Mohon tunggu...
R. Fefatahillah
R. Fefatahillah Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis Belajar Menulis.

yang sulit didapat, yang rumit dilipat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Putra Mahkota Ibu Kota Bayangan: Solo adalah Kunci

27 Juni 2023   10:55 Diperbarui: 27 Juni 2023   11:06 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kesunyian sepanjang Jalan Ronggowarsito, Kota Surakarta pada dini hari. Kabar duka datang dari balik dinding Pura Mangkunegaraan. KGPAA Mangkunegara IX tutup usia, Jumat, 13 Agustus 2021 pukul 02.50. Bukan hanya kabar duka yang mendalam bagi publik, kabar mengenai penerus mendiang mantan suami Sukmawati Soekarnoputi turut menjadi perhatian khalayak.

Diketahui terdapat dua sosok putra KGPAA Mangkunegara IX yang disinyalir akan menjadi penerus titah Kadipaten, yakni putra sulung dari hasil perkawinan mendiang dengan Sukmawati Soekarnoputri—GPH Paundrakarna—dan putra sulung dari hasil perkawinannya dengan RA. Prisca Marina, Bhre Cakrahutomo.

Beberapa bulan berselang, Bhre Cakrahutomo resmi dilantik sebagai Mangkunegaraan X, penguasa Kadipaten Mangkunegara yang baru. Pesta penobatan dilaksanakan dengan harmonis tanpa konflik. Semua berjalan lancar. Mangkunegara X dinobatkan sebagai Adipati Kadipaten Mangkunegaraan sebelum usianya genap 25 tahun. 

Dilantiknya adipati muda tersebut berhasil menyita perhatian publik sebagaimana publik mengapresiasi GPH Paundrakarna yang tidak 'baper' atas penobatan adik sambungnya sebagai penerus titah.

Beberapa kilometer dari Pura Mangkunegaraan, juga duduk 'Putra Mahkota' yang berkediaman di Loji Gandrung. Ia adalah Gibran Rakabuming Raka. Walikota Surakarta, putra sulung Presiden Joko Widodo. Semenjak kepimpinan sang Putra Mahkota, Kota Solo berevolusi dengan cepat. Infrastruktur pengurai kemacetan, pengelolaan SDM, hingga event-event berkelas internasional dieksekusi dengan cepat.

Satu dekade silam, Surakarta (lebih populer disebut Solo) merupakan kotamadya yang memiliki konflik penggusuran, pertarungan antara kontraktor pembangunan mal menghadapi para pedagang yang enggan 'ditertibkan', dan pastinya masalah tingginya angka kemisikan di Surakarta.

Surakarta bertransformasi dengan cepat. Setidaknya permasalahan yang ada di kota tersebut naik satu level. Dari permasalahan di level masyarakat, menjadi permasalahan di level elit politik. 

Terakhir, pertemuan antara relawan Gibran Rakabuming dengan bakal calon presiden Prabowo Subianto di Surakarta berhasil membuat Diponegoro kegerahan. (22/05/2023)

Suasana persaingan juga dapat dilihat dari momen Idul Fitri tahun ini, dua bakal calon presiden merayakan hari raya Idul Fitri di Kota Surakarta. Ganjar Pranowo membersamai Presiden Joko Widodo untuk beribadah sholat ied di Masjid Syekh Zayed sedangkan beberapa kilometer dari sana Prabowo Subianto bersilaturahmi dengan sang Putra Mahkota, Gibran Rakabuming. Di hari yang sama, di waktu yang sama. (22/04/2023)

Satu bulan sebelumnya, Stadion Manahan yang berada di jantung kota Surakarta juga berhasil menyita atensi masyarakat tatkala Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menolak Stadion Manahan (yang berada di bawah otoritas Provinsi Jawa Tengah) untuk digunakan sebagai salah satu venue gelaran Piala Dunia U-20. Alasannya ialah kehadiran Tim Nasional Israel sebagai salah satu peserta yang bertentangan dengan prinsip Bung Karno sebagai patron dan ideologi kepartaiannya. Sekali lagi, Surakarta menjadi battleground pertarungan para elit politik. (23/03/2023)

Selain agenda-agenda pertarungan politik nasional. Satu tahun terakhir, Surakarta juga menjadi tuan rumah kegiatan beberapa organisasi ternama antara lain, Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI), Muktamar Pengurus Pusat Muhammadiyah, dan Porseni Nahdlatul Ulama.

Bukan tanpa alasan, organisasi level nasional dan bakal calon presiden berbondong-bondong mendarat di Bandara Adi Soemarmo. Alasannya satu: mendapatkan atensi Presiden Joko Widodo, atau minimal dapat 'bermesraan' dengan keterwakilan Putra Mahkota, Gibran Rakabuming di arena. Padatnya jadwal Presiden Joko Widodo di penghujung periodenya membuat berbagai pihak yang berkepentingan sadar diri dan memilih untuk mengalihkan pandangannya ke Gibran Rakabuming.

Dalam persaingan bakal calon presiden, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo cukup unik. Keduanya diklaim merupakan sosok penerus Presiden Joko Widodo. 

Selain beradu argumen 'siapa yang paling Jokowi' antar pendukung masing-masing. Nyatanya, di level elit, keduanya bersaing untuk mendapatkan restu dari Solo. Jika Ibu Kota pemerintahan republik ini bertempat di Jakarta. 

Nampaknya Ibu Kota politik mulai bergeser ke timur, Surakarta. Selain berebut endorse dari Presiden Joko Widodo dan berebut suara pendukung (relawan), kedua bakal calon presiden pun turut berebut kemesraan dengan Putra Mahkota, Gibran Rakabuming.

Meminjam kalimat dari film propaganda milik orde baru bertajuk 'Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI', di mana dalam salah satu scene terlihat Dipa Nusantara Aidit yang diperankan oleh Syubah Asa mengatakan, "Jawa adalah Kunci". 

Mengikuti alur perpolitikan hari ini, penulis dengan spontan akan mengatakan bahwa dewasa ini, Solo adalah kunci. Kunci keberhasilan dalam Pemilihan Presiden 2024 disinyalir bermuasal dari kartu apa yang akan dimainkan oleh Presiden Joko Widodo pada last minute. Menurut ilmuwan ilmu politik, Adi Prayitno, terdapat 30% pendukung Presiden Joko Widodo yang akan memilih calon presiden sesuai rekomendasi patronnya tersebut.

Persaingan bakal calon presiden Pilpres 2024 telah naik satu oktaf tinimbang dari Pilpres sebelumnya. Jika sebelumnya persaingan mengandung SARA dan cenderung saling menjatuhkan. 

Pada tahun ini, persaingan antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subiantor relatif lebih kondusif. Kedua bakal calon presiden cenderung lebih berupaya mengambil hati Presiden Joko Widodo sebagai 'penguasa tunggal' daripada menjatuhkan satu sama lain.

Selain restu dari Presiden Joko Widodo, support dari Gibran Rakabuming juga diperlukan oleh bakal calon presiden. Terlihat dari gestur politiknya, Gibran Rakabuming tidak ingin nasibnya sama seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam hal ini ialah menjadi Putra Mahkota tanpa Mahkota mengingat elektabilitas dan potensinya yang kurang diperhitungkan di kancah perpolitikan nasional. Setidaknya penulis sudah membayangkan pada Pemilu 2029 atau 2034, nama Gibran Rakabuming akan menjadi kuda hitam.

Jika mengamini pandangan spiritualis, bahwasanya 'Wahyu Kedaton' sedang berada di Surakarta. Tak heran jika beberapa bulan ke depan akan lebih banyak pertemuan intes antara tokoh-tokoh nasional di Ibu Kota Mataram Islam tersebut menjelang pertandingan yang digelar berbulan-bulan dan akan ditentukan dalam satu hari, 14 Februari 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun