fisik itu? Apa yang dimaksud dengan menggabungkan dua ruang ini? Apa yang dimaksud dengan keseimbangan ekonomi kemajuan dengan resolusi masalah sosial? Untuk mendapatkan jawabannya, kita harus memahami pemikiran dan narasi yang mendasari Masyarakat 5.0. Karenanya, buku ini menawarkan pembaca, pemahaman tentang Society 5.0 dengan membahas definisi dalam istilah makna secara implisit serta latar belakangnya.
Namun terlepas dari itu semua, gagasan pemerintah Jepang memberikan harapan baru bagi masyarakat dunia di era disruption ini seperti yang disampaikan oleh  Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, pada Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss, menjelaskan bahwa bukan lagi modal yang menjadi perhatian utama di Society 50.0, tetapi data yang dapat menghubungkan dan menggerakkan segalanya, membantu mengisi kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Layanan medis dan pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi akan dapat menjangkau desa-desa kecil di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H