Penyintas Covid-19 sudah bukan lagi sesuatu yang harus dirahasiakan di kehidupan bermasyarakat. Karena dengan memberikan informasi penyintas covid-19 kita selaku warga/masyarakat dapat menjaga diri/memeriksa hubungan kita dengan penyintas covid-19 dan dapat antisipasi dalam penyebaran covid-19
Namun nasib kurang baik dialami oleh keluarga Bapak Dedy. Keluarga bapak Dedy terkena covid hampir keseluruhan keluarganya. Mulai dari keempat anaknya, bapak dedy, dan juga 1 orang menantu yang baru menikah. Kejadian ini terjadi di salah satu daerah bagian bekasi pada bulan November pertengahan pada tahun 2020.
Awal mula kejadian ini ketika ibu Dedy memberikan informasi bahwa keluarganya terkena Covid-19 di Grup RT dengan maksud supaya warga dapat membantu keluarganya dalam perjuangannya melawan Covid-19. Bukan bantuan yang didapat Keluarga Bapak Dedy malah mendapat tekanan warga dari beberapa sisi.
keluarga bapak Dedy memiliki 2 tempat tinggal di RW tersebut. Tempat yang dihuni oleh keluarga di RT 1 dan yang dihuni oleh anak pertamanya di RT 5. Ketika Keluarga terkena Covid-19 keluarga Bapak Dedy yang sehat pindah ke rumah RT 5 dan yang sakit tetap berada pada rumah RT 1. Tidak lama keluarga bapak Dedy yang di rumah RT 1 akhirnya semua dirawat di RS terdekat.
Namun ternyata setelah keluarga yang berada dirumah RT 5 dilakukan Test Swab kembali, terdapat 1 pasien Covid-19 yaitu anak pertama dari bapak Dedy dan harus menjalani Isolasi Mandiri sesuai perintah dari puskesmas terdekat dan tersisa 1 menantu, 2 cucu dan ibu dedy sendiri yang masih dalam keadaan sehat.
Ketika akhirnya keluarga menjalani isolasi mandiri di RT 5 keluarga mendapatkan banyak tekanan dari warga. Tekanan moral dari ketua RW seperti memaksa keluarga pindah rumah dari RT 5 ke RT 1 dengan tujuan tidak jelas. Dan juga penutupan/diportalnya rumah keluarga tersebut.
Rumah keluarga ditutup/diportal oleh bambu supaya warga/pedagang tidak boleh melewati rumah tersebut. Tanpa ilmu yang mendasar warga menutup rumah dan membiarkan keluarga tidak diberi bantuan makanan ataupun juga dukungan moral
"rumah kita diportal oleh bambu. awalnya pak RT memberi bantuan air minum, namun di hari berikutnya kita dibiarkan saja. Saya disini tidak bisa memesan makanan karna saya tidak mengerti. Tukang dagang tidak ada satupun yang berhenti, ketika ditanya melalui Whatsapp mereka bilang takut dimarahi warga kalau saya lewat/berhenti" Ucap bu Dedy
Untuk makanan keluarga bu Dedy mendapatkan dari SMAN tempatnya bekerja. Tidak ada satupun dari warga yang memberikan makanan bahkan Satgas Covid-19 yang bertanggung jawab atas penutupan portal tersebut pun tidak membantu untuk makanan dan dukungan moral.
"saya dapat bantuan dari SMA karna saya bekerja disana. Saya cerita perlakuan warga ke grup guru SMA dan akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk memberi bantuan kepada keluarga saya dan alhamdulillah berlangsung sampai keluarga saya sembuh" Bu dedy melanjutkan penjelasannya.