Mohon tunggu...
Ferra ShirlyAmelia
Ferra ShirlyAmelia Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aroma Masakan Rumah: Penjaga Keuangan Keluarga dan Pelipur Lelah

12 Januari 2025   07:30 Diperbarui: 12 Januari 2025   10:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap malam, saya sengaja memasak tepat sebelum suami pulang. Harum masakan yang menyeruak menyambutnya dari sebalik pintu rumah, seolah menjadi pelipur lelah setelah bekerja seharian. Selepas ia selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, kami segera duduk bersama untuk menikmati hidangan yang masih hangat.

Sembari menyantap makanan, obrolan ringan pun mengalir dengan sendirinya. Sekedar menceritakan hal-hal sederhana seperti saat suami melihat pisang kepok yang begitu bagus saat perjalanan pulang, tetapi tidak bisa membelinya karena padatnya jalanan. Atau tentang bayangannya yang terlintas ingin menyantap makanan tertentu, dan ternyata sudah terhidang sesampainya ia di rumah. Setiap percakapan, setiap tawa, dan setiap hidangan, selalu terasa bermakna walaupun terlihat sederhana.

Di balik aroma masakan yang terhidang, ada upaya untuk merawat keharmonisan, menyatukan kebersamaan, sekaligus memastikan kebutuhan hidup terpenuhi dengan penuh rasa syukur. Memasak di rumah bukan hanya tentang menyediakan makanan, tetapi juga cara sederhana untuk menciptakan kebahagiaan, menjaga kesehatan, dan mengelola keuangan keluarga dengan lebih bijak.

Memasak: Solusi Ekonomi dan Kesehatan

Sesaat sebelum menikah, ibu menasehatkan kepada saya: "Nanti kamu harus belajar masak. Masak sendiri itu lebih hemat dan lebih sehat. Setelah berumah tangga, kebutuhan akan jauh berbeda, jadi pandai-pandailah mengelola keuanganmu dengan baik." Nasihat ibu benarlah adanya, dan akan selalu menjadi pegangan saya dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Memasak di rumah terbukti efektif membantu saya mengelola pengeluaran. Dengan belanja terencana, menghadirkan menu yang berganti setiap hari walaupun tidak mewah, sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

Selain itu, memasak sendiri memberikan kontrol penuh atas bahan yang digunakan. Saya bisa memastikan makanan yang kami konsumsi bebas dari bahan pengawet atau bumbu instan berlebihan, sebagai ikhtiar menjaga kesehatan.

Memasak: Bentuk Menghargai Kerja Keras Pasangan

Sebagai seorang istri, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola amanah yang telah diusahakan suami. Bukan berarti saya telah sempurna dalam melakukannya, tetapi saya terus belajar agar apa yang kami miliki dapat memberi manfaat yang lebih besar, baik untuk dunia maupun bekal akhirat

Berbelanja sesuai kebutuhan, menghindari pemborosan, serta menyisihkan sebagian untuk ditabung dan diinvestasikan adalah bagian dari ikhtiar kami. Kami ingin berusaha semampunya agar tidak bergantung pada orang lain, sembari terus belajar menjalani hidup dengan sederhana namun tetap penuh makna. Dengan memohon pertolongan Allah, kami berikhtiar menjadi muslim yang kuat, tanpa lalai dari tujuan hidup yang sesungguhnya dan tak lena oleh dunia yang sementara.

Saya juga belajar jika memasak di rumah ternyata bisa menghemat cukup banyak tanpa mengurangi kenikmatan. Sebagai contoh, biaya makan di luar sekali saja, jika dialokasikan untuk belanja bahan makanan, bisa mencukupi kebutuhan memasak selama dua sampai tiga hari, bisa untuk makan kenyang berkali-kali. Dengan penghematan seperti ini memberi ruang bagi kami untuk mengalokasikan dana ke tujuan yang lebih besar dan lebih penting, seperti tabungan, investasi, atau keperluan lainnya.

Dalam mengelola keuangan, kami juga selalu mengedepankan kerjasama dan transparansi. Tidak ada pengeluaran yang disembunyikan satu sama lain, sehingga kami bisa saling memahami dan mendukung prioritas bersama. 

Memasak: Mengelola Pengeluaran Tanpa Mengorbankan Kualitas Hidup

Memasak sendiri memberikan keleluasaan bagi kami untuk mengelola keuangan dengan lebih baik, tanpa harus mengorbankan kenikmatan hidup. Anggaran makanan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan. Ketika ada kebutuhan mendesak, menu sederhana menjadi solusi yang bijak. Misalnya, mengganti ikan dengan telur, tahu, atau tempe yang dilengkapi orak-arik kol atau sambal dengan lalapan mentimun. Untuk cemilan buah, pepaya atau pisang rebus sudah lebih dari cukup. Meskipun sederhana, kebutuhan gizi tetap terpenuhi.

Sebaliknya, ketika kondisi keuangan lebih stabil, kami dapat mengalokasikan dana untuk membeli ikan, daging, atau buah-buahan lain sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah. Pola ini membuat kami tetap merasa cukup dan puas dalam berbagai situasi.

Untuk mengatasi rasa jenuh memasak setiap hari, kami juga menyisihkan anggaran khusus untuk sesekali makan di luar. Tak perlu mewah, bahkan sekadar makan bakso atau mie ayam di warung dekat rumah sudah cukup untuk menghadirkan kebahagiaan. Tak harus selalu ke mall atau restoran mahal. Bagi kami yang penting adalah kebersamaan dan mensyukuri setiap momennya. 

Dengan upaya ini, pengeluaran harian kami bisa tetap terkendali tanpa mengorbankan kualitas hidup. Kebahagiaan sederhana tetap dapat dinikmati, sembari berikhtiar menata masa depan dengan baik. 

Pada akhirnya, memasak di rumah mengajarkan banyak hal tentang kesederhanaan dan rasa syukur. Dengan memanfaatkan apa yang ada, kami dapat menikmati kebahagiaan dalam setiap momen kecil yang bermakna. Setiap masakan yang terhidang mampu menjadi wujud cinta dan tanggung jawab dalam menjaga kesehatan, keharmonisan keluarga, dan kestabilan keuangan.

Semoga kita semua dapat menjaga setiap amanah dengan sebaik-baiknya, dimampukan mengelola rezeki dengan bijak, mampu mensyukuri setiap nikmat, dan senantiasa meraih keberkahan serta ridho Allah dalam setiap langkah dan urusan. Laaquwwata Illa Billah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun