Mohon tunggu...
Feby Puspitasari
Feby Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

halo nama saya feby hobi saya bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Lokal Dan TA

20 Januari 2025   20:20 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:17 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa daerah atau bisa disebut juga bahasa lokal adalah alat komunikasi yang terus berkembang seiring berjalannya waktu dan memiliki identitas unik yang dimiliki setiap daerah. Namun, di era digital ini perubahan bahasa terjadi sangat cepat pengunaan bahasa lokal / bahasa daerah mulai tergeser oleh bahasa yang lebih dominan seperti bahasa Indonesia atau bahasa inggris, terutama melalui media sosial dan juga dalam komunikasi daring. Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara bahasa masyarakat memainkan peran penting dalam memahami fenomena ini. Artikel singkat ini akan membahas bagaimana teknologi mempengaruhi bahasa lokal dan apa yang bisa kita lakukan untuk melestarikannya.

Bahasa lokal adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu sebagai alat komunikasi utama. Bahasa ini mencerminkan identitas, budaya, dan nilai-nilai tradisional komunitas tersebut. Biasanya, bahasa lokal / bahasa daerah berkembang secara alami di lingkungan masyarakat dan sering kali berbeda dari bahasa nasional atau resmi. Teori linguistik mengenai bahasa lokal menekankan pentingnya pelestarian bahasa ini, karena ia berperan dalam mempertahankan keragaman budaya dan sejarah suatu bangsa.

Sosiolinguistik menekankan bahwa bahasa lokal / bahasa daerah tidak hanya bernilai simbolis, tetapi juga memiliki potensi sebagai modal sosial dan ekonomi. Penggunaan bahasa lokal dalam sektor pariwisata, seni, dan produk budaya dapat meningkatkan daya tarik daerah dan memperkuat ekonomi lokal. Misalnya, konten kreator yang membuat video atau lagu dalam bahasa lokal sering kali mendapatkan respons positif dari audiens, baik secara lokal maupun global. 

Dengan memahami fenomena ini dari sudut pandang sosiolinguistik, kita dapat lebih efektif dalam merancang strategi untuk melestarikan bahasa lokal. Sosiolinguistik memberikan kerangka kerja yang membantu kita melihat bagaimana bahasa lokal / bahasa daerah dapat tetap relevan dan berdaya di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi.

Teknologi membawa banyak istilah baru yang sering kali digunakan tanpa diterjemahkan. Misalnya, istilah seperti "download", "streaming", dan "hashtag" mulai sering digunakan dalam percakapan sehari-hari bahkan di daerah yang menggunakan bahasa lokal. Hal ini membuat bahasa lokal menjadi perlahan menghilang. Meski begitu, media sosial juga bisa menjadi alat untuk melestarikan Bahasa lokal. Banyak konten kreator yang menggunakan bahasa daerah mereka untuk membuat konten video lucu atau edukatif. Ini membantu generasi muda mengenal dan juga mencintai bahasa lokal mereka. Grub diskusi online seperti di WhatsApp atau media sosial lainnya sering menggunakan bahasa lokal sebagai bentuk kebanggaan dan juga solidaritas. Contohnya, grub keluarga yang menggunakan bahasa jawa dicampur bahasa Indonesia dalam obrolan sehari-hari, berinteraksi dengan masyarakat lokal saat berkunjung ke desa atau berkomunikasi dengan orang yang lebih tua di komunitas, kegiatan seni dan budaya saat pertunjukan tari, wayang, atau musik tradisional. Penggunaan bahasa daerah bersamaan dengan bahasa yang lain bisa disebut juga code mixing.

Bahasa lokal/ bahasa daerah adalah warisan budaya yang perlu dijaga. Dengan melestarikan bahasa lokal, kita juga menjaga tradisi dan juga nilai-nilai leluhur yang ada dibaliknya. Cara melestarikan bahasa lokal di era digital yakni dengan kita gunakan bahasa lokal dalam kehidupan sehari-hari misalnya biasakan bicara dengan bahasa lokal saat dirumah atau saat berinteraksi dengan sesama penutur. Ciptakan konten digital dengan membuat video, tulisan atau lagu menggunakan bahasa lokal dan bagikan di media sosial. Ajarkan bahasa lokal kepada anak-anak sejak dini, agar mereka terbiasa dan juga bangga menggunakan bahasa lokal.

Kesimpulannya, bahasa lokal menghadapi tantangan besar di era digital, tetapi teknologi juga bisa menjadi solusi untuk melestarikannya. Dengan usaha bersama kita bisa menjaga bahasa lokal tetap hidup dan berlaku di tengah perubahan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun