Mohon tunggu...
Feda Anisah Makkiyah
Feda Anisah Makkiyah Mohon Tunggu... Dokter - Spesialis Bedah Saraf

selalu mencoba sederhana dan berbagi apa yang dipunya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pelajaran Rumah Tangga, Perbedaan Tetap Perbedaan

10 Agustus 2019   06:09 Diperbarui: 10 Agustus 2019   06:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat bertemu dengan teman saya, dia bercerita bahwa dia ingin menyudahi rumah tangganya yang sudah berjalan 17 tahun. Saya tercengang kenapa? Waktu 17 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Kalau sekolah ibaratnya SD, SMP dan SMA dan sarjana. 17 tahun sudah mencetak seorang sarjana.

Tetapi menilik rumah tangga artis sebut saja Camelia Malik, Katon Bagaskara, Lydia Kandou, Feny Beauty yang sudah dua puluhan tahun atau ada yang tiga puluh tahunan,  mungkin hal perbedaan dalam rumah tangga  yang  tidak bisa disatukan dan akhirnya memilih berpisah bukan cerita yang asing bagi manusia dewasa.

Tetap saja buat saya, angka 17 dalam rumah tangga seakan keramat atau bisa dibilang adaptasi dua manusia, saling tolerir satu sama lain yang sangat lama dan sudah melewati badai satu dan badai yang lainnya.

Teman saya bercerita sebenarnya dalam masa 17 tahun itu bukan tahun tahun yang semuanya berjalan dengan mulus. Waktu dia bermasalah di tahun 2007, artinya 6 tahun setelah mereka menikah, hal yang menggoyahkan sudah terjadi, meski goyangannya tahun ini baru terasa sangat kencang.  Whaat ?

Kembali lagi saya tidak habis pikir, manusia sabar apa yang ada di hadapan saya.  Dari 6 tahun pernikahan, sampai 11 tahun kemudian masih bersabar dengan kondisi rumah tangga yang dia sendiri sebenarnya di bawah alam sadarnya tahu kalau dia tidak nyaman dengan istrinya.

Akhirnya ada cerita yang keluar dari mulutnya. Kalau istrinya tidak lembut dan sangat kasar dengan dirinya. Memang istrinya berasal dari suku yang terkenal dengan omongannya. Tetapi kenapa memilih menikah dulu dan mempunyai tiga orang anak ?

Sedikit demi sedikit dia mulai menjabarkan perilaku kasar istrinya. Dari perkataan yang judes, etika di meja makan yang bukan seperti etika orang Jawa, tidak mau mengalah, kalau diskusi selalu harus menuruti kemauan istri atau akhirnya teman saya harus minta maaf meski dia tidak salah.

Kembali lagi kepala saya kusut. Pusing. Bagaimana bisa manusia memilih akan menuju suatu jalan, jika dia sendiri tahu yang dia hadapi. Apakah cinta yang menyatukan mereka? 

Mungkin waktu 17 tahun yang  lalu saling mencintai diantara dua manusia besar sampai mereka dengan rasa sadar tahu kalau ada yang kurang di pasangan,  dapat direndam sehingga memilih untuk menjalani bersama.

Tetapi kenapa sekarang kondisi bisa berbeda. Kemana rasa dan gejolak yang ada 17 tahun yang lalu ? Buat generasi muda atau kaum milenial jaman now, rasanya cinta juga harus pakai  logika. 

Karena yang namanya perbedaan selalu adalah perbedaan, bukan persamaan. Kelompok sama akan terus dengan kelompok yang sama bukan???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun