Mohon tunggu...
Fefy Frisca
Fefy Frisca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi di Universitas Mahasaraswati

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep Manajemen Laba dalam Akuntansi Keuangan

6 Desember 2024   17:08 Diperbarui: 6 Desember 2024   17:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Fefy Friska Cecilia, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra

Manajemen laba adalah praktik yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk memengaruhi laporan keuangan melalui teknik akuntansi tertentu, sehingga laporan tersebut mencerminkan kinerja keuangan yang sesuai dengan tujuan mereka. Healy dan Wahley (1999) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dalam pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan pemangku kepentingan atau untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti bonus atau insentif lainnya. Menurut Ashari et al., manajemen laba tidak selalu negatif, karena bisa saja dilakukan untuk alasan yang tidak berorientasi manipulasi laba. Motivasi dari dilakukannya manajemen laba terbagi menjadi beberapa kategori utama, yaitu Motivasi Kontaktual, dilakukan untuk memenuhi perjanjian kontrak, seperti kompensasi berbasis laba atau kepatuhan terhadap perjanjian utang (debt covenant); Motivasi Politik, perusahaan besar sering kali menurunkan laba untuk mengurangi visibilitas di mata regulator; Motivasi Pajak, dilakukan untuk meminimalkan laba untuk mengurangi pajak yang harus dibayarkan; Motivasi Pasar Modal, digunakan untuk menarik investor, seperti saat penawaran saham perdana (IPO) atau untuk meningkatkan harga saham di pasar. Pola yang umumnya dilakukan dalam manajemen laba yaitu, mengakui pendapatan lebih cepat dari waktunya; mencatat pendapatan palsu; mengakui biaya di luar periode yang seharusnya untuk menyesuaikan laba; dan menyembunyikan kewajiban tertentu. Secara konseptual, manajemen laba dapat memberikan beberapa manfaat, seperti meningkatkan kualitas laba dan memberikan pengaruh positif pada keputusan investasi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa praktik ini juga dapat menurunkan kredibilitas laporan keuangan, menciptakan ilusi kinerja yang tidak berkelanjutan, dan bahkan berpotensi merusak perusahaan dalam jangka panjang. Para peneliti telah mengembangkan berbagai model untuk mengukur praktik manajemen laba, diantaranya, Model Healy (1985) menggunakan total akrual untuk membedakan akrual diskresioner dan nondiskresioner; Model Jones (1991) mengontrol efek perubahan lingkungan ekonomi pada akrual nondiskresioner; Model Dechow-Dichev (2002) mengukur kualitas akrual dalam laba; Model Stubben (2010) fokus pada pendapatan diskresioner untuk mengatasi bias dalam pengukuran; Model Kothari (2005) menambahkan Return on Assets (ROA) untuk meningkatkan akurasi pengukuran. Manajemen laba adalah praktik yang kompleks dengan dampak positif dan negatif. Meskipun bisa memberikan manfaat tertentu, praktik ini sering kali merugikan kredibilitas laporan keuangan. Pemahaman yang lebih baik tentang motivasi, pola dan metode pengukuran manajemen laba dapat membantu pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan yang lebih informasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun