Setiap malam, saya sengaja memasak tepat sebelum suami pulang. Harum masakan yang menyeruak menyambutnya dari sebalik pintu rumah, seolah menjadi pelipur lelah setelah bekerja seharian. Selepas ia selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, kami segera duduk bersama untuk menikmati makanan yang masih hangat.
Sembari menyantap makanan, obrolan ringan pun mengalir dengan sendirinya. Sekedar menceritakan hal-hal sederhana seperti saat suami melihat pisang kepok yang begitu bagus saat perjalanan pulang, tetapi tidak bisa membelinya karena padatnya jalanan. Atau tentang bayangannya yang terlintas ingin menyantap makanan tertentu, dan ternyata sudah terhidang sesampainya ia di rumah. Setiap percakapan, setiap tawa, dan setiap hidangan, selalu terasa bermakna walaupun terlihat sederhana.
Di balik aroma masakan yang terhidang, ada upaya untuk merawat keharmonisan, menyatukan kebersamaan, sekaligus memastikan kebutuhan hidup terpenuhi dengan penuh rasa syukur. Memasak di rumah bukan hanya tentang menyediakan makanan, tetapi juga cara sederhana untuk menciptakan kebahagiaan, menjaga kesehatan, dan mengelola keuangan keluarga dengan lebih bijak.
Memasak: Solusi Ekonomi dan Kesehatan
Sesaat sebelum menikah, ibu menasehatkan kepada saya: "Nanti kamu harus belajar masak. Masak sendiri itu lebih hemat dan lebih sehat. Setelah berumah tangga, kebutuhan akan jauh berbeda, jadi pandai-pandailah mengelola keuanganmu dengan baik." Nasihat ibu benarlah adanya, dan akan selalu menjadi pegangan saya dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Memasak di rumah terbukti efektif membantu saya mengelola pengeluaran. Dengan belanja terencana, menghadirkan menu yang berganti setiap hari walaupun tidak mewah, sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Selain itu, memasak sendiri memberikan kontrol penuh atas bahan yang digunakan. Saya bisa memastikan makanan yang kami konsumsi bebas dari bahan pengawet atau bumbu instan berlebihan, sebagai ikhtiar menjaga kesehatan.
Memasak: Bentuk Menghargai Kerja Keras Pasangan
Sebagai seorang istri, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola amanah yang telah diusahakan suami. Bukan berarti saya telah sempurna dalam melakukannya, tetapi saya terus belajar agar apa yang kami miliki dapat memberi manfaat yang lebih besar, baik untuk dunia maupun bekal akhirat
Berbelanja sesuai kebutuhan, menghindari pemborosan, serta menyisihkan sebagian untuk ditabung dan diinvestasikan adalah bagian dari ikhtiar kami. Kami ingin berusaha semampunya agar tidak bergantung pada orang lain, sembari terus belajar menjalani hidup dengan sederhana namun tetap penuh makna. Dengan memohon pertolongan Allah, kami berikhtiar menjadi muslim yang kuat, tanpa lalai dari tujuan hidup yang sesungguhnya dan tak lena oleh dunia yang sementara.