Mohon tunggu...
Feby Siahaan
Feby Siahaan Mohon Tunggu... -

Lulus S1 Teknik Sipil UNPAR tahun 1996, dan melanjutkan S2 di Rotterdam Business School, Netherland tahun 2003 atas beasiswa dari pemerintah Belanda. Mengawali karir sebagai penulis/reporter ekbis di Majalah D&R (s/d thn 1999), TEMPO (s/d 2005). Hingga kini berkarir profesional di sebuah konsultan keuangan di jakarta sebagai Associate Manager Training&Development division. Juga aktif mengajar dikampus, korporat maupun kementrian untuk topik Media Handling, Interview Skill dan writing skill for Humas/PR. Saat ini sedang mengambil kuliah paskasarjana di UPH untuk bidang komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berdarah-darah di Sawarna Ujung Genteng (Bag 3/TAMAT)

2 Oktober 2014   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(episode sebelumnya: maksud hati mau melaut, apa daya dihempas ombak menerjang jajaran karang hitam sampe ni kaki, tangan kaga berbentuk bengkak dan berdarah semua........)

Dari semua tertawa-tawa, mendadak jadi panik.

Yang panik sih temans saya.....sementara saya brasa mau pingsan menahan sakit. Untuk beberapa saat, rasanya ada yang mau melayang dari dalam tubuh..(teman tau kan, kalau sesuatu terjadi begitu cepat atas kita, tau tau efeknya doang yang kerasa....sementara prosesnya ra mudeng. Begitulah rasanya).

Karena sendal saya sudah hilang entah kemana......maka terpaksalah kaki yang sudah babak belur itu saya 'seret' melewati karang karang bergigi, tajam-tajam itu. Waduhhhh....jangan ditanya deh rasanya. :(  Tangan saya terasa gemetar......

"Febb....ya ampunnn....ya ampunnnnnn banyak kaliii darahnyaaaa"

"Ayooo Febb......kau pegang tangankuuu......taro dipundaku ayoooooo pelan pelan..."

"Ya Allohhh....ituuuu lahhh koq pala la kau berdiri diatas batu itu tadiiiiii...."

BERISIKKK!!!! (pengen rasanya saya teriak begitu tapi ga ada tenaga).

Gemeteran. Dan ada kalanya saat berjalan saya berasa mau pengsan. Saya sempat menampar-nampar muka sendiri biar tetap sadar. Soalnya mata mulai kabur kabur berasa orang mau pengsan.

Kirain sakitnya akan berkurang saat terbebas dari air laut yang bergaram ini. Ternyata, begitu menginjak pasir dipantai.....alamakkkkkkkk...perihnyaaaaaaaaa. Bayangkan kaki bolong2 karena tertusuk, trus skarang menginjak butir2 pasir yang tajam itu.....ouchhhhhhhhh *(*V(*V""!###@@KKQQ!!!

Untunglah disitu ada beberapa tukang ojek sedang ngaso...yang juga ikutan panik melihat saya dipapah dua teman lain dikiri dan kanan. Saya ingat betul komentar (atau pertanyaan ya?) dari salah satu bapak ojek saat melihat saya meringis-ringis,

"Sendalnya pake warna hijau bukan?" (dalam hati saya: lhaa sendal jepit bukannya jepitannya ijo smua?)

*

Ternyata sodara-sodara didesa Bayah ini kaga ada rumah sakit. Adanya puskemas gitu (waktu itu lho ya) dan karena ini libur 17-an pada tutup. Setelah diskusi singkat ditengah kepanikan, diputuskan saya kembali saja ke penginapan bertemu Pak Ade.

Dan, penderitaan berikutnya adalah naik motor melewati jalanan kampung yang masih berilalang. Beuhh. Jangan bayangkan jalan raya ya temans. Ini masih jalan tanah yang salah satu panduannya adalah jejak jejak ban motor yang sebelumnya melintas. Karena takut jatoh pengsan dijalan, kami pun bonceng tiga. Abang ojek, saya dan teman saya Ossy dibelakang.

Ilalang-ilalang ini sungguh menyiksa ......... berganti-ganti menggesek, menyapu, menyentuh2 betis saya yang nyeri dan mulai membengkak. Sepanjang jalan saya meracau kesakitan...... Kasian si ossy, dia kayanya panik luar biasa takut saya pengsan. Jadi sepanjang jalan dia tak henti henti menghibur dan menguatkan saya....

*

Sesampai dipenginapan, kabar buruk kedua. Pak dokter kaga ada. Ada juga mantri yang biasa nolongin orang melahirkan. Ah, sebodolah.......saya tanya obat apa yang dia punya. Dikeluarkan lah berbagai jenis tablet dan kapsul. Saya liat2 mereknya......duhh, kaga ada yang kenal. Tiba2......"itu pak, amoxilin. Itu saja buat ilangin infeksinya."

*Hampir pukul 13.00 saat ketiga teman lain tiba dipenginapan. Semuanya sibuk ngusap ngusap punggung gw, kek gw mo meninggal aja he he he.

Mereka sempat memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta saja mumpung terang. Soalnya kaki gw uda biru dan mulai membengkak......

"JANGANNNNNNNN" kata saya buru buru.

"Besok sajalah. Kasian kalian, lagian aku pengen liat liat laut lagi."

Yang lain hanya bengong. Dalam hatinya pasti bilang "dasar orang gila."

Tapi jawaban saya itu adalah sejujurnya. Bloody wounded is one thing, but enjoy the scenery is the most important thing. :D :D

*

PS: ternyata....semakin lama ni kaki makin bengkak ga keru keruan. Bergerak dikit aja...wuihhhhhh....perihhhh dejeeeee! Untunglah saya ni orangnya ceria pisan......kesakitan pun pake cekikikan (ngga ngerti ini sesuatu yang menguntungkan atau merugikan, soalnya orang2 jadi kaga percaya gue uda kesakitan *glek*)

[caption id="attachment_363286" align="alignnone" width="604" caption="Walau kesakitan teteuuuppp ceria dunkkkk"]

1412217342154413261
1412217342154413261
[/caption]

1412217398314413266
1412217398314413266

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun