Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran, agar siswa dapat menemukan konsep dengan caranya sendiri, diantaranya memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir, menyediakan sarana pembelajaran yang cocok, bekerja sama dengan temannya, serta memberikan bantuan bimbingan seperlunya. Cara-cara tersebut disamping untuk menumbuhkan pemahaman konsep pembelajaran juga dapat digunakan untuk membangun kecerdasan emosionalsiswa.
Pendidikan pada semua jenjang pendidikan formal di negara kita saat ini masih lebih mementingkan aspek kognitif. Aspek afektif seperti kecerdasan emosional (EI) nampaknya masih ditelantarkan sebagaimana halnya system nilai (value system). Dalam membentuk kepribadian siswa inilah diperlukan kecerdasan emosional (emotional intelligence).
Tidaklah mudah untuk membentuk pribadi siswa dengan membangun kecerdasan emosional yang ideal, perlu kesabaran, kreativitas dan ketelitian dari seorang guru. Goleman (2007) mengatakan bahwa apabila dua orang melakukan interaksi, arah perpindahan suasana hati adalah dari orang yang lebih kuat dalam mengungkapkan perasannya menuju ke orang yang lebih pasif..
Pendapat diatas, jika diterapkan dalam suatu pembelajaran di kelas, maka gurulah yang dapat mempengaruhi perasaan siswa, sehingga akan terjadi interaksi guru dengan siswa yang sinkron..
Mengingat akan pentingnya kecerdasan emosional bagi anak, diperlukan usaha dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sehingga napas dari kecerdasan emosional akan muncul dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan oleh guru dalam menerapkan konsep pembelajaran yang menyisipkan nilai emotional intelligence, yaitu:
- Mengembangkan empati dan kepedulian: pengajar mengajarkan siswanya untukmenolong orang, bersedia berbagi dengan temannya, meminjamkan peralatan tulis kepada teman yang tidak membawa.
- Mengajarkan kejujuran dan integritas: disetiap pelajaran yang diajarkan pengajar juga menyisipkan nasehat-nasehat tentang nilai-nilai positif, pengajar memberikan kepercayaan kepada sisiwa untuk berperilaku jujur dan integritas ketika pengajar meminta siswa untuk menilai hasil ulangan.
- Menghargai privasi anak didik: pengajar berusaha untuk tidak membeberkan hal buruk tentang anak didiknya di depan umum yang akan membuat anak didik itu merasa malu dan minder.
- Mengajarkan memecahkan masalah : pengajar memberikan pelajaran mengenai cara berpikir sistematis agar dapat menyelesaikan persoalan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H