4. Ketidakmampuan menghadapi kondisi darurat, karena tidak memiliki dana cadangan yang cukup untuk menghadapi situasi tak terduga.
Sebaliknya, mereka yang lebih bijak dalam mengelola keuangan memilih untuk tidak terburu-buru meningkatkan gaya hidup hanya karena penghasilan bertambah. Mereka lebih memilih mengalokasikan uangnya ke hal-hal yang lebih produktif seperti investasi, tabungan, dan aset yang bernilai jangka panjang. Mereka mungkin memiliki penghasilan tinggi, tetapi tetap memilih hidup sederhana karena memahami bahwa kekayaan sejati bukanlah tentang seberapa banyak yang bisa dipamerkan, melainkan tentang seberapa besar kestabilan yang bisa dibangun.
Pendekatan ini membuat mereka memiliki fleksibilitas finansial lebih besar dan ketenangan dalam menjalani hidup. Salah satu contohnya adalah orang-orang yang lebih memilih membeli properti untuk disewakan daripada membeli mobil mewah yang nilainya terus turun. Atau mereka yang lebih memilih mengembangkan usaha kecil secara perlahan daripada langsung menghabiskan uang untuk gaya hidup.
Bukan berarti menikmati hasil kerja keras itu salah. Sesekali memberikan reward untuk diri sendiri adalah hal yang wajar. Namun, perbedaannya terletak pada bagaimana cara mengelola dan mengendalikan keinginan tersebut agar tidak mengorbankan kestabilan jangka panjang. Ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan agar tidak terjebak dalam lifestyle inflation:
1. Tentukan Prioritas Keuangan
Sebelum meningkatkan gaya hidup, pastikan kebutuhan utama sudah terpenuhi. Miliki dana darurat yang cukup, lunasi utang yang tidak produktif, dan pastikan sudah berinvestasi untuk masa depan.
2. Jangan Membeli Sesuatu Hanya untuk Impresi
Sebelum membeli barang mahal, tanyakan pada diri sendiri: apakah ini benar-benar dibutuhkan, atau hanya sekadar ingin terlihat sukses? Jangan sampai keinginan untuk mendapatkan pengakuan sosial membuat keuangan tidak sehat.
3. Fokus pada Aset, Bukan Sekadar Konsumsi
Gunakan kenaikan penghasilan untuk menambah aset yang bisa memberikan pemasukan pasif, seperti properti, saham, atau logam mulia, dibandingkan hanya untuk konsumsi jangka pendek.
4. Jangan Terpancing Tren dan Tekanan Sosial