Mohon tunggu...
Ferra ShirlyAmelia
Ferra ShirlyAmelia Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Pak Kholid dan Tamparan Literasinya: Sungguh Menggugah Nurani

21 Januari 2025   14:05 Diperbarui: 21 Januari 2025   14:10 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Indonesia Lawyers Club/ILC (dalam satujabar)

Di saat dunia sibuk dengan gemerlap distraksi, seorang nelayan sederhana memberi kita tamparan literasi. Bukan dengan kata-kata indah, tetapi dengan keberanian yang luar biasa.

Pak Kholid, seorang lelaki sederhana yang menggantungkan hidupnya pada laut, tiba-tiba menjadi sosok yang mampu menggugah banyak hati. Ia bukan seorang yang berpangkat, ia hanya seorang rakyat. Namun, ada satu hal yang membuatnya berbeda, "Ia melek literasi".

Pak Kholid membaca. Ia memahami. Ia berpikir. Dan yang paling penting, ia berani bersuara.

Di saat banyak orang memilih diam, ia berdiri tegak, menyampaikan kegelisahannya dengan lantang. Ia tidak terbungkam oleh tekanan, tidak gentar meski yang ia hadapi adalah proyek besar yang konon demi kepentingan umum. Seolah tahu, apa yang terjadi bukan sekadar angka-angka dalam laporan atau garis-garis di atas peta perencanaan. Ini tentang laut yang menjadi sumber kehidupan, tentang mata pencaharian yang sedang dipertaruhkan.

Ironisnya, mereka yang memiliki wewenang, yang duduk di kursi nyaman dengan gelar dan jabatan tinggi, justru seolah tak tahu-menahu. Bibir mereka seperti kelu, tangan mereka seolah ragu. Padahal, merekalah yang seharusnya berdiri di garis depan untuk membela rakyatnya. Tapi entah mengapa, justru seorang nelayan yang akhirnya membuka mata kita semua.

Sadar atau tidak, Pak Kholid telah 'menampar' kita semua. Di tengah era digital dengan segala kemudahan akses informasi, apa yang sebenarnya kita lakukan dengan gadget keren di genggaman kita? Literasi apa yang kita dapat darinya? 

Apakah literasi yang bermanfaat, yang membuat kita lebih paham akan realitas dan mampu berpikir kritis? Atau sekadar tenggelam dalam scroll tak berujung, menonton joget-joget tanpa makna, mengikuti huru-hara selebrita, atau sibuk memenuhi keranjang olshop dengan barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan?

Pak Kholid telah membuka mata kita semua. Walaupun ia rakyat kecil, tapi ia pintar. Seolah berpesan, jangan sampai kita bodoh dan mau dibodoh-bodohi. Jangan sampai kita hanya menjadi penonton dalam persoalan bangsa sendiri. Sibuk dalam distraksi yang tak berarti, sementara mereka yang seharusnya mengayomi malah membiarkan ketidakadilan terus terjadi.

Sekali lagi, benar-benar kita diajarkan oleh sosok bapak satu ini. Bagaimana mungkin kita bisa melek hati nurani jika melek literasi saja kita tidak mampu?

Pak Kholid mengajarkan bahwa literasi bukan sekadar membaca, tetapi juga berpikir, memahami dan bertindak dengan tepat. Bukan sekadar melihat, tetapi juga berani menyampaikan pendapat. Walaupun hanya seorang nelayan tapi ia mampu mengerti seperti apa seharusnya kebijakan dan dampaknya bagi kehidupan rakyat, bahkan bagi bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun