Mohon tunggu...
feby khairunnisa gucchaniwangi
feby khairunnisa gucchaniwangi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suka ngemilin es batu, makanya suka minuman yang es-es gitu.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Penggunaan Aplikasi TikTok Tidak Dimanfaatkan Penuh Dalam Berpolitik?

30 Juni 2023   15:53 Diperbarui: 30 Juni 2023   20:12 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menelisik demokrasi dengan indikator nomor 44 tentang kebebasan media elektronik. Negara demokrasi merupakan negara yang membebaskan warganya dalam menjalani kehidupannya, termasuk penggunaan media elektronik. 

Menurut KBBI, media elektronik adalah sarana media massa yang menggunakan alat-alat elektronik modern. Contoh dari media elektronik ialah televisi, internet, radio, jurnalistik, dan handphone. 

Di Indonesia, penggunaan media elektronik sudah sangat signifikan. Masyarakat terbilang sudah menganggap media elektronik sebagai kebutuhan primer, terutama penggunaan pada handphone dan internet.

Penggunaan handphone sudah tidak bisa ditolerir lagi, terutama pada aplikasi-aplikasinya. Seperti, penggunaan aplikasi sosial media, games ataupun lainnya. Di Indonesia, penggunaan aplikasi bernama TikTok sudah sangat tinggi. Berdasarkan Katadata.co.id, Indonesia berada diperingkat kedua setelah AS dengan pengguna sebanyak 112,97 juta pengguna per April 2023. Hal ini disebabkan akan algoritma unik dari aplikasi TikTok itu sendiri.

Algoritma unik TikTok mendukung konten berdasarkan interaksi pengguna, minat, dan eksplorasi aplikasi. Oleh karena itu, aplikasi tersebut menjadi lebih viral dibandingkan aplikasi lainnya. 

Menurut Nuurrianti Jalli (2021), popularitas TikTok yang luar biasa di Asia Tenggara membuat platform ini menjadi wadah bagi anak muda untuk menyampaikan aspirasi politiknya saat ini. 

Hasil penelitiannya mengungkapkan keunikan algoritma TikTok memungkinkan menjadi alat untuk aksi politik yang strategis. Algoritma tersebut mendorong audiens di luar Asia Tenggara untuk bertindak atas konten tertentu melalui berbagai interaksi dan suka melalui halaman For You Page (fyp).

Tetapi, penggunaannya lebih sering digunakan untuk sekedar have fun bersama teman, endorse, beauty, dan lainnya. Seperti contoh, pengguna @charlesmallet berusia 82 tahun memiliki lebih dari 4 juta pengikut. 

Akun ini pernah berbagi rasa terima kasihnya untuk TikTok yang memberikan  dampak positif dalam kehidupannya. Ada juga, pengguna @grandma_droniak berusia 90 tahun, dengan lebih dari 1,5 juta pengikut. Salah satu video lucu dari pakaiannya ditonton lebih dari 20 juta kali.

Lalu, Bagaimana Dengan Politik? Mengapa Tidak Ada Yang Memanfaatkannya?

Sebenarnya, aplikasi TikTok sudah pernah digunakan untuk menyeruakan demokrasi atau politik. Seperti yang terjadi di Semarang, adanya video aksi protes warga dengan 1,2 juta suka dan 8,6 juta tampilan. Video tersebut juga mengumpulkan 11.000 komentar yang mendukung kampanye tersebut, termasuk dari pengguna TikTok Malaysia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun