Mohon tunggu...
Febian KeniaNazzarina
Febian KeniaNazzarina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan seorang penggemar queen dan the beatless

Selanjutnya

Tutup

Book

Interpretasi Kemerdekaan Atas Diri Sendiri Menurut Novel Perempuan di Titik Nol

16 Juni 2023   22:45 Diperbarui: 16 Juni 2023   22:49 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Keras, merupakan satu kata yang bisa menggambarkan bagaimana interpretasi saya saat membaca buku ini. Berjudul Perempuan di Titik Nol karangan seorang dokter berkebangsaan Mesir yaitu Nawal El-Saadawi, dimana selain itu beliau juga berkiprah sebagai seorang feminis dan penulis untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di Mesir. Novel ini merupakan salah satu karya beliau yang sukses menarik minat masyarakat hingga diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Alur Cerita


Novel ini berkisah tentang Firdaus, seorang narapidana kasus pembunuhan yang sedang menunggu waktunya untuk dieksekusi. Dalam kisah hidupnya, Firdaus merupakan korban dari kejamnya perilaku patriarki pada saat itu, dimana dia menjadi sasaran kekerasan ayahnya sendiri dan menjadi korban asusila yang dilakukan oleh pamannya dan temannya. Fase kehidupan paling buruk Firdaus terjadi saat dia kehilangan kedua orang tuanya dan dia dijodohkan oleh pamannya dengan seorang pria tua bernama Syekh Mahmoud yang sering kali melakukan kekerasan kepada Firdaus.

Setelah memutuskan untuk kabur dari rumah si pria tua itu, ternyata nasib baik belum juga berpihak kepada Firdaus. Dia kembali bertemu dengan seorang lelaki yang sama bejatnya dengan semua laki-laki yang pernah ditemuinya. Bahkan lebih parah dia dijadikan obyek pemuas nafsu dan digilir kepada teman-teman lelaki tersebut agar dapat dipakai bersama. Tidak tahan dengan sikap lelaki tersebut, Firdaus sekali lagi memutuskan untuk melarikan diri dengan tujuan dia bisa merdeka seutuhnya. Di tengah perjalanannya, bertemulah dia dengan seorang perempuan bernama Sharifa dimana mulai saat itulah Firdaus terjerumus dalam dunia pelacuran.

"Saya tahu bahwa profesi saya diciptakan oleh seorang laki-laki. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur yang bebas daripada menjadi seorang istri yang diperbudak." (Nawal El Saadawi, Perempuan di Titik Nol halaman 133)

Menurut Firdaus, dengan menjadi pelacur lah dirinya bisa dihargai. Meskipun harus menjadi perempuan penghibur setidaknya dia tidak mendapat perlakuan keji dari seorang lelaki. Saat menjadi pelacur dirinya merasa bebas karena tidak diperbudak oleh para lelaki dan bisa menentukan pilihan bagi hidupnya. Tapi sayang, untuk kesekian kalinya nasib baik belum juga berpihak kepada Firdaus. Setelah Firdaus naik pamor sebagai seorang pelacur, dia dipaksa oleh seorang germo pria untuk menikahinya, Firdaus tentu saja menolak dan terjadilah percekcokan dimana akhirnya Firdaus harus menghabisi nyawa germo tersebut.

"Setiap orang harus mati. Saya lebih suka mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati untuk salah satu kejahatan yang kau lakukan."

Dan disinilah sekarang Firdaus menjadi narapidana yang sedang menunggu ajalnya karena kasus pembunuhan saat dia berupaya untuk menyelamatkan dirinya dan martabatnya. Untuk kali pertama saya mengira bahwa novel ini merupakan fiksi murni karangan dari Nawal El-Saadawi, dan saya sungguh amat terkejut saat mengetahui bahwa Firdaus merupakan salah satu pasien dari penulis sendiri saat Nawal menjadi dokter neuron dan meneliti psikologi di penjara tempat Firdaus ditahan. Hal tersebut semakin membuat saya miris karena perlakuan yang sangat tidak adil harus diterima oleh Firdaus sepanjang hidupnya.

Akhir dari kisah hidup seorang Firdaus adalah eksekusi, pada hari dimana ia bertemu dengan dokter Nawal, pada hari itu juga dia harus dieksekusi. Seorang perempuan dengan segala ketidakadilan yang diterima sepanjang hidupnya harus berakhir di ruang eksekusi. Bagi kami para pembaca mungkin ini akhir cerita yang paling tragis saat mengetahui Firdaus tidak pernah benar-benar bebas hingga akhir hidupnya, namun bagi Firdaus sendiri, dia dapat meraih kemerdekaannya saat sudah tidak lagi hidup di dunia ini. Saat proses persidangan dia tidak pernah sekalipun mengajukan banding karena dia begitu takut untuk kembali di dunia luar dan bertemu dengan para lelaki bajingan yang hanya akan menambah kesengsaraanya. Setidaknya untuk pertama kalinya, Firdaus berhak atas dirinya sendiri.

Tanggapan


Saya pribadi cukup menikmati alur cerita yang disajikan oleh penulis dimana beliau memilih alur mundur untuk menceritakan kisah Firdaus. Meskipun yang saya baca adalah novel terjemahan, namun diksi yang dipilih oleh penerjemah menurut saya tepat sehingga bisa dipahami oleh sebagian besar pembaca. Kesan pertama saat saya membaca novel ini adalah terkejut karena sang penulis terlalu eksplisit dalam menggambarkan setiap adegan dalam ceritanya sehingga membuat saya tidak nyaman saat membaca dalam paragraf tertentu, namun mungkin karena fakta yang terjadi memang seperti itu sehingga penulis berusaha menggambarkan kejadian dengan sebenar-benarnya. Melalui novel ini, saya bisa menambah interpretasi saya mengenai kebebasan, kemerdekaan, dan hak yang kita miliki untuk memperjuangkan tubuh kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun