Mohon tunggu...
Reza P
Reza P Mohon Tunggu... Freelancer - Sarjana Hubungan Internasional Universitas Diponegoro

Love to navigating the world through the words

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Tidak Melulu Perihal Bahasa Inggris: Sebuah Testimonial Seputar Ilmu Hubungan Internasional

25 September 2023   08:17 Diperbarui: 25 September 2023   15:28 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (Kiri) dan Shinzo Abe (Kanan) sedang berjabat tangan saat sesi foto di Gedung Putih. CNN.com

*Nb: Tulisan ini dibuat dengan sudut pandang yang subjektif sesuai dengan opini dan observasi penulis yang merupakan sarjana dari Departemen Hubungan Internasional di Universitas Diponegoro.

"Jago berbahasa Inggris" adalah salah satu dari sekian banyak alasan mainstream yang membuat siswa-siswi SMA memilih Ilmu Hubungan Internasional (HI) sebagai tempat berlabuh pada jenjang pendidikan berikutnya. Hal inilah yang menjadikan HI dipersepsikan sebagai bagian dari rumpun ilmu sosial yang erat kaitannya dengan kemahiran berbahasa Inggris. Apakah benar seperti itu? Mari kita bedah melalui artikel ini.

Sebelum mengelaborasikan lebih jauh tentang garis besar antara Bahasa Inggris dan HI, mari kita bahas seputar HI dengan menggunakan analogi yang sederhana. Bayangkanlah bahwa eksistensi atas setiap negara di dunia digambarkan sebagai sekumpulan anak-anak yang bermain di taman. Tiap anak memiliki aturan, kepentingan, hingga budayanya masing-masing yang diperoleh dari keluarganya.

Ilustrasi anak-anak yang sedang bermain di Taman. fieldsintrust.org
Ilustrasi anak-anak yang sedang bermain di Taman. fieldsintrust.org

Dalam konteks ini, HI menganalisis bagaimana cara anak-anak yang beragam tersebut saling berinteraksi di taman. Ilmu tersebut turut mengobservasi alasan dibalik terdapat anak-anak yang memiliki hubungan akrab, begitu pun sebaliknya. HI juga menuntut kita untuk menggali informasi seluas-luasnya perihal bagaimana anak-anak ini bekerja sama untuk menyelesaikan konflik yang mungkin akan muncul di taman. Dengan kata lain, eksistensi HI berusaha memahami cara negara-negara di dunia ini berbicara, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah di "taman" yang disebut dunia internasional ini.

HI berusaha memahami cara negara-negara perihal berbicara, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah di dunia internasional

Setelah kita memahami gambaran kecil mengenai HI, pasti akan timbul pertanyaan lagi, bagaimana cara kita memahami dinamika yang terjadi di dunia internasional? Disiplin ilmu apa yang akan digunakan?

Catat baik-baik anak muda, HI akan mempelajari hampir semua ilmu multidisipliner sektor noneksakta. Ya, semuanya. Mungkin kamu familiar dengan singkatan poleksosbudhanhumkam (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, hukum, dan keamanan) sewaktu belajar di SMA? Kira-kira disiplin ilmu tersebutlah yang akan kita gali selama berjalan di jenjang perkuliahan. Unsur poleksosbudhanhumkam juga dijadikan landasan bagaimana seharusnya mahasiswa HI mengkaji suatu dinamika yang terjadi di dunia internasional.

HI akan mempelajari hampir semua ilmu multidisipliner sektor noneksakta

HI diperuntukkan bukan kepada semua orang, sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Menurut pandangan saya, jurusan ini akan cocok bagi individu yang concern terhadap isu-isu high maupun low politics serta memiliki dinamika perspektif perihal diskursus rumpun sosial-humaniora. Yang terpenting, seorang mahasiswa HI harus mampu beradaptasi dan keluar dari zona nyaman untuk mengobservasi bidang-bidang di luar passion-nya, lantaran kami percaya bahwa satu hal dengan hal lainnya memiliki unsur connecting the dots.

Mempelajari hampir semua rumpun ilmu sosial-humaniora menjadi benefit memasuki keilmuan HI lantaran berpotensial memiliki wawasan dan multi-skill yang kaya. Dalam HI, tidak ada kebenaran yang absolut dalam memandang sebuah studi kasus, alih-alih semuanya berbicara mengenai perspektif. Sebagai analogi sederhana, apakah angka 21 harus selalu dihasilkan dari penjumlahan 10 tambah 11? Tidak juga kan? Banyak jalan menuju Roma untuk menghasilkan penjumlahan dari angka 21, seperti 15 tambah 6, 12 tambah 9, dan seterusnya.

Sebagai mahasiswa HI, kita didesain untuk tidak takut dalam menghadapi sebuah perdebatan. Tentu bukan debat kusir. Debat yang dimaksud adalah Focus Group Discussion (FGD), sebuah debat yang berbasis riset dan data dengan menjunjung tinggi semangat civitas akademika. Ini berarti juga bahwa HI menuntut mahasiswanya untuk menguasai keterampilan analisis kritis, menulis, komunikasi, dan public speaking yang baik. Selain FGD, mahasiswa HI juga akan sering dihadapkan untuk memproduksi paper-paper analisis sebuah studi kasus yang merupakan bagian dari tugas mata kuliah. Oleh karena itu, skill-skill yang disebutkan sebelumnya sangat penting untuk dikuasai guna menghadapi berbagai kewajiban yang akan ditunaikan sebagai seorang mahasiswa HI.

Diplomat, peneliti, staf pemerintahan adalah beberapa kata kunci profesi yang diidam-idamkan sebagian mahasiswa HI pasca mereka lulus. Namun faktanya, lebih dari itu, mereka bisa merambah ke berbagai sektor industri swasta seperti menjadi staf marketing, sales, business development, hingga human resource lantaran keterampilan mereka dalam berkomunikasi.

Sekarang, mari kita jawab pertanyaan di awal, apakah sebaiknya menjajaki HI sebagai tempat berlabuh untuk jenjang pendidikan tinggi?

Jawabannya, bergantung. Apakah ekspektasi kamu HI akan mempelajari hal-hal detail dalam bahasa Inggris? Jika benar, persepsimu soal HI adalah salah. Seperti yang sudah dijabarkan , HI bersinggungan dengan unsur-unsur sosial humaniora dan poleksosbudhanhumkam selama masa pendidikannya. Namun, keahlianmu dalam bahasa Inggris akan mempermudah beradaptasi di dunia HI.

Keahlianmu dalam bahasa Inggris akan mempermudah beradaptasi di dunia HI

Bisa berkesempatan keliling dunia ketika menjadi mahasiswa HI adalah satu dan lain hal, namun bisa dipastikan, kamu akan berkeliling dunia melalui publikasi-publikasi akademik yang dibaca sebagai bahan riset untuk paper ataupun FGD. Sebagian besar publikasi tersebut berbahasa Inggris. Inilah culture shock yang akan dirasakan mahasiswa HI yang baru saja bertranformasi dari masa SMA. Mereka akan dipertemukan dengan seabrek tulisan yang berbahasa asing, sesuatu yang tidak pernah mereka temukan di masa pendidikan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun