Mohon tunggu...
Feenda Sekar Dawasti
Feenda Sekar Dawasti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM 20107030096

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Self Love, Mulailah Mencintai Diri Tanpa Menjadi Egois

17 Juni 2021   13:18 Diperbarui: 21 Juni 2021   16:56 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lifestyle.detakhukum.com/

Akhir-akhir ini topik tentang self-love sedang ramai-ramainya dibahas oleh banyak orang, dan sebagian dari kita mungkin sudah sering mendengar ajakan dari orang untuk self love. 

Atau mungkin kamu sudah menerapkan di kehidupan sehari-hari yang akhirnya membuat banyak orang berpikir bahwa self love itu penting karena dapat membuat percaya diri, bisa memaafkan diri sendiri, move on dari masa lalu, memiliki hubungan yang sehat, dan yang paling penting agar bisa hidup dengan bahagia.

Namun, tahukah kamu bahwa diluar sana masih ada orang yang menganggap kalau self love itu sebenarnya egois, dianggapnya seakan-akan kita mengedepankan diri sendiri dibandingkan orang lain sehingga dampaknya menjadi negatif. 

Lalu batasan wajar dari self love itu bagaimana? Banyak dari kita yang masa kecilnya sering diajarkan atau diberi contoh oleh orang lain supaya kita menjadi orang yang mengorbankan diri kita demi orang lain karena itu adalah hal yang baik. 

Dan kita diajarkan seperti itu mungkin memang menjadi kebiasaan kita sampai dewasa, meskipun ujung-ujungnya membuat kita tidak nyaman.

Kebiasaan dan contoh seperti itu sebenarnya sudah umum di kultur atau di budaya orang Indonesia yang basically orang-orangnya banyak sekali yang merasa tidak enakan. 

Jadi muncul lah banyak orang yang 'yes man' atau people pleaser, dan setiap orang minta tolong kita selalu meng-iya-kan padahal mungkin kita memiliki kepentingan lain. 

Karena hal ini sudah biasa, maka akan lebih sering mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Jika ini dilakukan terus menerus, akibatnya kita akan lelah sendiri dan mudah dendam dengan orang lain.

Lalu mengapa kita suka tidak enakan seperti itu dan mengapa sampai berpikir bahwa self love itu egois? Sebenarnya hal ini berkaitan dengan istilah Fear of Selfishness, yang mana kamu lebih mementingkan orang lain sebelum dirimu, dan kamu takut untuk memprioritaskan diri karena takut dikatakan sombong, egois, dll. 

Akhirnya kamu membantu orang lain secara terus menerus, yang mengakibatkan lelah dan merugikan diri sendiri. Dan setelah merasa rugi, muncul lah self love yang dikampanyekan oleh orang-orang bahwa diri kita ini penting untuk dihargai, dicintai, dan penting untuk peduli terhadap diri kita sendiri. 

Tetapi masalahnya adalah ketika kita mempraktekkan self love, kita malah menjadi berpikir kalau self love itu egois setelah mencoba untuk self love selama beberapa waktu atau malah orang lain yang mengatakan egois ketika kita mulai untuk melakukan self love.

Nah kemudian pengaplikasiannya self love yang sehat dan tidak egois itu bagaimana? Jadi ketika kamu misalkan ingin melakukan self love, kamu juga harus tetap memperhatikan hal-hal dan orang-orang disekitar.

Karena jika diakukan di konteks yang salah baru lah kamu jadi bisa dikatakan orang yang egois dan hingga akhirnya dapat merugikan dirimu sendiri dan menyakiti orang-orang disekitar. 

Sama seperti quotes tentang hak dan kebebasan yang artinya kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang kita inginkan, tetapi pada akhirnya kebebasan itu sebenarnya dibatasi oleh kebebasan dan hak yang dimiliki orang lain.

Jadi dalam hidup kita memiliki berbagai batasan, ada batasan yang luar dan ada batasan dalam. Batasan luar maksudnya adalah kamu bebas melakukan apapun selama tidak mengganggu hak dari orang lain, sedangkan batasan dalam artinya orang lain juga bebas melakukan apapun selama itu tidak mengganggu diri kita. 

Contohnya kamu sedang membeli tiket bioskop yang antriannya panjang dan kamu sedang lelah karena pulang kerja, lalu kamu memanggil satpam dan meminta didahului karena kamu ingin cepat-cepat refreshing sambil menonton, dan kamu memaksa untuk menyela barisan antrian. 

Hal ini bisa dikatakan egois, mungkin memang mengutamakan dirimu sendiri dan menganggap ini sebagai self love, tetapi hal ini merugikan orang lain, bisa saja orang yang sedang mengantri juga sedang lelah dan sebagainya. Secara realita hal tersebut mengganggu hak orang lain.

Contoh lain yang mungkin umum, misalnya seorang Ibu menginginkan anaknya masuk jurusan kedokteran, tetapi anaknya tidak mau karena dia lebih memilih jurusan sastra. 

Lalu Ibunya pun sedih, dan pada akhirnya anaknya menjadi merasa bersalah dan berpikir kalau dirinya egois. 

Nah sebenarnya tidak bisa dibilang bahwa itu egois dan tidak 100% egois, karena sebenarnya orang lain meskipun itu orang tua kamu tidak berhak memaksakan kehendaknya 100% dalam pilihan hidupmu. Kalau pun orang lain itu sedih atau kecewa memang sudah tanggung jawab mereka sendiri dan itu juga bukan hal yang ada di luar kendali kamu.

Jadi kesimpulannya, kapan self love itu menjadi egois ataupun selfish? Nah teorinya yang pertama adalah ketika kamu sudah merugikan orang lain seperti contoh tiket bioskop diatas, self love itu bukan berarti menganggap dirimu yang paling penting dan utama. Memprioritaskan diri memang penting tetapi harus melihat konteks dan situasinya. 

Jika self love sampai merugikan orang apalagi merupakan hak mereka, itu tandanya egois. Yang kedua, kamu bisa dikatakan egois ketika self love ini sudah merugikan diri sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya kamu menjadikan self love ini pembenaran untuk bermalas-malasan atau untuk menunda-nunda pekerjaan yang sebenarnya penting. 

Contohnya kamu sedang malas untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan kantor dan akhirnya kamu memilih untuk bermalas-malasan, karena kamu berpikir bahwa hal itu merupakan salah satu bentuk self love. Sebenarnya boleh-boleh saja istirahat. Tetapi kalau itu merugikan dirimu, membuat pekerjaan itu menjadi berhenti, dan orang lain menjadi rugi, pada akhirnya itu bukan bentuk self love.

Self love ini ada batasannya, baik ke orang lain maupun diri sendiri. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan self love, yang penting adalah tentang hak kita dan hak orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun