[caption id="attachment_191490" align="aligncenter" width="425" caption="pbs.org"][/caption]
Bisa dibilang zaman SMP-SMA itu zaman "bandel-bandelnya" kita. Pasti adaaa aja kenakalan dan keisengan yang dulu kita lakukan selama masa sekolah yang kalo sekarang diinget-inget bikin kita senyum-senyum sendiri, malu, sampai mikir, "kok bisa ya gue dulu kayak gitu". Bahkan ada quote yang mengatakan, "if you don't do stupid things while you're young, you'll have nothing to smile about when you're old". Bener nggak? Yaa tergantung stupid things-nya kayak gimana dulu. Kalo udah kelewatan bahkan sampai ngerugiin diri sendiri dan orang lain sih bisa jadi bukan senyuman yang didapat tapi penyesalan tiada akhir.
Apa yang membedakan kenakalan ABG zaman dulu dan sekarang? Rata-rata memang nggak jauh beda. Namun, karena sekarang teknologi berkembang semakin canggih dan internet semakin mudah diakses, banyak kenakalan dan keisengan ABG yang dilakukan akibat dari penyalahgunaan internet, salah satunya adalah media sosial. Lihat aja kasus-kasus penyalahgunaan media sosial di sekitar kita yang marak terjadi dan kerap berulang. Berawal dari rasa iseng, penasaran, pengen tahu, coba-coba, malah berujung pada petaka. Iseng chatting dan kenalan sama orang asing, eh malah diculik dan diperkosa. Iseng nulis status di facebook, malah dikeluarkan dari sekolah karena ternyata statusnya telah mencemarkan nama baik sekolah. Iseng klik sana-sini, eh malah kecanduan konten pornografi. Para orang tua kemudian mulai khawatir akan aktivitas anaknya di internet mengingat banyaknya kasus mengerikan yang menyerang anak di bawah umur. Kalo nggak diawasi, bisa-bisa anak mereka pun turut menjadi korban.
Saya sendiri baru melek internet tahun 2007 sewaktu duduk di kelas 3 SMP akhir. Waktu itu masih heboh-hebohnya friendster. Kemudian saya mulai mengenal dunia facebook tahun 2008. Merasa facebook lebih menarik, lama-kelamaan friendster pun saya tinggalkan. Seperti pengguna facebook lainnya, saya menggunakan media sosial tersebut hanya untuk bersosialisasi, nambah teman, chatting, update status, upload foto, dan sesekali main game. Orang tua saya juga nggak pernah curiga dan khawatir dengan aktivitas yang saya lakukan di dunia maya. Walaupun punya akun di facebook, orang tua saya jarang aktif di dunia perfacebookan. Ya percaya aja gitu sama anaknya dan saya sendiri juga selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas kepercayaan yang orang tua saya berikan.
Sampai suatu hari, saya kena juga nih. Kejadiannya tahun 2010. Waktu itu saya baru lulus SMA dan masih kerasa banget euforianya. Kebetulan, saya diajak teman-teman SMP untuk ketemuan - reuni sekalian merayakan kelulusan. Lagipula udah lama juga nggak ketemu dan main bareng karena kami semua beda sekolah waktu SMA. Oke, bertempat di sebuah mall besar di Jakarta, bertemulah saya bersama 5 orang teman saya. Kami jalan-jalan, makan, ngobrol, dan nggak ketinggalan mengabadikan pertemuan kami dengan foto. Jarang-jarang kan kami bisa ngumpul-ngumpul kayak gitu. Nah, foto-foto tersebut kemudian di-upload oleh salah seorang teman saya ke facebook dan di-tag ke saya dan teman-teman lainnya.
Beberapa hari berselang, tiba-tiba saya mendapat SMS dari Tante saya. Begini isinya:
"Eli*, udah liat foto tmn2 Eli yg judulnya X? Tadi Ii dan Icong** br liat gbr2nya, kyknya kok tmn2 Eli gayanya agak berani ya (Bella + Lia***), apalagi foto2nya sampai orang laen liat, kalo Eli sih kt liat emang gak kyk mrka, tapi ati2, klo bs jgn terlalu seringlah pergi2 dgn mreka, dan andaikan pergi2 dgn mrka, kalo disuruh ikut foto yg gak2, jgn maulah. Bukannya Ii halang2i Eli bergaul, cuma ingetin ati2, soalnya skrg khan tehnologi sdh canggih, nanti tktnya ada tmn yang jail, foto2nya disalahgunakan, klo bs fotonya di delete aja dr kamu punya album, pilih yg wajar2 aja gayanya, oke?"
* Nama kecil saya**Â Panggilan dalam keluarga Tionghoa. Ii adalah panggilan untuk Tante (adik dari Mama saya), Icong adalah panggilan untuk Om (suami Ii)***Â Bukan nama sebenarnya
Pas baca SMS itu, kagetlah saya. Saya memang belum sempat buka facebook dan lihat foto-foto di album X tersebut. Saya pikir foto-foto kemarin cuma iseng dan narsis-narsisan belaka kok, apa yang salah? Buru-buru saya buka facebook. Daaan.. benar aja kata Tante saya. Ada beberapa foto dimana Bella dan Lia yang saat itu berpakaian minim dan terbuka terlihat seperti (maaf) "mengobral" tubuhnya. Ditambah dengan posenya yang sedikit menggoda memang nggak etis rasanya kalo di-share di dunia maya. Saya langsung me-remove tag foto-foto tersebut. Akhirnya Bella juga meminta kepada teman saya yang meng-upload foto tersebut ke facebook untuk menghapus beberapa foto yang nggak pantas dari album X.
Syukur, nggak ada kejadian apa-apa setelah itu. SMS dari Tante saya 2 tahun lalu itu memang sengaja saya simpan di handphone sampai sekarang. SMS itu udah kayak alarm yang mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati dalam beraktivitas di dunia maya. Nah, disinilah peran orang tua atau orang dewasa diperlukan, khususnya dalam memantau perilaku anak-anak di bawah umur dalam menggunakan internet secara sehat dan aman. Memantau bukan berarti mengekang. Menjadi orang tua sekaligus sahabat bagi anak adalah jalan terbaik sehingga komunikasi yang efektif tetap terus terpelihara.
Nggak semua hal itu pantas dikonsumsi oleh publik. Walaupun media sosial itu (katanya) adalah diary online bukan berarti kita bisa membagikan segala sesuatu sebebas-bebasnya tanpa aturan. Seperti judul di atas, think before you click, apakah itu saat klik tweet di twitter, klik post di kolom update status facebook, klik comment saat mau berkomentar, klik upload saat menggunggah foto, ataupun klik-klik lainnya. Jangan sampai keisengan-keisengan yang mungkin awalnya kita anggap biasa dan wajar malah berbalik menyerang diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H