Universitas Jember kembali menyelenggarakan program KKN. Dengan mengusung tema Back to Village, mahasiswa diharapkan dapat turut serta dalam mengatasi problematika yang terjadi di desanya, dan ikut terlibat dalam pembangunan desa. Melonjaknya kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa daerah belakangaan ini mengakibatkan kegiatan KKN dilaksanakan secara perorangan(mandiri).
Berdasarkan kebijakan tersebut, Feby Aditya Ningsih, peserta program KKN BTV 3 UNEJ dengan DPL Bekti Palupi, S.T., M.Eng., melaksanakan KKN di Desa Tempeh Lor, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang. Desa Tempeh Lor berjarak sekitar 10 km dari pusat kota. Masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai karyawan swasta dan wirausaha, dan sebagian kecil berprofesi sebagai PNS dan petani.
Dampak yang diakibatkan dari adanya pandemi ini cukup besar dan menyerang berbagai sektor, salah satunya yaitu sektor ekonomi. Ditambah dengan diterapkannya kebijakan PPKM mengakibatkan kegiatan masyarakat menjadi terhambat. Cukup banyak pelaku usaha yang mengalami penurunan pendapatan hingga mengalami kerugian.Â
Ditinjau dari permasalahan tersebut, Feby sebagai mahasiswa KKN Universitas Jember memandang permasalahan ini sebagai tantangan bagi Feby untuk dapat membantu masyarakat khususnya pelaku usaha untuk dapat bersaing dengan kompetitor di masa pandemi ini, serta lebih jeli dalam melihat peluang yang ada.
Ibu Janah meruupakan pemilik usaha bubur sumsum yang sudah menggeluti usahanya selama 6 tahun. Beliau yang akan menjadi sasaran Feby kali ini. Bubur sumsum merupakan makanan tradisional yang cukup dikenal oleh masyarakat Jawa. Makanan ini cukup diminati pada zaman dahulu. Cara pengolahan bubur sumsum ini masih dilakukan secara tradisional.Â
Ibu Janah menggunakan plastik sebagai kemasannya. Metode pemasarannya pun juga masih dilakukan secara manual, yakni dengan menghampiri konsumen satu per satu. Semenjak adanya virus corona yang menyebar di Kabupaten Lumajang, pendapatan beliau menurun drastis hingga 50%.
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh sasaran, yang pertama yaitu kurangnya minat kalangan-kalangan tertentu seperti anak-anak hingga remaja untuk mengkonsumsi bubur sumsum karena dianggap kurang menarik.Â
Popularitas bubur sumsum kalah dengan makanan cepat saji yang saat ini digandrungi oleh kalangan milenial. Permasalahan lain yang dialami oleh sasaran yaitu, menurunnya tingkat penjualan yang diakibatkan oleh adanya pandemi.
Ditinjau dari beberapa permasalahan di atas, Feby bersama dengan sasaran menyusun beberapa program kerja untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada.Â
Program kerja tersebut akan dilaksanakan selama 4 minggu, dimulai dari 11 Agustus - 09 September 2021. Pada minggu pertama diawali dengan edukasi bahaya covid-19 serta pentingnya penerapan protokol kesehatan.Â
Sasaran akan dibantu membiasakan diri memakai masker apabila keluar rumah dan mencuci tangan setiap hendak maupun selesai melakukan kegiatan. Karena pengetahuan akan bahaya covid-19 akan percuma apabila tidak dibiasakan melakukan upaya-upaya pencegahannya.
Output yang diharapkan dari adanya program kerja ini yaitu agar bubur sumsum tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan makanan siap saji. Adanya program kerja ini juga diharapkan dapat menarik perhatian kalangan milenial untuk mengonsumsi bubur sumsum.Â
Pada minggu kedua ini juga dilakukan edukasi cara pengemasan produk yang baik dan pelatihan pembuatan desain logo pada kemasan.Â
Pandangan pertama seorang konsumen terletak pada kemasannya, apabila kemasan suatu produk terlihat bagus, maka hal tersebut akan menarik perhatian konsumen untuk membelinya.Â
Tujuan dari pembuatan logo pada kemasan yaitu agar seseorang dapat lebih mengenal, dan menjadi ciri khas dari usaha yang kita miliki. Kemasan yang digunakan yaitu sterofoam.Â
Penggunaan sterofoam dinilai lebih bagus menjaga kualitas makanan karena memiliki insulasi panas yang baik. Kemasan sterofoam juga dinilai lebih menarik jika dibandingkan dengan kemasan plastik.Â
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa pengemasan menggunakan sterofoam perlu dilapisi dengan alas seperti kertas minyak atau daun pisang, karena pada sterofoam terdapat kandungan zat kimia, sehingga tidak baik apabila bersentuhan langsung dengan makanan.
Output yang diharapkan dari adanya program kerja ini yaitu agar usaha bubur sumsum Ibu Janah dapat dikenal oleh masyarakat luas, dengan memasarkannya melalui media sosial. Dalam hal ini juga disediakan layanan delivery order.Â
Oleh karena itu, pada minggu ketiga ini juga akan dilakukan pembuatan akun media sosial instagram dan juga facebook. Â Selain itu, sasaran juga akan diberikan pengetahuan mengenai strategi pemasaran melalui sosial media.Â
Output yang dihasilkan melalui program kerja ini yaitu, sasaran dapat memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran dengan maksimal.
Pada minggu keempat akan dilakukan evaluasi program kerja, apakah program kerja yang telah disusun berjalan dengan baik atau tidak.Â
Tujuan dari dilakukannya evaluasi yaitu agar kita dapat mengetahui kesalahan-kesalahan apa saja yang perlu diperbaiki agar UMKM sasaran dapat berkembang secara maksimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI