“Saya memberi makan orang-orang di kampung-kampung yang kehidupannya sangat miskin. Hewan-hewan ternak lain terlalu mahal sementara satu kali mengandung, babi bisa memiliki 20 anak. Ia termasuk jenis binatang yang paling banyak memiliki keturunan. Itulah awalnya saya memutuskan memelihara babi.”
“Kenapa Kyai tega memberi makan orang-orang miskin dengan babi?”
“Mereka terlalu miskin, dan mereka bukan Islam. Terlalu mewah bicara agama dengan mereka, agama mereka mungkin hanya makanan, dan air bersih,” Kyai Fikri menyapukan pandangannya menatap wajah-wajah peserta majelis yang memandangnya tanpa berkedip.
“Saya sering menginap di kampung tersebut, bersama penduduk, tinggal di langgar kecil yang terletak tidak begitu jauh dari kandang babi. Saya sholat dan mengaji seperti di mana pun saya berada. Lalu suatu saat ketika saya keluar, ada seekor babi betina yang selalu memandangi saya, seperti menunggu. Seperti selalu ingin mengatakan sesuatu. Babi itu sudah cukup tua, berusia 15 tahun dan tidak bisa beranak lagi. Karena seringnya ia melakukan itu, menunggu dan seperti ingin menyampaikan sesuatu, saya menamai dia Baby, dan dia tampak mengerti bahwa itu adalah nama yang saya berikan untuknya.”
Ia terdiam sesaat, mengambil nafas. “Atas ijin Allah, ia bisa menyampaikan keinginannya, dan saya bisa memahami maksudnya. Ia menyatakan ingin menjadi pemeluk Islam di hari-hari akhir hidupnya. Ia tahu akan segera mendapat giliran dipotong, dan ia ingin permintaannya dipenuhi. ”
Suasana ruangan riuh rendah, karena begitu banyak peserta berbicara di saat yang sama. Saling debat, saling sanggah.
“Bagaimana mungkin seorang Kyai yang mulia bisa bergaul dengan Baby? “
“Tidak akan kita biarkan! Seluruh hal tentang babi itu haram. Seluruh zatnya. Titik.“
“Apa hak kita melarang siapa pun untuk masuk Islam? Katanya Islam itu rahmat bagi semesta alam?”
“Memangnya apa agama Baby sebelumnya? Kenapa dia ingin masuk Islam sekarang? “
“Kalau Anda melarang Baby masuk Islam, artinya Anda bersikap tidak adil. Dan itu adalah sikap yang dibenci Allah dan Rasulnya.”