Menikah itu mudah. Namun di kehidupan setelah menikah adalah tantangan sesungguhnya. Satu jalan yang tidak selalu lurus dan penuh kelokan yang harus kamu hadapi bersama dengan orang yang akan menghabiskan waktu bersama dengan kamu.
Tapi tahu apa bagi saya yang menikah kurang lebih tujuh bulan ini.
Namun ada saja curhatan dan juga obrolan yang lewat di media sosial lalu saya lihat bahwa pernikahan itu bermacam-macam rasanya. Kayak permen yang dulu pernah tren.
Ada yang memang menemukan orang yang tepat, tempat untuk pulang, tempat berlabuh (macam terminal dan juga pelabuhan ya, tapi nggak apa-apa) dan juga tempat untuk semangat menjalani hari-hari yang penuh dengan kepenatan.
Lalu apa itu makna pernikahan? Bagi saya yang memutuskan akan menikah saat terkena virus Covid-19 (tentu saya di tempat isolasi dan calon istri saya di rumahnya) adalah perjudian yang sangat amat besar.
Bagaimana tidak, sembuh saja belum, hasil negatif saja belum, malah berfikir kepada hal lain.
Jujur alasan kurang tepat---cenderung bodoh---saya saat itu adalah saya butuh imun yang positif (memang alasan saya saja) yang mana bisa dihasilkan lewat interaksi, lewat perhatian.
Dan saya yakin dengan saya memutuskan untuk segera menikah, itu bisa memancing imun positif dan saya kembali bersemangat menjalani hari-hari berat saat terkena virus itu.
Setelah banyak kendala dan juga ketar-ketir kapan saya mendapat hasil negatif dari tes antigen maupun PCR akhirnya hasil negatif pun saya terima dan saya pun mulai menyusun rencana lamaran-akad, dan bersyukurnya semua berjalan dengan baik.
Pernikahan bagi saya adalah melengkapi. Banyak tertawa tentang hal-hal yang kecil cenderung tidak jelas, mensyukuri apa yang didapat dan juga saling memberikan dukungan positif tentang apa yang sedang dikejar.
Kemudian ada juga yang saya lihat di media sosial bahwa pernikahan itu adalah perjalanan spiritual, tak kenal garis finish.
Bahwa memang mengenal pasangan itu terus dilakukan.
Pernikahan juga adalah pembelajaran tiada akhir. Nggak ada kurikulumnya, silabus atau mungkin modul dan diktat yang bisa dipelajari sepanjang waktu.
Pernikahan adalah menjalani sepenuh hati. Menerima dengan lapang dada dan juga bekerja sama agar cinta selalu ada dan ranum menyelimuti bulir-bulir cinta yang harus terus dihidupkan.
Bercandalah sesering mungkin, berbicaralah seintens mungkin, karena pernikahan isinya adalah obrolan-obrolan ringan, candaan menjelang tidur dan juga wajah yang akan kamu temui setiap hari dan setiap saat.
Lantas, apa arti pernikahan untuk kamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H