Pada suatu ketika , Rasulullah s.a.w. keluar dari tempat tinggal beliau dan berjalan melalui sebuah jalan di Madinah . Dalam perjalanan , beliau melihat sebuah bangunan kubah yang menjulang tinggi . Kemudian beliau , bertanya kepada para sahabatnya , “Bangunan apakah ini ?” Mereka meberitahukan bahwa itu adalah sebuah bangunan yang baru di buat oleh seorang sahabat Anshar . Mendengar hal itu , Rasulullah s.a.w. hanya berdiam diri .
Pada waktu lainnya , datanglah sahabat Anshar yang telah membuat bangunan tersebut untuk menemui Rasulullah s.a.w. . Ia mengucapkan salam kepada beliau , “Assalamu’alaikum.” Tetapi , Rasulullah s.a.w. memalingkan wajahnya dari sahabat Anshar tersebut dan tidak menjawab salamnya . Dalam hatinya , sahabat Anshar tersebut berkata , “Mungkin salam saya ini tidak terdengar oleh beliau.” Kemudian , ia mengulangi ucapan salamnya itu . Tetapi , lagi-lagi Rasulullah s.a.w. tidak menghiraukannya dan tidak mau menjawab salamnya . Sahabat tersebut sangat heran mengapa Rasulullah s.a.w. tidak mau melayaninya . Akhirnya ia mencoba bertanya kepada para sahabat yang berada di sekitarnya , mengapa Rasulullah s.a.w. bersikap demikian terhadap dirinya . Kemudian , mereka pun menceritakan kisahnya bahwa pada suatu hari , Rasulullah s.a.w. keluar berjalan-jalan . Di tengah perjalanan , beliau melihat bangunan kubah yang sedang ia bangun . Kemudian , beliau bertanya kepada kami milik siapakah bangunan tersebut . Mendengar keterangan ini , tanpa membuang waktu lagi , ia langsung pergi ke tempat bangunan yang baru saja dibangun tersebut , kemudian ia segera menghancurkannya dan meratakannya hingga rata dengan tanah , tanpa meninggalkan bekas . Mengenai perbuatannya ini , ia tidak memberitahukannya kepada Rasulullah s.a.w. .
Kebetulan , pada suatu ketika , Rasulullah s.a.w. kembali berjalan melalui tempat tersebut . Ketika beliau melihat ke tempat kubah yang dahulu dibangun , ternyata bangunan tersebut sudah tidak nampak lagi , lantas beliau bertanya , “Ke manakah bangunan berkubah yang dahulu telah saya lihat ?” Para sahabat memberitahu bahwa setelah beberapa hari yang lalu Rasulullah s.a.w. tidak menghiraukan kunjungan dan salam pemiliki bangunan kubah tersebut , maka setelah mengetahui alasannya , sahabat Anshar tersebut segera menghancurkan bangunan miliknya yang telah menyebabkan Rasulullah s.a.w. merasa tidak begitu senang . Rasulullah s.a.w. bersabda , “Setiap rumah atau gedung itu mempunyai bencana , kecuali gedung yang dibangun untuk sangat diperlukan dan dalam keadaan yang sangt terpaksa .
Faidah
Inilah kisah tentang kesempurnaan cinta sahabat kepada Rasulullah s.a.w. . Bagi para sahabat , melihat wajah Rasulullah s.a.w. menunjukkan perasaan tidak senang atas sesuatu atau apa saja yang membuat beliau marah adalah sesuatu yang tidak dapat mereka tanggung . Sahabat Anshar tersebut telah merobohkan bangunan kubahnya . Setelah menghancurkannya , ia tidak memberitahukan perbuatannya kepada Rasulullah s.a.w. dengan mendatangi beliau dan mengatakan kepada beliau bahwa ia telah menghancurkan bangunan yang didirikannya demi menyenangkan hati beliau . Tidak demikian , tetapi , secara kebetulan , Rasulullah s.a.w. melewati tempat bangunan itu dan beliau melihat bahwa bangunan itu sudah tidak ada . Rasulullah s.a.w. memang sangat membenci uang yang digunakan untuk mendirikan bangunan . Banyak hadits-hadits yang membicarakan tentang perkara ini . Rumah istri-istri Rasulullah s.a.w. sendiri terbuat dari pelepah-pelepah kurma dan dindingnya terbuat dari kain karung , supaya orang-orang yang bukan mahram tidak dapat melihatnya dari luar .
Pada suatu ketika , Rasulullah s.a.w. bepergian ke suatu tempat , dan Ummu Salamah r.ha. mendapatkan sesuatu dan membelajakannya untuk membeli batu bata , yang kemudian dipasang untuk mengganti dinding karung rumahnya . Setelah Rasulullah s.a.w. kembali , beliau melihat adanya perubahan tersebut . Maka , beliau bertanya kepada Ummu Salamah r.ha., “Kenapa ini , apa yang telah terjadi ?” Ia menjawab , “Ya Rasulullah , agar mendapatkan tempat yang tertutup.” Rasulullah s.a.w. bersabda , “Perbelanjaan harta yang paling buruk ialah orang yang menggunakan uangnya untuk membuat bangunan.” Abdullah bin Amru r.a. berkata , “Pada suatu ketika , saya dan ibu saya sedang memperbaiki sebuah dinding rumah yang telah rusak . Ketika kami sedang memperbaikinya , Rasulullah s.a.w. melihat kami , dan beliau menegur kami dengan bersabda , “Kematianmu lebih dekat daripada jatuhnya dinding ini.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H