Mohon tunggu...
Feisal Nadhirrahman
Feisal Nadhirrahman Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UI - KTTI

Mahasiswa Pascasarjana UI - KTTI

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Belt Road Initiative dan Pengaruhnya terhadap Negara-negara di Timur Tengah

21 November 2020   09:16 Diperbarui: 21 November 2020   09:27 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Menurut Asian Development Bank (ADB), Asia menghadapi kesenjangan pendanaan infrastruktur sekitar USD 26 triliun hingga 2030. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, beberapa inisiatif dicanangkan untuk mengembangkan konektivitas transportasi yang lebih baik di Asia:

  • The Association of South East Asian Nation (ASEAN) Connectivity initiative
  • The Central Asia Regional Economic Cooperation (CAREC) Program
  • The Greater Mekong Sub-Region (GMS) Cooperation Program
  • The South Asia Sub-regional Economic Cooperation (SASEC) Program
  • The Belt and Road Initiative (BRI).

BRI (Belt and Road Initiative) adalah strategi jangka panjang Pembangunan Infrastruktur Global dan Percepatan Integrasi Ekonomi negara-negara di sepanjang jalur sutra yang diadopsi oleh Pemerintah Tiongkok.

Diresmikan pada 2013 oleh presiden Xi Jinping (Sampai dengan 2016 dikenal sebagai OBOR - One Belt One Road). Pada 28 Maret 2015, China melalui National Development and Reform Commission (NDRC), Ministry of Foreign Affairs (MOFA) and the Ministry of Commerce (MOFCOM) meresmikan garis-garis besar untuk BRI.

BRI bertujuan untuk mempromosikan konektivitas negara-negara di benua Asia, Eropa dan Afrika sepanjang jalur BRI, membangun dan memperkuat kemitraan, serta mewujudkan pembangunan yang beragam, mandiri, seimbang, dan berkelanjutan di negara-negara tersebut.

Menurut Belt and Road Portal, 71 negara telah ambil bagian dalam inisiatif tersebut, mewakili lebih dari 1/3 PDB dunia dan 2/3 populasi dunia.

Pada dasarnya, BRI menggabungkan dua inisiatif utama dalam pengembangannya; Pertama, Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (berbasis darat), adalah visi jangka panjang untuk pembangunan infrastruktur, konektivitas dan kerjasama ekonomi Eurasia. Jalur ini meliputi:

  • New Eurasian Land Bridge Economic Corridor (NELBEC)
  • China – Mongolia – Russia Economic Corridor (CMREC)
  • China – Central Asia – West Asia Economic Corridor (CCWAEC)
  • China – Indochina Peninsula Economic Corridor (CICPEC)
  • Bangladesh – China – India – Myanmar Economic Corridor (BCIMEC)
  • China – Pakistan Economic Corridor (CPEC)

Kedua, Jalur Sutra Maritim Abad 21 yang menghubungkan Cina ke Asia Tenggara, Indonesia, India, Semenanjung Arab, Somalia, Mesir dan Eropa. Selain itu, China juga berfokus pada pembangunan The Polar Silk Road, dimana proyek tersebut merupakan strategi Arktik China dan ambisinya untuk mengembangkan jalur sutra sepanjang wilayah Arktika di bawah BRI.[1]

Pada dasarnya, prioritas kerja sama antara China dan negara-negara yang berada di proyek tersebut meliputi lima bidang penting, yaitu:

  • Koordinasi kebijakan, atau promosi kerjasama antar pemerintah, pertukaran kebijakan makro antar pemerintah
  • Konektivitas fasilitas, atau Peningkatan konektivitas rencana pembangunan infrastruktur dan standar teknis.
  • Pedagangan tanpa hambatan, atau pengurangan hambatan investasi dan perdagangan, Promosi integrasi ekonomi regional.
  • Integrasi keuangan, atau koordinasi dan kerjasama dalam kebijakan moneter, pembentukan lembaga pembiayaan.
  • Obligasi antar masyarakat, atau pertukaran, dialog budaya dan akademik, kerjasama media.

China dan ambisinya dalam kesuksesan BRI yang ada di berbagai negara tentunya berusaha untuk mewujudkan terciptanya motivasi ekonomi dan geopolitik, serta mengembangkan peluang investasi baru, menumbuhkan pasar ekspor, dan meningkatkan pendapatan China dan konsumsi domestik. Selain itu, BRI juga diharapkan dapat mengamankan pasokan energi jangka panjang  dari Asia Tengah dan Timur Tengah, terutama melalui rute yang tidak dapat diganggu oleh militer AS, serta merestrukturisasi ekonomi untuk menghindari “middle-income trap”.

Namun dalam praktiknya, BRI sering dikritik sebagai “debt trap diplomacy”, dimana China menyediakan pendanaan infrastruktur untuk negara berkembang di bawah persyaratan pinjaman yang tidak jelas, hanya untuk secara strategis memanfaatkan hutang negara penerima ke China untuk kepentingan ekonomi, militer, atau politik.

BRI dan Timur Tengah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun