Siang ini, tiba-tiba rasa haru menyeruak dalam dada. Haru yang bergelut dengan secercah harapan, saat melihat reels Sekretariat Kabinet yang di post dua hari lalu tentang program TNI-AD Manunggal Air (program terobosan untuk mengatasi kesulitan air bersih di seluruh wilayah Indonesia). Dan ternyata, program ini sudah diluncurkan sejak 2022 dan hingga saat ini sudah terealisasi lebih dari 3.355 titik sumber air di seluruh Indonesia, 1.243.996 jiwa telah mendapatkan akses air bersih, serta 48.043 ha sawah tadah hujan di seluruh wilayah tanah air juga turut merasakannya. Bangga rasanya sekaligus muncul kembali asa jika Indonesia bisa kembali menjadi Macan Asia.
Indonesia yang pernah dijuluki sebagai Macan Asia bukan hanya karena kekuatan militernya, tetapi juga karena ekonominya yang berkembang pesat dan berhasil mencapai swasembada pangan. Namun, hingga saat ini kita masih menghadapi tantangan besar yaitu ketergantungan pada impor bahan pangan, yang tak jarang diwarnai dengan kasus korupsi. Sementara itu, desa-desa semakin kehilangan generasi penerusnya ketika anak muda lebih memilih merantau ke kota atau bekerja di manca negara. Profesi petani masihlah dipandang sebelah mata, padahal dengan kemajuan teknologi yang kian pesat, pertanian bisa dikembangkan menjadi sektor yang modern, efisien, dan menguntungkan.
Program TNI-AD Manunggal Air mampu menjadi angin segar bagi masyarakat pedesaan dan memastikan bahwa air sebagai nyawa pertanian tetap tersedia. Namun, ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada ketersediaan air bersih, tetapi juga pada siapa yang akan mengelola lahan pertanian di masa depan. Tanpa regenerasi petani, swasembada pangan hanya akan menjadi impian belaka. Sayangnya, masih sedikit sekali anak muda yang tertarik dalam bidang pertanian dengan beberapa alasan seperti berikut ini:
- Pandangan bahwa bertani itu berat dan tidak menjanjikan secara finansial.
- Minimnya dukungan bagi petani muda, baik dalam akses modal, teknologi, maupun pelatihan.
- Kurangnya pemahaman akan potensi besar dalam agroteknologi dan agribisnis.
- Daya tarik pekerjaan di kota atau luar negeri lebih kuat dibandingkan bertani di desa.
Padahal, dunia pertanian saat ini telah mengalami transformasi besar dengan hadirnya pertanian berbasis teknologi (agrotech) yang ternyata telah mulai diterapkan dan dikembangkan di Indonesia dengan berbagai inovasinya seperti drone pertanian, sistem irigasi otomatis, pertanian hidroponik dan vertikultur, serta smart farming berbasis AI dan IoT. Semua ini memungkinkan pertanian menjadi lebih modern, produktif, dan menguntungkan.
Maka, sudah saatnya Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menghidupkan kembali pertanian dan menarik keterlibatan anak muda, seperti:
1. Menggencarkan Kembali Program "Petani Muda Bangkit"
Program yang sudah pernah dicetuskan ini, bisa lebih digencarkan kembali dengan dukungan penuh dari Pemerintah. Dimana pemerintah bisa memberikan pinjaman modal tanpa bunga dengan disertai pendampingan, pengawasan, dan bimbingan hingga usaha petani muda benar-benar balik modal, menghasilkan, dan mampu mandiri secara berkelanjutan. Selain itu, diperlukan juga kemitraan dengan BUMN dan perusahaan pangan agar hasil panen petani muda memiliki jaminan pasar yang jelas dengan harga yang layak.
2. Menggencarkan Program Pelatihan dan Inovasi Pertanian Berbasis Teknologi
Dengan mendirikan pusat-pusat pelatihan dan inovasi pertanian modern yang menghubungkan anak muda dengan mentor dari kalangan akademisi, praktisi, dan investor, diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi anak muda untuk berwirausaha di sektor ini.
3. Menggalakkan Program "1 Desa 10 Petani Muda"