B. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga
Manusia dalam menghadapi problema kehidupan tidak pernah statis, sejak lahir sampai meninggal selalu mengalami perubahan. Pada perkembangan zaman sekarang ini, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.Â
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-usroh yang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mempunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosiospiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim
Al-Qur'an menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama pernikahan adalah membangun keluarga yang harmonis dan damai. Hal ini ditegaskan dalam Hukum Islam di Indonesia yang menyatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk menciptakan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah.Â
Perkawinan adalah suatu ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai pasangan suami istri, dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Â
Menurut Syekh Ali Hasbullah, inti dari pernikahan adalah menciptakan ketentraman bagi pasangan serta menghasilkan keturunan, yang pada gilirannya akan memperbanyak generasi Muslim.Â
Wahbah al-Zuhayli menambahkan bahwa pernikahan itu sendiri merupakan akad atau perjanjian yang sah, yang menghalalkan hubungan antara pria dan wanita sebagai suami istri. Teori Pendidikan Akhlak dalam Keluarga Pendidikan akhlak dalam lingkungan keluarga dibangun berdasarkan tiga teori utama:
1. Teori Naturalisme
Teori ini berargumen bahwa sifat baik atau buruk seorang anak ditentukan oleh faktor genetik atau bawaan yang dimilikinya sejak lahir, tanpa dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.
2. Teori Empirisme
Berbeda dengan teori pertama, teori ini menyatakan bahwa perkembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di lingkungan keluarga tempat ia dibesarkan.