Dalam kehidupan ini, tidak ada yang benar-benar pasti kecuali ketetapan Allah. Harta bisa hilang, jabatan bisa bergeser, dan bahkan orang-orang tercinta bisa pergi meninggalkan kita kapan saja. Sebagai orang tua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk bekal kehidupan agar mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Salah satu tantangan terbesar dalam mendidik anak adalah menghilangkan mental pasifnya, yaitu kebiasaan menunggu perintah, kurangnya inisiatif, dan ketergantungan pada orang tua. Jika mental seperti ini tidak diperbaiki sejak dini, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lemah, mudah menyerah, dan sulit bertahan dalam kehidupan.Â
Mental yang kuat, tentunya tidak lahir begitu saja, melainkan hasil dari proses pembiasaan. Dalam konteks lembaga pendidikan, hadirnya pesantren bisa menjadi salah satu pilihan orang tua sebagai partner dalam mendidik anaknya. Maka, disinilah pentingnya memilih pesantren yang tepat sebagai solusi membentuk karakter mandiri dan tangguh.
Pesantren, bukan sekadar tempat belajar ilmu agama, tetapi juga menjadi wadah bagi anak-anak untuk dilatih hidup mandiri, menghadapi tantangan, dan memahami arti tanggung jawab. Berbeda dengan lingkungan rumah yang serba nyaman, di pesantren anak-anak akan terbiasa mengurus diri sendiri, seperti mencuci pakaian, merapikan tempat tidur, dan mengatur jadwal harian mereka.Â
Mereka juga dilatih untuk mengambil keputusan tanpa harus menunggu perintah, terbiasa menghadapi berbagai permasalahan tanpa selalu meminta bantuan, dan membangun jiwa disiplin melalui rutinitas yang teratur. Selain itu, interaksi dengan berbagai karakter teman sebaya dan pengajar akan mengasah kemampuan sosial serta membentuk mental yang lebih kuat.
Namun, tidak semua pesantren dapat membentuk karakter seperti ini. Oleh karena itu, pemilihan pesantren harus dilakukan dengan cermat. Pesantren yang baik adalah yang mampu menanamkan pemahaman bahwa manusia tidak boleh menggantungkan harapan pada siapa pun selain Allah. Ketika anak-anak terbiasa bersandar kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan, mereka tidak akan mudah goyah saat menghadapi ujian.Â
Ketergantungan pada Allah ini harus diiringi dengan doa dan ikhtiar. Mereka perlu diajarkan bahwa berdoa adalah bentuk kepasrahan kepada Allah, tetapi usaha nyata adalah bentuk tanggung jawab yang tidak boleh ditinggalkan. Dengan demikian, mereka tidak tumbuh menjadi pribadi yang pasrah tanpa perjuangan, tetapi juga tidak sombong dengan usahanya sendiri.
Selain itu, penting memilih pesantren yang memiliki keseimbangan antara pendidikan agama dan ilmu dunia, seperti: keterampilan wirausaha, kepemimpinan, public speaking, problem-solving, dll. Keduanya harus saling melengkapi agar anak tidak hanya memiliki pemahaman keislaman yang kuat, tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang akan membantunya bertahan di dunia yang penuh ketidakpastian.Â
Pendidikan yang baik juga harus membentuk pola pikir kritis dan mendorong anak untuk bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Pesantren yang hanya menekankan hafalan tanpa membangun inisiatif dan keterampilan mandiri justru dapat membuat anak tetap pasif dan bergantung pada lingkungan sekitarnya.
Dalam proses pembelajaran ini, kedisiplinan menjadi salah satu faktor penting. Pesantren yang baik harus memiliki aturan yang tegas tetapi tidak menggunakan metode kekerasan. Disiplin yang diterapkan harus bertujuan membangun karakter, bukan menanamkan ketakutan. Dengan disiplin yang tepat, anak akan terbiasa mengatur dirinya sendiri dan memahami konsekuensi dari setiap tindakan.