Mohon tunggu...
Reza P
Reza P Mohon Tunggu... Freelancer - Sarjana Hubungan Internasional Universitas Diponegoro

Love to navigating the world through the words

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kultur "Over-Baper" yang Harus di Musnahkan bagi Seluruh Penikmat Film

25 Mei 2022   22:14 Diperbarui: 25 Mei 2022   22:18 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita semua tau, bahwa Aktor merupakan sebuah profesi mulia layaknya profesi-profesi lainnya yang ada di muka bumi. Jobdesc mereka adalah memerankan sebuah karakter individu yang telah ditentukan pada naskah sesuai dengan arahan briefing dari sang Sutradara. 

Pendek kata, mereka melakukan sandiwara guna menunjang keseluruhan cerita film. 

Sekali lagi ya ditekankan, mereka sandiwara guys. Artinya apabila para Aktor berada di depan kamera, mereka bukanlah dirinya lagi, alih-alih mendedikasikan rohani dan jasmaninya kedalam karakter yang akan diperankan sesuai script.

Tapi saya paham, banyak Aktor yang terlalu melekat dengan karakter yang diperankannya. Sehingga enggak jarang juga apabila para Penonton lebih familiar terhadap nama karakter yang diperankan oleh suatu Aktor dibanding mengetahui nama asli Aktor itu sendiri. 

Contohnya seperti Johny Depp lebih dikenal sebagai Captain Jack Sparrow, Dwi Sasono sebagai mas Adi, dan Anya Geraldine sebagai Lyidia Danira.

Pesan saya untuk para Penonton yang kerap menormalisasi kultur ‘over baper’ pada konteks dunia perfilman, ketahuilah bahwa karakter tokoh yang anda komentari hanyalah bersandiwara semata di depan frame kamera, they just doing their job professionally. Apabila anda tidak menyukai Aktor yang memerankan suatu karakter dalam film, maka hal itu sah-sah aja. 

Tapi akan jadi persoalan yang berbeda apabila kalian sudah mengangkat ketidaksukaan kalian dikolom komen Aktor yang bersangkutan, simply karena kalian gak suka dengan karakter yang diperankannya. 

Dalam contoh lainnya, menjodoh-jodohkan seorang Aktor dengan lawan mainnya padahal dilain sisi sang Aktor telah memiliki pasangan. Kedua hal tadi sangat amat katrok sih.

Gini ya, kalian tidak ada hak untuk menembus ruang-ruang privat kehidupan pribadi para Aktor setelah dirinya berada di luar adegan film. Manakala seorang Aktor telah berada di arena out of frame, biarkanlah mereka menjalani kehidupannya masing-masing sebagaimana layaknya manusia biasa. 

Menurut saya, memberikan support kepada para Aktor dan pegiat seni lainnya adalah dengan mengapresiasi karya mereka melalui berbagai jenis saluran yang legal (baca: jangan nonton film dari saluran bajakan!) dan gausah julid terhadap urusan pribadinya. 

Paling enggak, cara itulah yang bisa ngebuat Aktor favorit kalian bisa last long sehingga berpotensi melahirkan karya-karya baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun